Jae terbangun dari tidurnya saat suara pintu mobil terbuka, matanya melihat ke arah kursi kemudi Dihno sudah sampai dengan beberapa kantung plastik berisi belanjaan yang dia beli, salah satu kantung plastik Dihno serahkan kepadanya, Jae menerima kantung plastik tersebut dan melihat isi di dalamnya.
"Nasi?" ucap Jae dia mengernyitkan keningnya, "kamu ingin aku terlihat bengkak di kamera?"
Dihno menyalakan mesin sembari mengendarai mobil dia menjawab pertanyaan Jae barusan
"Mianhe, tetapi bukan aku yang membelinya" akui Dihno matanya fokus mengendarai mobil sembari beberapa kali melirik ke arah Jae melalui spion depan.
"Siapa?" tanya Jae dia meletakkan bungkusan tersebut tidak berminat memakannya
"Daniel" jawab Dihno singkat
Jae sedikit terkejut saat mendengar nama orang yang diucapkan oleh Dihno
"Daniel? Lee Daniel?" tanya Jae memastikan nama yang diucapkan Dihno adalah orang yang sama yang dia kenal
"Ye Produser musik di stasiun TV" sahut Dihno menegaskan jawabannya
"Apa dia penggemarku?" tanya Jae ragu
Dihno memiringkan kepalanya sedikit dia seakan berpikir kemungKinan dari pertanyaan Jae, namun akhirnya Dihno justru menggeleng sebagai jawabannya
"Aku pikir bukan" balas Dihno
Jae melihat bungkusan itu kembali dia terlihat heran, "Lalu kenapa dia membelikan aku ini" ucap Jae mengambil bungkusan itu lagi
Dihno mengangkat bahunya pertanda tidak tahu alasan produser musik tersebut membelikannya, Dihno pikir jika itu hal yang biasa dilakukan untuk menjalin hubungan kerja yang lebih baik.
"Apa tadi kamu tidur?" tanya Dihno tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
"Kenapa?" tanya Jae dia mulai membuka isi box dari bungkusan plastik
"Jadi itu hanya mimpi ku pikir kamu sedang berbicara dengan orang lain" ucap Dihno matanya masih fokus melihat ke jalan raya, kini keduanya sudah berada di sebuah persimpangan jalan. Mobil yang dikendarai oleh Jae berhenti tepat saat lampu merah menyala.
"Maksud kamu?" Jae yang sedang makan hidangannya mendadak berhenti sejenak saat mendengar penjelasan Dihno.
"Bukan apa-apa, aku pikir kamu hanya melindur saja" ujar Dihno dia melepas rem tangan dan mulai menginjak pedal gas perlahan lampu sudah menunjukkan warna hijau, mobil mereka kembali berjalan melanjutkan perjalanannya.
Jae terlihat sedang mengunyah makanan yang berada di dalam mulutnya namun otaknya sedang berpikir seperti ada yang dia lupakan.
***
"Angel wake up!" teriak Devi mencoba membangunkan Angel yang tertidur
Keringat membanjiri seragam Angel dia tersentak bangun mendengar teriakan Devi. Kinan yang berada di sebelah kanan Angel segera membantu Angel untuk bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk, dia memberikan air kepada Angel.
"Are you okay?" tanya Kinan setelah Angel selesai minum
Angel mengangguk pelan, wajahnya terlihat pucat dia memberikan kembali botol air minum yang sebelumnya diberikan oleh Kinan kepadanya
"Ya" jawab Angel lemah
"Lo mimpi apa nyampe kayak gini?" tanya Kinan penasaran ini adalah pertama kalinya dia melihat Angel seperti ini
"Iya benar, lo nyampe nangis kenceng gitu" timpal Devi membenarkan
Angel diam dia mengingat kejadian yang dia alami seperti bukan mimpi bahkan jika itu mimpi dia tidak pernah ingin memimpikannya lagi selama hidupnya.
"Angel?!" tegur Kinan yang melihat Angel justru melamun
Angel tersadar dari lamunan dia menoleh kearah Kinan tersenyum tipis, "Hanya mimpi buruk" jawab Angel sekadarnya
Angel melihat jam di pergelangan tangannya sudah 30 menit berlalu artinya sudah setengah jalan pelajaran bahasa berlangsung, mereka bertiga memang berniat membolos di mata pelajaran ini dan sekarang mereka berada di basecamp OSIS. Devi mendapatkan kunci ruangan OSIS dari salah satu temannya, lebih tepatnya dia sedikit mengancam.
"Gua mau ke kelas, kalian mau ikut?" ajak Angel kepada kedua temannya
Devi dan Kinan mengangguk, "Hm, lagi pula guru bahasa tidak masuk kelas hari ini dia hanya memberikan tugas mandiri" jawab Devi memberi tahu
Angel mengangguk paham dia mengambil smartphone yang sebelumnya dia charger sebelum pergi dari basecamp, setelahnya mereka bertiga akhirnya pergi meninggalkan basecamp OSIS menuju ke kelas.
Devi mengunci ruangan OSIS seperti sebelumnya sedangkan Kinan dan Angel menunggu sembari melihat sekitar takut-takut jika ada guru lain yang lewat, Angel membuka kunci smartphonenya dilihatnya layar kotak tersebut ada sebuah notifikasi pesan yang masuk Angel menggeser notifikasi tersebut ke kanan tidak berniat untuk membukanya.
"Beres, yuk!" ajak Devi setelah selesai melakukan tugasnya. Angel, Kinan dan Devi beranjak pergi dari tempat itu mereka berjalan cepat namun tanpa suara pergi menuju kelas, beberapa kali mereka bahkan sempat harus menunduk saat melewati kelas lain yang terdapat guru di dalamnya agar tidak terlihat.
Di dalam kelas Reva dan Nabila sedang asyik mengobrol bersama dengan teman yang lainnya, mereka membicarakan tentang berita terbaru atau gosip tentang artis yang sedang viral saat ini.
"Serius artis ini melakukan pembullyan?" tanya seorang teman yang duduk di depan bangku Reva dan Nabila tidak percaya
"Rumornya gitu tetapi belum pasti" timpal temannya yang lain, "pihak agensi juga belum konfirmasi apa pun"
"Wah kalau emang bener gak nyangka sih, keliatan dari mukanya keliatan polos" balas teman yang duduk di depan itu lagi
"Kalau di sana enak ya, pembully bisa langsung didepak dari masyarakat" ujar teman yang lain dia menggerakkan tangan mempraktekkan arti kata 'didepak'
"Coba kalau di sini kayak begitu, sekolah bakal damai" lanjutnya lagi
"Kalau gitu apa bedanya?" sahut Nabila membuat yang lain menoleh ke arahnya
"Jelas beda, kalau begitu tidak ada lagi orang yang berani membully orang lain karena mereka tahu akibatnya" jawab teman tersebut yang dibalas anggukkan oleh teman yang lain
"Kejahatan dibalas dengan kejahatan akan menciptakan kejahatan yang lain" ucap Nabila, "pembullyan dibalas dengan pembullyan akan menciptakan para pembully yang lainnya dan berpikir apa yang mereka lakukan itu adalah hal yang benar" lanjut Nabila
Reva yang mendengarkan mengangguk setuju atas pendapat sahabatnya itu, "Setuju, kenapa kita harus mengotori tangan kita hanya untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita bisa membersihkan tangan kita dengan membalasnya melalui kebaikan" tambah Reva melengkapi
"Praktek tidak semudah teori" protes teman yang duduk di depan mereka, "rasa sakit akan kejahatan bisa mengalahkan logika itu sendiri"
"Gua setuju" balas Nabila membuat mereka terlihat bingung pasalnya Nabila terbilang murid yang berpendirian kuat dengan apa yang dipilihnya termasuk ucapan yang keluar dari mulutnya, saat Nabila bilang A maka dia akan mempertahankan ucapannya tersebut kecuali jika ada sesuatu yang dapat menggerakkan hatinya untuk berubah namun persentasenya sangatlah kecil.
"Hati seseorang tidak ada yang pernah tahu" lanjut Nabila sembari dia menggerakkan bahunya ke atas. Setelah percakapan barusan mereka semua terdiam beberapa saat, percakapan barusan bisa dibilang bukanlah percakapan yang berat namun selalu memiliki banyak jawaban hanya untuk satu pertanyaan.
Suasana kelas ramai namun masih cukup untuk tidak terdengar dari luar, beberapa siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka dengan serius, beberapa asyik menyalin jawaban dari temannya dan sisanya melakukan hal random seperti bermain game di ponsel, berbincang dengan teman-teman, ataupun tidur.
Angel dan temannya masuk ke dalam kelas membuat orang yang di dalam kelas terkejut masing-masing dari mereka bersiap menuju mejanya masing-masing namun saat tahu yang masuk adalah Angel mereka menghembuskan napas lega dan kembali melakukan aktivitasnya seperti semula. Angel mengambil buku dari salah satu siswi yang sedang serius mengerjakan tugas, siswi tersebut kaget namun dia hanya diam tidak berbuat apa-apa.
"Gua pinjam!" izin Angel atau lebih tepatnya itu sebuah pemaksaan.
Siswi tersebut hanya melihat Angel yang membawa buku tulisnya beserta jawaban yang sudah dia tulis di sana.
"Gua harap dia gak ada di sekolah ini" bisik salah seorang teman yang duduk di depan meja Reva dan Nabila.
Setelah mengucapkan itu dia berbalik menghadap ke depan perbincangan mereka telah selesai dan kini mereka kembali ke tempatnya masing-masing.
"Lo yakin gak mau bilang ke guru?" bisik Nabila kepada Reva.
Reva melihat ke arah meja Angel dan teman-temannya yang sedang asyik mengobrol sedangkan di sebelah Angel ada seorang siswi yang sedang serius menulis jawaban di buku milik Angel. Nabila mengikuti arah pandang Reva yang sedang melihat ke arah Angel berada, tanpa perlu menjawab pertanyaannya barusan dia tahu apa yang sedang Reva pikirkan.
Hari makin sore matahari perlahan mulai turun bel sekolah sudah berbunyi sejak sejam yang lalu para siswa dan siswi sudah pergi dari lingkungan sekolah hanya ada beberapa yang masih tinggal di sekolah itu pun karena mereka mengikuti extrakurikuler sekolah terlebih dahulu, guru-guru juga sudah meninggalkan area sekolah meski masih ada beberapa yang masih tinggal mengurus dokumen yang belum selesai.
Nabila masih berada di dalam ruangan guru dia sedang menunggu guru yang hendak dia temui, beberapa menit kemudian guru yang dia tunggu akhirnya muncul dari balik pintu Nabila berdiri saat guru tersebut tiba di depannya.
"Maaf kamu nungguin lama" ucap guru tersebut yang merupakan wali kelas Nabila
Nabila tersenyum, "Tidak apa-apa kok Bu"
"Oke, kamu ke sini mau ambil yang kemarin itu?" tanya Bu guru langsung ke intinya
Nabila mengangguk sebagai jawaban tanpa menghilangkan senyum dari wajahnya. Bu guru dengan segera mencari dokumen yang sebelumnya dimintai oleh Nabila.
"Ini yang kemarin kamu minta" ucap Bu guru memberikan sebuah dokumen berupa makalah kepada Nabila
"Makasih Bu" balas Nabila mengambil file tersebut, "kalau begitu saya pamit sekarang Bu"
Nabila hendak pergi dari ruangan guru namun Bu guru memanggilnya membuat Nabila menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap guru tersebut lagi.
"Aku hanya ingin memastikan saja, kamu yakin dengan pilihanmu?" tanya Bu guru
Nabila melihat dokumen tersebut sekilas sebelum akhirnya Nabila mengangguk dengan mantap.
"Baiklah kalau begitu" ujar Bu guru, "kamu bisa pulang sekarang"
Nabila mengangguk mengikuti perkataan Bu guru dia sekali lagi pamit izin pergi dari ruangan tersebut sedangkan Bu guru hanya melihat kepergian Nabila setelahnya dia kembali sibuk dengan pekerjaannya menyiapkan materi untuk keesokan harinya.
***
Dreet.. Dreet..
Smartphone Nabila bergetar dilihatnya notifikasi yang muncul di layar sebuah chat dari Reva
[ Princess Dream
Besok libur sekolah mau pergi bersama? ]
Nabila meraih smartphonenya dengan segera dia membalas pesan tersebut, setelah membalas pesan balasan Nabila kembali meletakkan smartphone tersebut di tempatnya semula dia keluar kamar memastikan Mamanya tidak ada di rumah, saat dirasa keadaannya sudah aman Nabila kembali masuk ke dalam kamarnya dia membuka tas dan mengeluarkan dokumen yang di terima oleh wali kelasnya tersebut.
Nabila membaca tiap lembar dari dokumen yang dia pegang dengan teliti beberapa kata dia lingkari untuk menandainya.
"Nabila?!" panggil Mama, "Mama pulang, kamu sudah sampai rumah"
Mendengar suara Mamanya buru-buru Nabila memasukkan kembali dokumen tersebut ke dalam tasnya, Nabila keluar kamar tepat sebelum Mamanya membuka pintu kamarnya.
"Iya Ma" sahut Nabila dia tersenyum menyambut Mamanya
"Kamu sudah pulang dari tadi?" tanya Mama melihat puterinya sudah ada di rumah lebih cepat dari biasanya.
"Hari ini lesnya libur, jadi Nabila pulang lebih cepat" jawab Nabila tersenyum berusaha bersikap senormal mungkin di depan Mamanya.
Mama mengangguk mengerti dia lalu berbalik menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam mereka.
"Mama istirahat dulu aja, biar Nabila yang siapin" ucap Nabila yang melihat Mamanya langsung mulai bergerak kembali tanpa beristirahat
"Gak perlu Mama gak capek, kamu saja yang istirahat" sahut Mama, "belajar juga sangat melelahkan"
Nabila tersenyum tipis mendengar jawaban dari Mamanya itu, dilihatnya Mama yang sudah sibuk melakukan aktivitasnya di dapur.
***
Reva berada di kamar sedang asyik berselancar di dunia maya, dari balik komputernya Reva membuka beberapa website dan juga akun media sosial miliknya. Reva melihat sebuah instagram story dari artis idolanya dibukanya akun tersebut, sang idola memposting kegiatan seharinya untuk dibagikan kepada penggemarnya, beberapa kali Reva tersenyum saat melihat story yang dibagikan.
Dreet.. dreet..
Smartphonenya bergetar sebuah pesan balasan dari Nabila sahabatnya telah diterima, Reva melihat notifikasi yang muncul dari layar smartphone tersebut. Nabila mengirimkan sebuah stiker jempol miliknya yang sempat di perban sebagai tanda 'okay' melihat stiker yang dipilih oleh Nabila membuat Reva tersenyum miring
"Dasar Nabila" ucap Reva seorang diri.
Setelahnya Reva kembali fokus ke layar komputer, dia menscroll ke bawah secara asal dan menemukan sebuah artikel tentang mimpi Reva membuka situs tersebut dan mendapati sebuah kalimat jika mimpi bisa menjadi nyata seseorang yang mengalami hal tersebut bisa mengingat dengan jelas mimpi yang terjadi tidak seperti kebanyakan orang yang akan melupakan mimpi yang barusan mereka alami. ¹
Reva menyandarkan tubuhnya di bantalan kursi dia mengingat beberapa kali ini tentang mimpi yang terjadi padanya, semua memang terasa nyata ditambah setiap kali Reva melakukannya mimpi tersebut seakan tidak ingin mematuhi perintahnya, dalam artikel disebutkan jika hal tersebut tidaklah berbahaya namun Reva masih mencari artikel lain yang bersangkutan.
Tiing..
Sebuah notifkasi muncul dari layar komputer ada pemberitahuan dari akun instagram miliknya, idolanya melakukan streaming Reva tersenyum dia mengarahkan kursor ke notifikasi tersebut hendak melihatnya namun tiba-tiba Reva teringat oleh mimpi yang dia lakukan bersama dengan idolanya tersebut. Reva yang semula tersenyum senang ekspresinya berubah entah apa yang sedang dipikirkan.
[ ON ]
Reva kembali berada di ruangan gelap kali ini tanpa mengamati sekitarnya Reva segera membuka pintu yang berada di depannya, pintu terbuka ruangan yang semula gelap kini berubah cahaya matahari terbenam terlihat jauh di tengah laut seakan laut hendak memakannya.
Reva kini berada di sebuah pantai dia melihat sekitar tidak ada siapa pun di sini, dia masih berdiri seperti menunggu seseorang, beberapa kali air laut mengenai jari-jari kakinya Reva membiarkannya saja dia hanya melihatnya sekilas setiap kali air laut mengenainya.
Cukup lama dia berdiam diri di sana, Reva hendak menjentikkan jarinya hendak mengubah suasana yang terlihat romantis ini namun baru saja Reva mengangkat jarinya sebuah tangan menepuk pundaknya.
Reva berbalik melihat siapa orang yang berada di belakangnya, saat berbalik didapatinya sebuah wajah tampan tengah tersenyum ke arahnya mau tidak mau Reva ikut tersenyum melihatnya.
"Hai?!" sapa lelaki tersebut yang merupakan Jae
Reva tersenyum balas menyapanya, "Hai"
Jae melihat sekitarnya sebuah pantai dengan pemandangan matahari terbenam dia menyukainya.
"Apa ini di mimpimu lagi?" tanya Jae
Reva hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Jae barusan
Jae tersenyum melihat Reva, "Cantik, aku suka" ujar Jae
"Baguslah" ucap Reva, "ada yang ingin kamu tambahin?" tanya Reva dia melihat sekelilingnya apakah masih ada yang kurang
Jae menggeleng, "No, aku hanya ingin bersantai" Jae berjalan ke salah satu kursi pantai yang tersedia di sana Reva yang melihatnya mengekori Jae dari belakang dia pun ikut duduk di salah satu kursi pantai sebelah Jae, di atas meja sudah ada es kelapa yang menyegarkan
"Ahh.. suasana yang sangat langka" ujar Jae dia memejamkan matanya menikmati suasana yang sangat jarang dia dapatkan. Reva melihat ke arah Jae dia senang tetapi juga kasihan melihatnya, tentu saja idola sepertinya pasti sangat susah mendapatkan suasana seperti ini bahkan saat mereka sedang cuti saja masih ada kamera yang akan terus menyorotnya.
Itu sebabnya tidak jarang dari mereka ada yang menyewa sebuah tempat dengan harga yang fantastis hanya untuk me time tanpa ada kamera, paparazzi, fans dan semua hal yang mengganggu privasi mereka. Terkadang hal ini seperti sebuah polemik yang selalu terjadi di masyarakat, banyak orang yang menginginkan posisi dari para idol terkenal tetapi di satu sisi para idol ini menginginkan menjadi seperti dulu yang tanpa sorotan berlebih.
Reva mengambil es kelapa dia menyeruputnya rasa air kelapa sangat menyegarkan saat terkena tenggorokannya Jae yang mendengar suara seruputannya menoleh melihat Reva yang sangat menikmati es kelapa tersebut, Jae ikut mengambil es kelapa yang satunya dia meminumnya
"Daebak, ini segar banget" seru Jae, Reva yang melihatnya terkekeh
"Jangan bilang ini pertama kalinya minum air kelapa" ujar Reva
Jae menggeleng, "Ini memang bukan yang pertama kali, tetapi mendapatkan air kelapa itu sangat susah"
Reva mengangguk dia mengerti dengan kalimat Jae, "Kapan terakhir kali minum air kelapa?" tanya Reva kemudian
Jae terdiam sejenak dia mencoba mengingat kapan terakhir kali dirinya minum air kelapa, beberapa menit kemudian dia tersenyum karena sudah berhasil mengingatnya
"Sepertinya saat sekolah, kalau gak salah mungkin umur 8 atau 9 tahunan" jawab Jae
Reva melongo mendengar jawabannya dia tidak menyangka selama itu Jae terakhir meminumnya, "Itu udah lama banget"
Jae tersenyum, "Itu karena aku sudah masuk ke dalam asrama untuk trainee, saat itu aku tidak punya waktu untuk bersantai bahkan hanya untuk bermain bersama teman-teman sekelas ku"
Reva mengangguk kembali paham dengan dunia seperti apa yang Jae miliki, tentu saja itu karena Reva mencari tahu semua tentang pria di depannya ini.
"Bagaimana denganmu?" tanya Jae kemudian
"Aku?" tanya Reva balik kurang mengerti dengan pertanyaan Jae
Jae berdehem sembari menyeruput es kelapa miliknya, "Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Oh.. aku masih sekolah semester akhir, sebentar lagi aku akan ujian jadi aku sedang sibuk mempersiapkan ujiannya" terang Reva
Jae mengangguk mendengar penjelasan Reva, "Apa sekolahmu menyenangkan?" tanya Jae penasaran
"Tentu saja, aku punya banyak teman dan mereka semua sangat unik tetapi ada yang spesial dari semuanya, dia sahabatku namanya Nabila dia sangat pintar. Dia bahkan mendapat julukan number one di sekolah" cerita Reva
"Kalau kamu?" tanya Jae lagi dia terlihat antusias mendengar cerita dari teman barunya di dunia yang baru.
"Tidak juga, aku hanya masuk peringkat 20 besar di sekolah" ucap Reva ekspresinya dia buat terlihat sedih.
Jae mengangguk setuju, "Itu terlihat sangat jelas" ucap Jae membuat Reva menatapnya tajam
"Apa maksud kamu?" tanya Reva tidak terima dengan ucapan Jae barusan
"Iyah.. kamu terlihat tidak terlalu pintar" ejek Jae
Reva berseru mendengarnya, "Hei enak saja, memangnya kamu sepintar apa saat sekolah?" protes Reva tidak terima
"Aku?" tanya Jae memastikannya, "kamu tidak perlu tahu, kamu akan terkejut jika tahu" jawab Jae menyombongkan dirinya sendiri.
Reva tertawa palsu mendengar ucapan Jae, "Benarkah? Bukankah kamu pernah drop out dari sekolah?" ejek Reva gantian
Jae terkejut dia tidak tahu jika Reva mengetahui hal itu tentangnya, "Itu bukan drop out aku hanya cuti sementara" alasannya
Reva dan Jae saling lempar percakapan dan kalimat ejekan di antara mereka berdua, langit masih berwarna sama seperti saat Reva datang matahari juga masih berada di posisinya tidak naik maupun turun dalam suasana yang menyenangkan sejenak mereka melupakan semua penat di dunia nyata walaupun hanya bisa mereka lakukan dalam dunia mimpi.
Canda tawa di antara keduanya membuktikan bahwa mereka menikmati momen dalam dunia semu yang akan segera mereka lupakan hanya dalam hitungan detik saat bangun tidur nanti, dalam obrolan yang seru itu Reva sekilas memperhatikan Jae yang tertawa sangat puas tidak seperti yang biasa dia lihat saat di layar ponsel maupun TV, Jae terlihat lebih lepas dari biasanya.
"Hahaha.. itu sangat lucu" ujar Jae dia tertawa puas saat mendengar lelucon yang dikatakan oleh Reva
Reva terdiam dia memperhatikan Jae yang sedang tertawa, Jae yang merasa sedang di perhatiin menghentikan tawanya dia menoleh ke arah gadis yang berada di sebelahnya tersebut sedang memperhatikannya.
"Kenapa? Ada sesuatu di wajahku?" tanya Jae tidak enak karena di lihatin terus-terusan
Reva menggeleng, "Aku berharap kamu akan mengingat semua ini saat bangun"
Kalimat Reva barusan seperti sebuah mantra ajaib dalam dunia mimpi yang menjadi nyata, sama seperti saat Reva melakukan lucid dream dan hanya membayangkan apa yang dia inginkan maka semua akan langsung terwujud di depannya.
Dunia mimpi mengalami perubahan besar hanya karena sebuah kalimat yang seharusnya tidak boleh terucap oleh para dream bender, sebuah perubahan yang menjadi berbahaya jika tidak segera diperbaiki.
Reva merasakan kepalanya sakit, dia tidak tahu jika kepalanya bisa merasakan hal tersebut di dalam dunia mimpi rasa sakitnya sangat nyata. Dia memegangi kepalanya, Reva bahkan memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit tersebut. Jae yang melihatnya segera membantu dia menopang tubuh Reva agar tidak terjatuh
"Kamu gak apa-apa?" tanya Jae khawatir dengan gadis tersebut
Reva tidak menjawab dia masih menahan rasa sakit yang aneh di kepalanya namun beberapa menit kemudian entah mukjizat atau sebuah keajaiban yang datang rasa sakit tersebut mendadak hilang dengan sendirinya
Jae yang awalnya bingung harus melakukan apa dia memejamkan mata dan berusaha berkonsentrasi membayangkan sebuah obat untuk meredakan rasa sakit, obat tersebut muncul di atas meja bersamaan dengan Reva yang sudah baik-baik saja.
"Kamu udah gak apa-apa?" tanya Jae, "minum obat ini dulu" ucap Jae dia memberikan obat hasil dari konsentrasinya barusan.
Reva mengambil obat tersebut dia melihat bungkusannya lalu tersenyum saat mengetahui jika itu bukanlah obat melainkan permen yang berbentuk seperti obat
"Ini permen" ucap Reva
Jae terkejut dia mengambil bungkusan itu dari Reva untuk memastikannya saat tahu jika yang dia lakukan salah Jae hanya tersenyum canggung
"Kamu membayangkan sebuah permen?" tanya Reva dia menahan tawanya
Jae menyengir, "Aku membayangkan obat yang rasanya manis seperti permen" jawab Jae dengan polosnya
Mendengar hal tersebut Reva tidak bisa menahan tawanya lagi, Jae cemberut mendengar tawa Reva yang seakan mengejeknya namun detik berikutnya dia juga ingin tertawa atas kelakuannya yang konyol.
***
Seorang gadis dengan rambut pendek sebahunya memasuki sebuah ruangan yang gelap dia melihat sekelilingnya tidak ada apa pun meski ruangan tersebut gelap namun nyatanya dia masih dengan jelas bisa melihat apa yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Tempat ini lagi" batinnya
Dia berjalan berkeliling mencari pintu yang biasa muncul di dalam ruangan gelap tersebut, setelah lama berjalan ke segala arah akhirnya dia menemukan sebuah pintu yang dicarinya namun kali ini pintu tersebut berukuran lebih besar dari biasa dia lihat sebelumnya.
Gadis tersebut masuk mendekati pintu besar tersebut dia membuka pintu itu perlahan mengintip apa yang ada di dalamnya sebelum masuk. Pintu terbuka sebuah ruangan yang sedikit redup terlihat dia membuka pintu sedikit lebih lebar dan terlihatlah di dalamnya ada banyak pintu yang berjajar di dalamnya.
"Wah!" serunya saat melihat banyaknya pintu yang ada di dalam ruangan tersebut
Dia mendekati pintu yang ada di sana secara random namun ternyata beberapa pintu terkunci tidak bisa terbuka, dia berjalan ke pintu yang lain hingga sebuah pintu berwarna putih tidak terkunci. Dia membuka pintu tersebut dengan hati-hati, entah kenapa jantungnya mendadak berdebar lebih cepat dari biasanya.
Gadis berambut sebahu memegang kenop suara derit pintu terdengar mengganggu telinga, dia melongok melihat apa yang ada dari balik pintu ini. Sebuah pemandangan yang tidak asing terlihat di dalamnya, saat dia melangkahkan kakinya pintu menghilang dan ruangan gelap dengan banyaknya pintu yang berjajar berganti dengan pemandangan yang baru dia lihat.
"Ini di kelas" gumamnya saat menyadari dirinya berada di dalam kelas yang sangat dia kenali.
Prak
Seseorang dari belakang dengan sengaja memukul kepalanya cukup keras, gadis berambut sebahu tersebut mengaduh kesakitan dia memengangi kepalanya yang terkena pukulan tersebut.
"Dasar payah!" olok orang yang memukul kepalanya barusan.
Gadis tersebut menatap orang yang memukulnya dengan perasaan marah namun seperti biasa dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Buk
Seseorang yang lain dengan sengaja menabrak lengan gadis berambut sebahu tersebut dengan keras membuat gadis lagi-lagi mengaduh kesakitan dan hanya memegangi bagian tubuhnya yang merasa sakit.
"Bodoh" ejek orang yang lain, gadis berambut pendek sebahu tersebut menoleh ke orang yang mengejeknya dan hanya menatapnya tanpa bisa membalas.
Tiba-tiba semua orang yang berada di sana mengerubunginya dan melakukan hal yang biasa dia terima setiap harinya, diremehkan.
"Dasar bego!" ucap yang lain
"Jelek!"
"Payah!"
Salah seorang dari mereka berjalan membelah kerumunan, seorang gadis cantik yang merupakan most wanted sekolah tersebut. Angel mendekati gadis berambut sebahu tersebut dia membisikkan sebuah kalimat ejekan yang lainnya.
"Orang bego kayak lo itu gak berguna" bisik Angel
Setelah mengucapkan itu semua orang yang berada di sana menertawainya, gadis berambut pendek sebahu menutupi telinganya dia tidak ingin mendengar semua makian yang di lontarkan kepadanya.
"BERHENTII!!!" teriak gadis berambut pendek sebahu tersebut, seketika semua yang berada di sana berhenti bagaikan patung.
Gadis berambut pendek sebahu tersebut membuka matanya dia melihat semua orang yang berhenti tidak bergerak, gadis tersebut bingung dengan apa yang terjadi. Matanya melihat sekitar lalu terfokus pada sebuah jam dinding yang terpasang di kelas jarumnya tidak bergerak.
"It's a dream" ujar gadis berambut pendek sebahu tersebut kemudian.
[ OFF ]
Note:
Vivid Dream adalah mimpi yang terjadi terasa nyata bagi si pemimpi, biasanya orang yang bermimpi tidak akan mengingatnya saat sudah bangun. Namun berbeda dengan vivid mereka dapat mengingat mimpi tersebut dengan sangat jelas. Vivid memiliki arti tajam atau jelas.
Ada beberapa kategori dalam mimpi yang terasa nyata semua tergantung bagaimana dan penyebab hal tersebut terjadi
Sumber : Google (key: mimpi terasa nyata)