Chereads / Cinta 1302 / Chapter 9 - Dua Pria dari Dua Masa Berbeda (1)

Chapter 9 - Dua Pria dari Dua Masa Berbeda (1)

Pintu bagasi mobil Alihan terbuka ke atas secara perlahan. Menunjukkan deretan plastik putih yang penuh berisi belanjaan mingguan miliknya. Seharusnya tidak sebanyak itu. Seharusnya. Ini baru pertama kalinya Alihan belanja mingguan tetapi seperti belanja bulanan.

"Kau yakin kalau di sana tidak ada jalan pulang untukku?" Altan bertanya dengan tatapannya yang terpaku pada bagasi mobil yang kini sedang penuh.

"Sangat yakin," jawab Alihan mantap.

Mereka sudah membahas hal itu saat memasukkan kantong-kantong belanjaan ke dalam bagasi dan sekarang mereka mulai membahasnya lagi setelah sampai rumah. Alihan sama sekali tidak tertarik untuk itu. Dia hanya ingin untuk segera memindahkan beberapa kantong belanjaannya ke dalam rumah dan segera memasak untuk makan malam. Jadi dia membungkukkan sedikit badannya dan mulai mengambil beberapa ujung kantong ke dalam genggamannya.

Altan mengalihkan fokus pandangannya ke arah punggung Alihan. "Apakah ada kemungkinan bila kau sedang menahanku untuk bisa pulang?" selidiknya.

"Apa?!" Alihan berseru sembari memutar sedikit tubuhnya demi dapat melihat pada pria Seljuk itu. Sungguh dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kegiatannya pun jadi tertahan dan tentunya dia jengkel sebab tiba-tiba mendapatkan tuduhan semacam itu. Demi apapun, tuduhan Altan kepadanya adalah tuduhan paling tidak masuk akal sepanjang sejarah!

"Apa aku tidak salah dengar? Untuk apa aku menahanmu? Apakah ada untungnya bagiku? Justru kalau ada yang paling menginginkanmu untuk segera pulang, aku adalah orangnya!" lanjut Alihan membela dirinya sembari menepuk-nepuk dadanya.

"Lantas mengapa kau tak mengizinkan aku untuk masuk ke dalam sana?" dengan dagunya Altan menunjuk pada bagasi mobil Alihan. Tatapannya yang datar berbanding terbalik dengan tuduhan tajam yang diarahkannya pada Alihan.

Sikap Alihan yang melarangnya untuk mencari jalan pulang ke masa Seljuk jelas memantik rasa curiga Altan. Bukankah sepulang dari kantor tadi Alihan juga melarangnya untuk mengecek ke dalam laci dashboard mobil? Sekarang pria itu melarangnya lagi!

Menurut Altan, Alihan pantas dicurigai terlepas dari penampilannya yang bak pria lemah dan kurang aura lelakinya sebab mulutnya yang terlalu banyak berbicara serta wajahnya yang terlalu ekspresif. Dengan posisinya saat ini dan mengingat apa yang sedang dialaminya sudah merupakan hal yang sangat alami bagi Altan untuk mencurigai siapapun, termasuk Alihan yang sejak semalam 'terlihat' membantunya dan bahkan memberikannya tempat tinggal sementara.

Bukannya Altan tipe orang yang tidak tahu terima kasih. Justru sebaliknya, dia pasti akan melakukan apapun untuk Alihan sebagai ganti balas budinya bila sudah terbukti Alihan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang menimpanya. Itulah prinsip dan janjijya sebagai seorang Alp yang tidak akan melupakan kebaikan yang pernah diterimanya.

Namun untuk saat ini yang diketahui secara pasti oleh Altan adalah banyak pihak yang menginginkan Altan untuk tidak dapat kembali ke masa Kesultanan Seljuk. Lebih tepatnya, tidak menginginkannya untuk berada di samping Sultan Alaeddin Keykubad. Keberadaannya di Republik Turki juga pasti merupakan kelakuan dari orang-orang tersebut, yang sayangnya Altan belum mengetahui siapakah orang-orang itu.

Pandangan Altan terarah pada Alihan. Dilihatnya Alihan mengernyitkan kelopak matanya dengan mimik wajah memelas. Di masanya, tidak ada lelaki yang membuat mimik semacam itu. Hanya orang-orang yang akan dibunuhlah yang berkelakuan seperti Alihan saat ini. Itupun tidak semuanya, hanya para pengecut saja yang melakukannya.

'Dia tidak ada bedanya dengan bayi yang sedang merengek,' Altan mengomentari.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan air muka Alihan dan sikapnya. Dia hanya seorang lelaki yang kelewat ekspresif jika dibandingkan dengan lelaki pada umumnya. Bukan berarti Alihan merupakan seorang pengecut atau semacamnya. Ingat, dia adalah seorang ketua dari organisasi kemanusiaan dan seorang sukarelawan yang sudah malang-melintang di daerah konflik.

Tentu saja Alihan takut mati, itu merupakan hal yang manusiawi. Namun bukan berarti dia akan meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya begitu saja bak seorang pengecut dan memilih untuk lari. Tidak. Alihan tetap menjalankannya sampai tuntas meskipun sudah tahu resiko yang akan dihadapinya sebab profesinya tersebut -- profesi yang memang sudah dipilihnya dan menjadi jalan hidupnya sejak dia baru saja duduk di bangku kuliah.

Hanya saja perbedaan masa dan jenis kehidupan yang dijalani oleh Alihan dengan Altan lah yang membuat Alihan tampak lebih lemah dibandingkan dengan si pria Seljuk. Bagaimanapun syarat hidup di masa lalu lebih susah dan berat jika dibandingkan dengan masa sekarang, yang pada akhirnya mempengaruhi cara pandang Altan terhadap Alihan.

Di masa lalu anak manusia harus cepat dewasa dan kuat sejak dini. Terlebih bagi mereka yang hidupnya nomaden dan rawan mendapatkan serangan dari kelompok bangsa lain untuk merebutkan wilayah, seperti bangsa Turki pada masa lalu. Karena itulah Altan jelas lebih kokoh serta tangguh dari segi fisik maupun psikis.

Sepanjang hidupnya Altan harus selalu siaga dan waspada sebab selalu berada dalam bayang-bayang ancaman serangan kelompok lain. Ditambah, Altan merupakan seorang Alp yang mana tugasnya adalah memastikan keselamatan oba (1) tempatnya berada serta mengikuti instruksi dari Sultan untuk melindungi keutuhan dan keamanan wilayah Kesultanan Seljuk.

"Masuklah kalau kau mau masuk," Alihan berkata sembari melambaikan tangannya untuk mempersilakan Altan.

Akhirnya Alihan pun mengalah dan menarik tubuhnya dari bagasi dengan berat hati. Meskipun ide untuk membiarkan Altan masuk ke dalam bagasi mobilnya merupakan sesuatu yang konyol baginya namun Alihan terpaksa membiarkannya daripada harus menerima tuduhan absurd dari Altan.

"Tapi sebelumnya bagasi ini harus dikosongkan terlebih dahulu supaya tubuhmu muat masuk ke dalamnya," tambah Alihan memberikan syarat.

"Baiklah," Altan segera menyetujui.

Tanpa diminta Altan segera meraih sebagian besar dari kantong plastik belanjaan mereka ke dalam genggamannya dalam sekali angkat. Mimik wajahnya nampak biasa saja. Tidak terlihat sedang menahan beban atau semacamnya meskipun yang diambilnya adalah plastik yang berisi barang-barang belanjaan paling berat.

Menyaksikan Altan membuat Alihan tanpa sadar membuka sedikit mulutnya. Dia terperangah akan kekuatan yang dimiliki oleh pria Seljuk tersebut. Dan, juga tak habis pikir.

'Bagaimana dia bisa sekuat itu mengangkat itu semua?!', logika Alihan menggeliat keheranan.

Altan sendiri segera melangkah menuju ke pintu utama gedung apartemen tempat Alihan tinggal. Dia berlalu begitu saja meninggalkan Alihan yang masih berkutat dengan rasa takjub terhadapnya. Namun tentu saja Altan tidak menyadari hal tersebut. Dia hanya merasa kalau Alihan lelet dan terbengong-bengong lagi -- sesuatu yang dilakukan Alihan sejak kemarin.

"Alihan, pintunya tertutup. Apa kau mau aku mendobraknya?" tanya Altan yang kini tengah berdiri di depan pintu utama sambil menolehkan wajahnya ke belakang menghadap Alihan.

Pertanyaan Altan memantik kesadaran Alihan. Otaknya memberikan sinyal perihal kerugian yang mungkin akan ditanggungnya begitu mendengar kalimat 'mendobrak pintu'. Setelah TV dan pintu mobilnya, tidak perlu lagi menambahnya dengan pintu apartemen yang jebol, bukan?

"Kau tidak perlu membuang-buang tenaga untuk menjebolnya," sahut Alihan cepat.

Lantas Alihan bergegas meraih kantong plastik yang tersisa dan berlari menghampiri Altan secepat mungkin sebelum pria itu mendobrak pintu gedung apartemen mereka sungguhan.

---

(1) Tempat bermukim kelompok bangsa Turki nomaden.