Chereads / Cinta 1302 / Chapter 12 - Pria Aneh Bernama Altan (2)

Chapter 12 - Pria Aneh Bernama Altan (2)

Di kantor Mozaik beberapa waktu lalu...

Sebuah helikopter putih biru milik polisi terlihat terbang menembus ketenangan udara tatkala Safira tengah menikmati pemandangan di luar jendela kantornya. Suaranya cukup menulikan telinga, terlebih bagi mereka yang ada di lantai 7. Rasa-rasanya helikopter itu seperti terbang di pucuk kepala mereka.

Altan yang sepersekian detik lalu masih berargumen dengan Alihan seketika melompat ke atas meja Safira sambil berseru, "SUARA SANGKAKALA!!!"

Wajah pria tersebut panik. Sepasang mata birunya bergerak kalut. Gestur tubuhnya defensif. Sorot matanya yang nyalang memantau pada keadaan di luar sana.

Melihatnya, Safira menyentuh dada kirinya. Dia terkejut luar biasa. Bukan karena suara helikopter melainkan karena tingkah pria tersebut. Ini untuk pertama kalinya dalam hidupnya Safira melihat seseorang yang bertingkah sangat 'luar biasa' seperti Altan.

"Tuan Altan..." cicit Safira kebingungan, yang merasakan bila jantungnya nyaris menggelinding tadi.

Mata Safira mengerjap-ngerjap memandang pria tersebut. Namun Safira sama sekali tidak ada ide mengenai apa yang sedang terjadi pada Altan saat ini. Tadi saudara Kak Alihannya itu sama sekali tidak nampak seperti orang dengan masalah mental atau semacamnya. Lalu apa yang tengah dilihat Safira sekarang?

Diliputi oleh ketidakmengertian, Safira lantas mengedarkan pandangannya. Akhirnya dia hanya mendapati bila bukan hanya dirinya saja yang syok melainkan semua orang di ruangan itu pun ikut membeku dalam keterkejutan mereka. Terlebih Alihan. Mulut pria itu sampai menganga saking kagetnya dengan tingkah saudaranya itu.

'Ada apa sebenarnya ini?', pikir Safira cemas.

"SUARA SANGKAKALA!!! AKAN ADA PERANG!!!"

Lagi, Altan meneriakkan peringatannya sembari menoleh sekilas kepada semua orang di sana. Kemudian dengan gerakan cepat dan siaga dia kembali memantau ke luar jendela.

"Cepat lakukan sesuatu! Safira, berlindunglah! Yang lelaki, kalian harus mempersenjatai diri kalian!" Altan memberikan komando. Suaranya tegas dan yakin, menunjukkan bahwa dirinya sudah piawai dalam mengkoordinir pasukan.

'Perang apa?!', Safira ikut merasa cemas namun karena dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Altan saat ini -- dia mengkhawatirkan pria itu. Bukan karena Safira ikut-ikutan meyakini akan terjadinya perang. Demi apa, itu hanya sebuah helikopter yang melintas!

Safira lalu menengadahkan kepalanya. Mata hitam bulatnya menatap pada lelaki setinggi 190cm yang kini tengah berdiri di atas meja kerjanya. Wajah Altan masih saja menghadap ke jendela, mencari dengan pias ke arah sumber suara 'sangkakala' tersebut dan menunggu apa yang akan terjadi setelahnya.

Tidak ada.

Suara itu berlalu dan menghilang begitu saja karena memang bukan seperti yang dipikirkan oleh Altan. Setelahnya Altan menatap kepada semua staf Mozaik yang berada di sana. Kebingungan menyelimuti wajahnya bak kabut. Sorot matanya seakan menuntut penjelasan mengapa tidak terjadi apapun.

Alihan menepuk-nepuk pahanya kesal. Suara tepukannya memecah keheningan di tempat itu. Dengan suara menahan tangis dia mencicit serupa anak kecil, "Berikan hambamu ini kesabaran, Ya Allah!"

Kemudian Alihan berdiri dari duduknya dan mendekati saudaranya itu. "Altan, itu bukan isyarat perang. Tidak ada perang, okay? Inshallah masih ada waktu bagi kita untuk bertaubat," katanya setenang mungkin. "Sekarang kau turunlah dulu dari situ," bujuk Alihan dengan kedua tangannya mengisyaratkan.

"Tidak ada?" Altan memastikan ulang. Dia masih belum mau turun dari tempatnya.

"Ya. Tidak ada," jawab Alihan yakin.

"Benarkah?" Altan masih belum teryakinkan.

Alihan mengangguk mantap.

Sejenak sepasang mata biru Altan menatap bimbang ke wajah Alihan. Kemudian dengan sekali hentakan pria itu melompat turun ke lantai. Alihan lalu menggamit lengannya dan membawanya untuk duduk kembali ke kursi di hadapan Safira.

Dengan sigap Safira mengambilkan segelas air putih untuk diberikannya kepada Altan. Terlepas dari betapa anehnya insiden barusan, Safira merasa bila Altan melakukannya karena sedang tidak baik-baik saja. Safira tidak ada dugaan lain selain kemungkinan bila Altan baru saja mengalami halusinasi.

"Terima kasih, Nona Safira," Altan tetap tidak lupa mengucapkannya meskipun sorot matanya tampak tidak fokus dan air mukanya menunjukkan bila dia masih terbebani oleh apa yang terjadi.

Safira justru jadi merasa iba melihatnya. Altan tampak begitu masih muda dan sehat secara fisik untuk dapat terserang penyakit tertentu. Ah, tapi di masa sekarang anak bayi sekalipun bisa terkena penyakit yang aneh-aneh, bukan? Bahkan guna-guna.

"Apakah Anda baik-baik saja?" hati-hati Safira bertanya pada Altan.

Altan mengangkat pandangannya. Manik birunya bertemu dengan manik hitam Safira. Dari kebiruan mata Altan itulah Safira dapat menangkap bayang kebingungan yang masih belum menghilang dari pria itu. Ternyata Altan didera syok juga seperti mereka semua.

"Aku--"

Baru saja Altan membuka mulut, suara gelak tawa Alihan terdengar memenuhi ruangan Mozaik dan menyela ucapan Altan. Alihan tertawa begitu kerasnya sehingga semua yang ada di sana khawatir kalau-kalau pria itu akan mati tersedak jakunnya sendiri. Ditambah pria itu yang memukul-mukul perutnya sendiri, siapapun yang melihat pasti akan curiga bila Alihan mendadak kesurupan.

Semua mata di sana memandang penuh rasa tidak mengerti yang bertabur kengerian ke arah ketua organisasi mereka. Tidak terkecuali Safira yang kini perhatiannya sudah teralih dari Altan ke Alihan. Kerutan-kerutan dalam terbentuk di dahinya.

'Apakah ada masalah dengan dua saudara sepupu ini? Kenapa kelakuan mereka tidak jelas sekali?', Safira dibuat bertanya-tanya dengan rasa prihatin.

"Mereka semua terpengaruh oleh aktingmu, Altan! Kau berhasil!" seru Alihan yang kemudian menepuk keras bahu kanan sepupunya. Tak lupa, mencengkeramnya. Dia juga meringis pada Altan.

Altan menatap Alihan. Mulanya dia tidak mengerti akan hal aneh apa yang barusan dikatakan oleh Alihan. Namun ketika merasakan kuku-kuku Alihan yang seperti hendak menembus kulitnya ditambah dengan wajah pria itu yang lebih mirip menyeringai daripada meringis, Altan pun mengerti. Dengan cepat dia menangkap isyarat dari Alihan yang memintanya untuk bekerjasama.

Tawa kaku Altan menyusul kemudian. Matanya mengedar menatap satu per satu orang-orang yang ada di sana dengan sorot keki.

"Sepupuku Altan ini hendak mengikuti audisi untuk teater. Kebetulan mereka akan memainkan pertunjukan kolosal atau semacam itu. Jadi Altan harus berlatih untuk itu dan sekarang dia sedang menjajal hasil latihannya," dengan gugup Alihan menjelaskan. Lalu dia menoleh pada Altan. "Benar kan, Altan?" tanyanya dengan suara penuh tekanan.

Masih di tengah tawanya, Altan berseru, "Ya!"

***

Dari layar ponselnya Safira dapat melihat wajah Yağmur memerah. Gadis itu tertawa terpingkal-pingkal tak dapat ditahan setelah mendengar semua pengalaman Safira yang bertemu Altan untuk pertama kalinya.

"Astagaaa, Kak Alihan memiliki saudara yang sebanding dengannya!" Yağmur mengomentari.

"Sudah kubilang orangnya memang 'tidak biasa'," timpal Safira yang masih merasa ganjil terhadap Altan.

"Sepertinya gen yang mengalir di keluarga Kak Alihan memang gen ajaib! Kalau tidak bagaimana tingkah mereka berdua bisa seabsurd itu?" celetuk Yağmur. "Lagipula dari mana mereka mendapatkan ide untuk uji coba di hadapan kalian?" sambungnya tidak habis pikir.

Safira mengedikkan bahunya menanggapi ucapan Yağmur. Tangan kirinya memegang ponsel sementara tangan kanannya sibuk memasukkan kacang walnut ke dalam mulutnya. Sejak di Turki dan berkenalan dengan kuruyemiş (1), Safira tidak bisa berhenti mengunyahnya. Terutama di musim dingin. Camilan-camilan itu seolah menambah energi pada tubuhnya dan membuatnya merasa lebih hangat.

"Eee, lanjutannya bagaimana?" tuntut Yağmur.

Bagaimana?

"Tidak ada. Situasi tenang kembali setelah itu," jawab Safira sekenanya. "Tapi semua merasa gondok karenanya," tambahnya.

Ya, semua kecuali Safira.

Mata Safira tertuju pada layar TV. Tetapi pikirannya masih tertahan pada sosok bernama Altan itu. Pun dengan keterangan dari Alihan yang mengatakan bila Altan hanya berakting, Safira tetap tidak teryakinkan. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasa bila Altan sungguh melakukan semua keanehan tersebut.

Entahlah...

---

(1) Camilan ala Turki seperti kacang walnut, kacang mete, kuaci, dsb.