Chereads / Cinta 1302 / Chapter 8 - Alihan dan Serentet Pertanyaan Altan

Chapter 8 - Alihan dan Serentet Pertanyaan Altan

Alihan harus membantu Altan untuk beradaptasi.

Setelah memperkenalkan Altan dengan lampu, pakaian modern, mobil, lalu lintas Istanbul, dan bahkan mengajak pria Seljuk itu ke kantor Mozaik, kini Alihan membawanya ke market. Bukan sebuah market yang besar tapi cukup komplit sehingga Alihan dapat menemukan barang apa saja yang ada dalam daftar belanja mingguannya.

"Saat aku bilang market mirip dengan pasar, bukan berarti tempat itu seperti pasar. Aku bilang 'mirip', bukan 'sama dengan'. Cara jual belinya berbeda. Di market kau akan mengambil semua barang yang kau butuhkan dan membayarnya di tempat bernama kasir. Yang perlu kau ingat kalau di market kau tidak bisa menawar," tanpa melihat pada Altan, Alihan meluruskan pikiran pria itu yang mengira market adalah semacam pasar tradisional.

"Tapi pasar tradisional tetap ada di sini seminggu sekali--" Alihan mendorong pintu masuk market dan menoleh ke arah Altan. Seperti yang seharusnya sudah diketahuinya, dia tidak menemukan pria Seljuk itu mengikutinya. Pandangannya menyapu ke pelataran market dan menemukan Altan sedang berada di sisi lain tempat itu.

Berdiri hampir menyentuh pada diding luar market yang terbuat dari kaca tebal, di sanalah Altan berada. Dia menengok ke dalam market dengan tatapan meneliti. Dilihatnya rak penuh dengan tumpukan barang-barang yang disusun berjejer. Yang membuatnya heran adalah semua orang yang berada di dalam sana mengambil barang-barang dan memasukkannya ke dalam semacam kereta tanpa membayar.

'Apa barang-barang itu gratis? Tidak heran tempat ini tembus pandang seperti ini karena tidak akan ada yang mencuri,' pikir Altan.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Alihan sesampainya di sisi Altan. Terpaksa dia berjalan keluar kembali demi menjemput pria tersebut. Dia sudah beberapa kali memanggil Altan namun pria itu tampak tenggelam dalam kegiatannya memata-matai market.

Altan menoleh melihat bayangan Alihan dari kaca. "Semua orang mengambil barang secara gratis di sini," katanya yang terdengar seperti sedang melapor.

Alihan mengehela nafasnya. Sudah jelas bila dari tadi dia hanya berbicara dengan angin, entah sejak kapan. Untung saja tidak ada pengunjung yang menegurnya karena menganggapnya sebagai penderita gangguan jiwa sebab melihatnya berbicara sendiri.

"Ini bukan seperti pasar yang ada di masamu, Altan. Mereka tidak mengambil barang secara gratis. Setelah mengambilnya mereka akan membayarnya sebelum keluar dari tempat ini," mau tidak mau Alihan harus menjelaskan ulang untuk yang kedua kalinya.

"Begitukah?" respon Altan seraya berpikir. "Apakah tidak ada pengutil di sini? Atau pencuri? Tempat ini begitu bebas dan transparan. Lihatlah, aku bahkan bisa melihat langsung ke dalam sana," dia mengarahkan jari telunjuknya ke bagian dalam market.

"Tentu saja ada. Mana mungkin tidak. Pencurian sudah ada sejak zaman dahulu dan masih berlangsung hingga ke masa sekarang dan mungkin sampai dunia kiamat," timpal Alihan.

"Kalau begitu seharusnya tempat ini tidak dibuat tembus pandang dan haruslah ada penjual yang melayani setiap pembeli," Altan berpendapat.

"Kenapa kau malah jadi protes padaku? Bukan aku yang membangun tempat ini!" protes Alihan yang tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Altan. "Lagipula ada alarm. Ada kantor polisi juga. Kau tak perlu mengkhawatirkan semacam itu ketika masih ada hal lebih penting yang harus kau perhatikan!" dia mengingatkan.

"Apa itu alarm?" Altan bertanya, tidak menghiraukan peringatan Alihan.

"Benda yang akan berbunyi jika kau mengutil sesuatu," jawab Alihan tidak antusias.

"Ada benda seperti itu? Seperti apakah bentuknya?" Altan terdengar sangat tertarik.

"Ada. Kami menyebutnya sebagai teknologi. Kau akan melihat sendiri bagaimana bentuknya di dalam sana," jawab Alihan sekenanya karena tidak tahu bagaimana harus menjelaskan tentang alarm kepada Altan.

"Apa itu teknologi?" Altan menyambung pertanyaannya.

Alihan mensugesti dirinya untuk lebih bersabar. Menganggap Altan sebagai seorang anak kecil yang penuh dengan rasa ingin tahu. Yah, meskipun Alihan merasa geli berpikiran seperti itu karena penampilan dan perawakan Altan yang sama sekali tidak pantas disebut sebagai anak kecil.

"Sesuatu yang ditemukan untuk mempermudah hidup manusia. Sudah, ayo masuk!" segera Alihan menggamit lengan kekar Altan. Kalau dibiarkan, bisa-bisa mereka akan berdiri di sana sampai subuh nanti dan Alihan sudah terlalu lapar untuk itu. Sayangnya usahanya hanya omong kosong. Altan tidak berpindah seinchi pun dari tempatnya berada.

"Lalu apa itu kantor polisi?" bukannya bergerak, Altan malah bertanya kembali. Tubuhnya yang kuat membuat tarikan Alihan terhadap lengannya seperti sentuhan bulu belaka -- begitu ringan dan tidak berasa!

Alihan berhenti menarik Altan namun tangannya masih berada pada lengan pria Seljuk tersebut.

"Kantor polisi adalah tempat di mana kau menyerahkan para penjahat. Polisi adalah orang yang bertugas untuk menangkap penjahat dan memasukkan mereka ke dalam penjara. Penjara adalah tempat kecil yang serupa kurungan dengan jeruji besi mengitarinya sehingga siapapun yang dimasukkan ke dalamnya tidak dapat keluar, kecuali bila sipir yang mengeluarkannya. Kalau kau bertanya apa itu sipir, aku akan menjelaskannya juga. Sipir adalah petugas yang menjaga penjara. Apa kau mengerti semua yang aku jelaskan barusan?"

Sengaja Alihan memberikan jawaban secara berurut karena dia tahu bila Altan pasti akan kembali mencecarnya dengan pertanyaan yang sambung-menyambung. Jadi daripada dirinya kesal karena ditanyai terus-menerus dan Altan mengalami pegal mulut karena tak berhenti bertanya, Alihan merangkum semuanya sekaligus. Tidakkah dia sangat baik hati? Altan yang menguras kesabarannya pun masih dipikirkan olehnya.

'Dia sangat beruntung karena jatuh ke rumahku. Bila dia jatuh ke tempat orang lain, entah bagaimana nasibnya. Bisa-bisa dia dibawa ke kantor polisi karena dianggap sebagai maling! Sedangkan aku? Aku bahkan merawatnya dan memperkenalkannya sebagai saudaraku sendiri', batin Alihan yang sedikit banyak juga mengelukan dirinya sendiri tanpa disadarinya.

"Ya, aku mengerti. Kami juga memiliki jeruji besi seperti itu. Tapi para Alp yang menjaganya. Bukan petugas yang kau sebut sebagai polisi," kata Altan membandingkan.

"Syukurlah bila kau memahaminya. Sekarang masih adakah yang ingin kau tanyakan? Atau sudah bisakah kita untuk masuk ke dalam dan berbelanja?" tanya Alihan setengah membujuk. Senyumnya terkembang lebar hingga menampakkan deretan giginya demi menutupi rasa jengahnya terhadap pertanyaan demi pertanyaan yang Altan ajukan sedari tadi.

Sebenarnya Altan bukannya tidak sadar akan unek-unek yang dirasakan oleh Alihan terhadapnya. Altan sangat perasa. Tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya meskipun dia sendiri merasa tidak enak hati kepada pria itu.

Semua pertanyaan yang diajukan Altan kepada Alihan adalah refleks belaka. Sudah nasibnya bila Altan terlahir sebagai seseorang yang kritis dan selalu ingin tahu. Bahkan di masanya pun dia seperti itu meskipun lebih terkendali. Sedangkan di masa modern semuanya adalah hal baru bagi Altan, yang begitu menarik antusiasmenya. Syukurlah pembawaannya seperti itu sehingga Altan tidak frustasi karena hanya memikirkan jalan pulangnya.

Adalah benar bila saat ini Altan sedang terdampar di tanah antah berantah. Tapi dia juga mendapatkan banyak hal-hal baru di masa modern. Bisa dikatakan bila Altan tersesat namun menikmatinya.

"Baiklah. Ayo kita masuk. Tolong belikan aku makan juga, Alihan. Aku lapar," kata Altan yang kali ini rasa penasarannya beralih pada kuliner di Republik Turki.