Sudah tiga hari ini Koyas kembali didampingi sang istri dan pak Sendy bapaknya, sejak Penutupan Pameran di kota MA lalu itu.
Namun begitu, Sari masih merasa seperti di kota MA, bahkan sempat merasa ingin kembali ke sana. Bukan karena kesan pameran, namun karena kesan kebersamaannya dengan lelaki yang dikenalnya di tempat pameran itu.
Situasi kebersamaan yang masih melekat di pikiran itulah yang kini membuat Sari jadi sering menyendiri untuk melamun dan membayangkan lelaki itu. Sudah tiga hari ini Sari tampak bagai seseorang sedang kehilangan kekasihnya, yang padahal ada suami bersamanya.
Namun lain halnya dengan Koyas, dia dalam tiga hari ini penuh kekhawatiran dan was-was setiap ingin buka Hp, selalu lebih dulu tengok sana sini bak orang yang mau menyebrang jalan raya, karena khawatir Sari lewat.
Pada suatu malam, saat duduk di teras bertiga; Koyas-Sari dan pak Sendy. Sedang asyiik ngobrol tiba-tiba Hp Sari dan Hp Koyas berbunyi di waktu nyaris bersamaan:
Hp Koyas mendapatkan pesan masuk:
"Lagi ngapain mas?" pesan tertulis dari Cindy.
"Lagi nyantai bareng di teras. Kamu lagi ngapain?" tanya Koyas balik.
"Aku juga nyantai, tapi pikiran gak bisa santai mas... ingat mas Koyas terus!" jawab Cindy.
"Kok ingat aku?" balas tulis Koyas.
"Iih, mas ini! Emang gak boleh?!" tulis Cindy.
"Heheee.... ada apa cantikku?" tulis Koyas.
"Pingin dekat mas Koyas, sepwrti kemarin!" tulis Cindy.
"Sabarkanlah hatimu, aku masih cari cara dan waktu supaya bisa jalan lagi sama kamu!" tulis Koyas.
"Iya mas, tapi jangan kelamaan!" tulis Cindy.
Sementara itu Hp Sari ada telpon masuk. Karena Koyas berada di situ juga, Sari kemudian sengaja tolak telpon dan lanjut kirim pesan ke penelpon:
"Maaf, ketik pesan saja pak, ini saya sedang duduk bersama suami dan bapak mertua, takut mereka tau!" tulis pesan Sari.
"Aku pingin ngajak kamu jalan-jalan! Kapan kamu ada hari libur?" pesan tulis orang itu.
"Belum tau pasti pak. Karena saat ini kan masih terbilang pasca pameran, jadi pas lagi sibuk-sibuknya!" balas tulis Sari.
"Lho, kalau habis pameran bukannya dikasih libur?" tulis orang itu.
"Tidak pak. Karena perusahaan harus nyiapin stok barang yang dipesan customer, siapin packing juga, terus ngurus pengiriman, dan lain-lain!" tulis Sari.
"Ooh, iya, memang betul, saya mengerti!" pesan balas orang itu.
Diam-diam pak Sendy memperhatikan dan tertawa sendiri, lalu katanya pelan:
"Duduk bersama kok yang diajak ngobrol malah Hp'nya, heheee?!" pak Sendy sambil angkat gelas kopinya.
Sementara anak dan menantunya terlihat serius dengan Chatting, pak Sendy hanya asyiik dengan kopinya.
Begitu Koyas melihat Sari makin serius dengan Chatting, Koyas yang tadinya takut ketahuan istrinya, dia pun mendadak lebih santai dengan Hp'nya.
"Maaf ya pak, mas ... Sari lagi ada urusan dengan customer meuble!" Sari coba cari alasan demi bisa aman dari kecurigaan.
"Iya, kamu selesaikan dulu, memang kerjaannya kok!" sahut pak Sendy.
Sari sama sekali tidak menaruh curiga pada suaminya saat itu. Karena yang ada pada pikirannya saat itu hanyalah bagaimana dia aman dari kecurigaan sang suami.
Di saat bersamaan, tanpa Sari sadari Koyas dan Cindy ternyata juga sedang
rapat rahasia.
"Besuk pagi setelah antar pak Boss, kita bisa ketemuan, mumpung juragan lagi sibuk di kantor!" tulis pesan Koyas.
"Mm.. baiklah, besuk aku tunggu kabarnya ya?!" tegas Cindy.
Koyas matikan Hp, lalu katanya dalam hati:
"Yess, Koyas... selamat menikmati!"
Koyas merasa lega, lalu bersandar agak kenceng:
"Brug!" sandaran kursi terbentur punggung Koyas.
"Kenapa... sudah ngantuk?" tanya pak Sendy.
"Agak pak!" jawab Koyas.
"Ya udah, istirahat aja yuuk, besuk kalian berdua juga kerja pagi!" ujar pak Sendy.
"Sebentar pak, nunggu Sari masih belum selesai tu!" kata Koyas.
"Bapak masuk duluan aja, sebentar Sari selesai saya juga istirahat!" sambung Koyas.
"Kalau begitu bspak masuk duluan ya!" kata pak Sendy seraya melangkah masuk.
Melihat pak Sendy tampak masuk kamar duluan, Sari berpikir:
"Waah, kalau mas Koyas sendirian, bisa-bisa saya ditanyai tentang Chatting, bahaya... dia bisa curiga. Sebaiknya aku hentikan saja aah!"
Kemudian:
"Pak, kita sambung lagi besuk ya. Ini suamiku sudah mulai lirik-lirik ke saya terus, saya khawatir kepergok!" tulis pesan Sari.
"Baiklah, selamat malam dan mimpi indah!" pesan balasan orang itu.
Sesaat kemudian Koyas dan istrinya masuk kamar, lalu istirahat.
Malam itu benar-benar sepi dan sunyi tiada kebisingan apapun, suara jengkrik pun tak terdengar sebagaimana malam-malam sebelumnya.
Semua mendadak menghilang di malam itu, seolah berduka melihat hubungan antara Koyas dan Sari yang sedang ditumbuhi duri.
Pada pagi berikutnya...
"Mas, jemput pak Boss jam berapa pagi ini?" tanya Sari sambil menyiapkan kopi suami dan bapaknya.
"Setengah delapan saya harus sudah standby di rumah Boss!" jawab Koyas.
"Ooh, kirain pak Boss mau ke kantor lebih pagi! Berarti tetap antar saya lebih dulu kan?!" lanjut Sari.
"Iya, seperti biasa. Katanya, pak Boss tadi malam telponan sampai tengah malam, jadi masih ngantuk kalau jam 7!" jelas Koyas.
"Baiklah, saya masak dulu ya!" kata Sari.
Sementara Sari masak, pak Sendy berjemur di teras sambil baca sebuah buku, sedangkan Koyas mulai dengan Hp'nya di dekat bapaknya.
"Sambil kontrol jam, jangan sampai terlambat berangkatnya!" ujar pak Sendy pada Koyas.
"Iya pak!" jawab Koyas.
"Thing thung!" satu pesan masuk berbunyi.
"Pasti Cindy yang tidak sabar menunggu kabar nih!" pikir Koyas sambil buka menu pesan di Hp'nya.
Koyas membuka pesan tertulis yang baru masuk di Hp'nya.
"Mat pagi pak!" pesan tulis Cindy.
"Kok panggil pak?!" balas Koyas.
"Kan sebentar lagi sang Junior lahir! Statusnya kan jadi naik, hehehe!" canda Cindy.
"Aah, itu masih lama. Junior kamu tu... yang sudah dekat waktunya!" balas Koyas.
"Ya kalau bayiku nanti lahir, panggil mas Koyas kan bapak?!" tulis Cindy.
Tak sadar, begitu membaca seketika itu Koyas kagèt seraya bersuara:
"Hahh!!" mata Koyas terbelalak lebar.
Pak Sendy menoleh dibuatnya, lalu:
"Ada apa?!" tanya pak Sendy.
"Ini pak, Cindy katakan kalau bayinya lahir, panggil saya 'Bapak', gitu!" ungkap Koyas sambil cemberut.
"Lha maunya bagaimana?" tanya pak Sendy.
"Gimana ya?!? Saya kan bukan bapak dari anak itu?!" kata Koyas.
"Ya ini yang kita bicarakan dan sepakati bersama dulu itu, yakni 'Menolong Status anak', yang terus dilanjut pada pernikahan. Ingat apa gak?!" tegas pak Sendy.
"Ini kan bukan masalah status pak, tapi panggilan?!" ungkap Koyas.
"Ya kalau anak itu tau bahwa kamu berstatus bapaknya, otomatis dia akan panggil kamu Pak!" tegas pak Sendy lagi.
"Lagian, apa sih ruginya? Kalau kamu keberatan dipanggil bapak, itu sama artinya kamu dulu berkata 'Menolong, namun hatimu tidak ikhlas menolong!" tambah pak Sendy.
"Sudah, kamu siap-siap, ini sudah jam berapa... nanti kamu terlambat lho! Masalah ini kamu renungkan lagi nanti malam!" saran pak Sendy.
Beberapa menit kemudian Koyas mengantar istrinya berangkat. Dan sesampainya di gerbang Perusahaan, Koyas menghentikan motornya di sana.
Kemudian:
"Mas, sekarang pulang dulu kan? Ini jam 7 masih kurang, pasti pak Boss belum siap berangkat, dan mas Koyas kelamaan nunggu di sana lho!" ungkap Sari.
"Iya, betul. Idea yang tepat!" kata Koyas sambil senyum.
Setelah Sari cium tangan suaminya, masuk kantor. Sedangkan Koyas jalankan motornya, namun dia menghentikan motornya sekitar 50M dari gerbang Perusahaan, lalu parkir di sana.
Di situ Koyas jelurksn Hp'nya dan lanjut menghubungi Cindy.
"Jam 9 kamu siap, aku jemput di tempat seperti kemarin!" tulis pesan Koyas.
"Baik, siap pak Koyas, hehehee!" balas Cindy tertawa.
Setelah Koyas selesaikan tugas jemput pak Boss di rumahnya, dan lanjut antarkan ke kantor, dia lanjutkan dengan jemput Cindy.
Setelah itu Koyas dan Cindy segera melaju, dan lanjut masuk ke penginapan langganan mereka.
Berdua memeras keringat di tempat yang jauh dari pengawasan Sari, pak Sendy, serta pak Irawan. Mereka sangat menikmati.
Karena Koyas beranggapan selalu aman hal kebersamaannya dengan Cindy, akhirnya keterusan hingga berulang kali di hari-hari berikutnya tanpa diketahui baik oleh mertua, bapaknya, maupun istrinya.
■ Lalu... sampai kapankah pesta Koyas berdua berlanjut tanpa diketahui mertua, bapaknya, dan istrinya?
■ Temui jawabannya pada Bab : "Perselingkuhan yang terbalas"