Chereads / DREAM BENDER / Chapter 8 - BALAS DENDAM 2

Chapter 8 - BALAS DENDAM 2

[ ON ]

Langit terlihat indah dengan butiran bintang yang bertaburan di atasnya, Reva mengganti suasana sunset dengan langit malam yang di penuhi oleh jutaan bintang dia juga menambahkan aurora cantik sebagai pemanisnya.

"Biasanya aurora terlihat di pegunungan bersalju, aku baru pertama liat aurora di pantai" ujar Jae dia memandangi langit malam yang begitu indah

Reva menoleh ke arah Jae, "Kamu pernah liat aurora?"

Jae mengangguk sebagai jawaban tanpa melihat ke arah Reva, dia masih asyik menatap indahnya langit malam.

"Kamu pernah ke Alaska?" tanya Reva

Kali ini Jae menoleh mendengar pertanyaan Reva "Ah, maksudku aku pernah melihatnya di internet" ucap Jae meralat jawabannya.

Reva menatap Jae tidak percaya dengan jawabannya terlebih lagi ekspresi Jae yang sangat santai saat menjawabnya. Jae menaikkan alisnya sebelah saat melihat ekspresi Reva yang terlihat aneh menatapnya, Reva hanya menggeleng saja dan kembali melihat keindahan langit.

"Apa impianmu?" tanya Jae tiba-tiba

"Impianku?" tanya Reva memastikan, "datang ke konser kamu, mendengarkan secara langsung kamu bernyanyi dan berteriak bersama para penggemarmu"

"Ada lagi?" tanya Jae, Reva menggeleng sembari tersenyum melihat Jae

"Hanya itu? Wah sederhana sekali" ujar Jae

Reva tertawa melihat Jae yang tampak tidak puas dengan jawabannya yang dia berikan.

"Ada banyak yang aku mau, saking banyaknya terkadang aku lupa untuk bersyukur dengan apa yang aku dapatkan" ucap Reva tersenyum, "jadi dalam waktu dekat aku hanya ingin itu"

"Kamu bisa mendapatkannya" ujar Jae yang membuat Reva bingung, "bukannya kamu bisa melakukan apa pun di sini. Di dunia mimpi"

"Benar, sebelumnya aku bisa melakukannya. Tetapi seperti yang kamu lihat waktu itu-" Reva tidak melanjutkan kalimatnya mengingat jika apa yang dia lakukan sebelumnya itu adalah mimpi yang lain, entah apakah Jae mengingat hal tersebut atau tidak.

"Apa?" tanya Jae penasaran dengan kelanjutan kalimat Reva

Reva mengibaskan tangannya berulang kali, "Lupakan aku lupa kalau kamu tidak akan ingat"

"Maksud kamu waktu aku minta berduet dengan JB?" tebak Jae

Reva menatap Jae dia tidak percaya jika Jae mengingatnya, "Kamu ingat?" tanya Reva memastikannya

Jae mengangguk, "Iya, aku ingat. Kamu pikir aku punya ingatan jangka pendek" ujar Jae mencoba memberikan sebuah lawakkan.

"Maksudku bukan begitu-" Reva terdiam sejenak dia tidak mengerti kenapa Jae bisa mengingatnya ini adalah pertama kalinya bagi Reva orang yang masuk ke dalam mimpinya mengingat peristiwa di dalam mimpi

"Ada apa?" tanya Jae nada suaranya berubah menjadi serius, "apa seharusnya aku tidak ingat?" tanya Jae lagi

Reva membenarkan pertanyaan Jae barusan dia mengangguk pelan, "Seseorang yang masuk ke dalam mimpi orang lain, mereka tidak akan mengingatnya-" Reva menggeleng dia meralat ucapannya barusan

"Tidak, seharusnya mereka bahkan tidak mengetahui hal tersebut dan interaksi yang kita lakukan saat ini seharusnya tidak pernah terjadi" jelas Reva secara singkat

Jae mengusap dagunya, "Lalu bagaimana jika itu terjadi? Apa itu berbahaya?" tanya Jae penasaran.

Reva menggeleng tidak tahu, "Ini pertama kali aku mengalaminya"

"Tadi kamu bilang kalau kamu bisa membuat seseorang masuk ke dalam dunia ini, apa aku juga bisa melakukannya?" tanya Jae penasaran

Lagi-lagi Reva menggeleng tidak tahu, percakapan mereka pun berakhir dengan pertanyaan yang belum terjawab di pikiran mereka masing-masing.

***

Angel menatap wanita di depannya dengan tatapan tajam, baju yang dia kenakan basah kuyup bukan hanya itu dia juga tercium bau amis ikan. Angel hendak berdiri namun dua orang yang berada di sebelah wanita itu menahannya.

Sari berjongkok di hadapan Angel yang sudah basah kuyup tersebut dia melihat Angel dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Sari menyeka anak rambut yang menutupi wajah Angel dia tersenyum sinis

"Bagaimana rasanya?" tanya Sari entah ditujukan kepada siapa

Angel tidak menjawab pertanyaan tersebut karena baginya itu terdengar aneh, 'dia bertanya bagaimana rasanya memangnya dia ingin aku menjawab apa, menyenangkan begitu' pikir Angel

"Lo bahkan gak pantes di sini" ujar Sari dia mengambil sebuah kantung plastik berisi kotoran ikan. Sari membuka plastik tersebut lalu dengan sengaja dia menuangkan isinya ke kepala Angel.

"Sekarang baru cocok" ucap Sari dia tersenyum sinis

Setelah melakukan aksi tidak terpuji tersebut Sari berdiri dan hendak meninggalkan Angel sendirian di sana, namun tanpa disangka Angel memegang tangannya membuat Sari terkejut dibuatnya.

"Apa-apaan ini!" ketus Sari dia menepis tangan Angel dari pergelangan tangannya, Sari juga memberikan kode kepada kedua orang wanita agar menyingkirkan Angel dari hadapannya. Angel menepis kedua tangan dari dua orang wanita suruhan Sari, dia berdiri berjalan mendekati Sari yang masih bingung.

"Berhenti!" perintah Sari dia menjentikkan jarinya semua yang berada di sana berhenti seketika termasuk Angel namun tidak lama kemudian Angel kembali bergerak seperti biasa, dia berjalan mendekat sedangkan Sari justru perlahan mundur. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi semuanya seakan tidak berjalan seperti yang seharusnya.

"Bagaimana k-kamu.." Sari tergagap

Angel tersenyum sinis, "Aku juga penasaran bagaimana aku bisa di sini"

Angel melihat pakaiannya yang kotor dan berbau amis ikan dia sepertinya tahu kenapa dirinya bisa ada di tempat ini. Angel berjalan satu langkah lebih dekat dengan Sari dia membisikkan sesuatu di telinga

"Jika ingin balas dendam lakukanlah di dunia nyata bukan di sini" bisik Angel tepat di telinga Sari

Setelah mengucapkan itu Angel berjalan pergi meninggalkan Sari yang masih bingung, Sari melihat ke sekitarnya tatapannya terfokus pada sebuah arloji yang berada di pergelangan tangan seseorang di sana

"INI MIMPI.. INI HANYA MIMPI!" teriak Sari membuat suasana di dalam sana berubah goyangan seperti gempa terasa dan terdengar sebuah suara dentuman kencang dari berbagai arah, Angel yang semula bergerak seperti biasa tertarik mendekati Sari seperti ada sesuatu yang menariknya lalu semua menjadi gelap.

***

"Bagaimana persiapan untuk konser? Berjalan lancar?" tanya Reva memecah kesunyian yang terjadi di antara mereka beberapa menit yang lalu

"Hm.. iya sejauh ini berjalan lancar" jawab Jae

"Lagu apa yang akan kamu bawa nanti?" tanya Reva lagi dia penasaran

Jae melihat ke arah Reva dia tersenyum, "Kamu mau mendengarkannya?"

"Boleh?" tanya Reva memastikan, matanya berbinar berharap pertanyaan tersebut bukan hanya sekadar basa-basi belaka

"Tentu saja, kapan lagi bisa nyanyi di dunia seperti ini" ujar Jae tersenyum ke arah Reva, dia memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi lalu secara ajaib sebuah gitar muncul di hadapannya.

Plop..

Jae membuka matanya saat suara seperti gelembung terdengar dia melihat gitar yang selalu dia pakai pada saat konser. Jae tersenyum senang bukan karena gitar tersebut ada di sini melainkan karena kali ini dia berhasil melakukannya, memunculkan benda yang dia bayangkan di dalam mimpi

"Woah! Lihat aku berhasil" seru Jae senang

Reva menyengir melihat ekspresi Jae yang sangat senang, dia hendak memberi tahu jika gitar tersebut muncul berkat dirinya sedangkan hasil dari konsentrasi yang dilakukan oleh Jae justru berupa mentahan dari gitar itu sendiri. Jae memang membayangkan gitar namun yang muncul hanya bahan-bahan dari gitar itu saja.

Reva melirik ke belakang tepat di mana hasil dari imajinasi Jae muncul, Reva menghembuskan napas sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Lebih baik gak usah gua kasih tahu" gumam Reva

"Kamu kenapa?" tanya Jae tiba-tiba mengagetkan Reva

Beruntungnya Reva bisa mengontrol ekspresinya jadi Jae tidak curiga, "Tidak ada, mulailah bernyanyi" sahut Reva tersenyum canggung.

Jae yang sedikit curiga melihat Reva mengabaikannya dia masih sangat senang dengan keberhasilannya bisa memunculkan gitar tersebut. Jae mulai memainkan gitarnya dia memetik senar tersebut dengan beberapa melodi yang seirama.

Reva yang berada di sebelah Jae hanya mendengarkan alunan musik yang keluar dari petikan yang dimainkan oleh jari-jari Jae, sesekali Reva menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan mengikuti alunan lagu.

I'm stuck in this moment

'Cause it shines beautiful

So do these street lights

And so do you

Wish we could stay here

Without so much as blinking

Keep you in my eyeline

Cross the sight

Tepat saat musik terakhir terdengar malam berubah menjadi semakin menggelap, Reva melihat ke sekelilingnya dia melihat ke atas butiran bintang yang dia buat menghilang bukan hanya itu suasana pantai berubah menjadi hamparan kegelapan yang tanpa ada ujungnya. Reva bangkit dari tempat duduknya diikuti pula oleh Jae yang berada di sebelahnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Jae panik

Reva tidak menjawab pertanyaan tersebut dia sibuk mencari sebuah benda keras berbentuk persegi panjang, pintu. Reva melihat ada sebuah pintu tidak jauh dari keberadaan mereka berdua, dia menarik tangan Jae menuju pintu tersebut.

Di depan pintu tersebut ada sebuah tulisan berupa 'D. Jae' Reva membuka pintu tersebut dan meminta Jae untuk masuk ke dalamnya. Jae tidak langsung masuk dia menunggu penjelasan dari Reva terlebih dahulu maksud dari semua ini.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Jae sekali lagi

Reva tersenyum tenang, "Waktu kamu habis di sini" sahut Reva dia menunjukkan pergelangan tangan milik Jae

Jae melihat pergelangan tangannya dia baru sadar di sana terdapat sebuah angka yang muncul dan terus menghitung mundur, di sana Jae bisa melihat waktunya tinggal 10 detik lagi dia melihat ke arah Reva tersenyum tipis

"Jadi ini waktunya, aku baru tahu" ujar Jae ekspresinya menunjukkan jika masih ingin berada di sini dan belum ingin kembali.

"Itu akan muncul saat kamu dibangunkan entah oleh alarm atau seseorang membangunkanmu, namun saat kamu merasa terkejut kamu akan langsung terbangun dan itu tidak akan muncul" jelas Reva sesingkat mungkin¹

Jae mengangguk mengerti, "Sampai bertemu lagi di mimpi selanjutnya" ucap Jae akhirnya, dia melangkah masuk ke dalam perlahan Reva menutup pintu tersebut. Setelahnya pintu tersebut menghilang dari hadapan Reva.

Reva melihat pergelangan tangannya dia melihat waktunya di sana masih ada sekitar 1 menit lagi bagi Reva namun pintu miliknya sudah muncul terlebih dahulu Reva mendekati pintu tersebut dia mencoba membukanya namun terkunci.

Tidak lama kemudian dia melihat pintu yang lain tidak jauh dari pintu miliknya, Reva terlihat bingung namun dia juga mendekati pintu tersebut dipegangnya kenop pintu itu Reva mencoba membuka pintu tersebut dan berhasil, pintu itu tidak terkunci dengan langkah pelan Reva masuk ke dalam pintu pun tertutup saat Reva telah berada di dalamnya. Di depan pintu tersebut tertulis sebuah kata 'Memory' yang tidak terbaca oleh Reva sebelumnya.

Cahaya putih sangat menyilaukan membuat Reva mau tidak mau memejamkan matanya dia menghalangi cahaya tersebut dengan kedua tangannya, setelah beberapa detik kemudian mata Reva mulai terbiasa dengan cahaya tersebut Reva membukanya perlahan dia melihat ke sekitarnya.

Ada banyak orang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, Reva memperhatikan mereka yang sedang melakukan transaksi jual beli dengan para pedagang di sana. Aroma amis menusuk hidung Reva dia juga mendengar suara deburan ombak yang tidak terlalu jauh dari situ.

"Pasar ikan" gumam Reva setelah mengetahui di mana dirinya berada.

[ Kenapa pintu itu mengarah ke sini? ] pikir Reva bertanya-tanya kenapa pintu tersebut membawanya kemari. Reva berjalan melihat-lihat sekitar mencari informasi lebih lanjut tentang pintu yang baru saja dia masuki.

Brak

Tanpa sengaja seseorang menabraknya dari arah belakang, Reva tersungkur ke tanah yang sedikit becek bajunya basah dan ada bagian yang terkena cipratan lumpur dari tanah yang basah tersebut.

"Aw" lirih Reva saat mengetahui bukan hanya bajunya yang basah tetapi juga dia mendapatkan luka di telapak tangannya karena tidak sengaja terkena kerikil yang berada di tanah. Orang yang menabrak Reva meminta maaf dia juga membantu Reva untuk berdiri.

"Maaf, kamu gak apa-apa?" tanya orang itu yang merupakan seorang wanita. Reva menggeleng dia masih sibuk membersihkan bajunya yang kotor

"Sekali lagi aku minta maaf" sesalnya wanita itu menyerahkan saputangan miliknya kepada Reva, "gunakan ini saja"

Tanpa pikir panjang Reva mengambil saputangan tersebut dan dia masih belum mengangkat kepalanya untuk melihat wajah wanita di depannya itu. Reva membersihkan bajunya yang kotor dengan saputangan pemberian dari orang yang menabraknya, sekilas Reva melihat orang tersebut masih berada di depannya menunggu Reva selesai membersihkan.

Setelah selesai Reva mengangkat kepalanya bermaksud mengucapkan terima kasih sekaligus melihat wajah orang yang menabraknya di dalam dunia mimpi ini. Namun yang terjadi dia justru terkejut saat mengetahui siapa orang tersebut.

"Thank's- Lo?" ucap Reva terkejut saat mengetahui wanita yang tidak sengaja menabraknya adalah Sari orang yang selalu mendapatkan bully oleh genk Angel di sekolah.

Sari terdiam dia terlihat heran dengan wanita di depannya itu seakan mengenalnya, Sari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Lo kenal sama gua?" tanya Sari kemudian

Reva terlihat melamun saat Sari bertanya padanya, "Ah aku salah orang. Maaf" ujar Reva akhirnya. Sari yang mendengarnya hanya mengangguk saja tidak begitu memikirkannya karena itu hal yang wajar saat orang salah mengenali orang lain.

Setelah meminta maaf kepada Reva, Sari memutuskan untuk pamit duluan dari sana dia kembali ke tempat kiosnya berada. Reva hanya melihat kepergian Sari rasa sakit di telapak tangannya seakan terganti saat dia sudah menyadari jika dirinya berada di dalam mimpi kenangan Sari.

"Seharusnya tadi gak usah masuk" gumam Reva dia berjalan ke arah yang berlawanan dari Sari pergi mencoba mencari pintu miliknya agar dia bisa segera pergi dari tempat tersebut.

***

Angel berada di dalam ruangan gelap tidak ada apa pun di sana hanya ada pintu-pintu yang berjejer di mana-mana, Angel mencoba membuka salah satu pintu namun tidak bisa pintu tersebut terkunci lalu dia berpindah ke pintu yang lain dan sama pintu tersebut terkunci.

Angel berusaha membuka satu-per satu pintu yang ada di dalam ruangan itu namun usahanya sia-sia beberapa kali dia mencoba membukanya pintu tersebut terkunci dia lantas curiga jika semua pintu yang ada di sana semua terkunci, namun Angel tidak menyerah jika mencoba satu pintu lagi dan kali ini pintu tersebut tidak terkunci.

"Akhirnya" ujar Angel terlihat senang

Perlahan dia membuka pintu tersebut tidak ada cahaya yang menyilaukan seperti biasanya, Angel hanya melihat gelap dari balik pintu tersebut, dia ragu untuk masuk ke dalamnya namun hanya pintu itu yang terbuka jadi mau tidak mau Angel pada akhirnya masuk ke dalam dengan sangat hati-hati.

"Ada orang?" teriak Angel saat dia sudah masuk ke dalamnya. Namun tidak ada sahutan yang terdengar. Angel mendesah pelan dia sedikit menyesal karena masuk ke dalam terlebih lagi sekarang dirinya tidak bisa keluar karena pintu yang dia masuki sudah menghilang seperti biasa.

"Ini mimpiku atau orang lain" ujar Angel dia waspada terhadap sekelilingnya takut ada yang tiba-tiba muncul menghampirinya.

"Apa pun itu aku harap bukan kenangan" gumamnya seorang diri

Tuk.. tuk.. tuk..

Suara sepatu dari seseorang terdengar, Angel melihat ke kanan dan kirinya namun tidak ada apa pun dia bisa mendengar suara sepatunya tetapi tidak bisa melihat siapa orang yang memakai sepatu tersebut.

"Angel" panggil seseorang dari arah belakang

Angel tidak segera menoleh dia mengenali suara tersebut, suara yang sangat dia benci namun juga sangat dia rindukan.

"Angel sayang" panggil suara tersebut lagi yang justru membuat Angel menangis.

"Ini hanya mimpi.. ini hanya mimpi" ujar Angel mengulangi kalimatnya

Tuk.. tuk.. tuk..

Orang yang memanggil Angel makin mendekatinya dia memegang bahu Angel mencoba membuat Angel berbalik melihatnya namun dengan sekuat tenaga Angel tidak ingin melihat wajah orang tersebut dia memejamkan mata saat orang itu berhasil membuat tubuh Angel berbalik menghadapnya.

"Angel sayang" tegur orang itu sedangkan Angel masih memejamkan matanya tidak ingin melihatnya sama sekali.

Orang tersebut tersenyum sinis meskipun Angel tidak melihat tetapi dia tahu dengan siapa Angel berbicara dan melihat respon Angel yang meneteskan air mata membuat terlihat senang. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Angel dan membisikkan kalimat yang tidak pernah ingin Angel dengar.

"Semua ini salah kamu! Kamu seharusnya tidak usah lahir" bisik orang itu.

Angel menutupi telinganya dengan kedua tangannya dia tidak ingin mendengar kalimat tersebut lagi tetapi seperti alunan musik kalimat itu justru terngiang-ngiang dan seakan diucapkan berulang kali kepadanya.

"HENTIKAN!" teriak Angel suaranya menggelegar di dalam ruangan yang bergema, ruangan yang semula gelap berubah menjadi terang ada cahaya lampu yang sedikit redup terlihat di atas nakas. Angel terbangun dengan mata yang sembab dia menangis di dalam mimpi buruknya.

***

Reva sudah berjalan kurang lebih 15km jika saja ini berada di dunia nyata namun dia tidak juga menemukan pintu untuknya keluar, Reva duduk di salah satu kios yang tidak buka dia melihat ke sekelilingnya dengan ekspresi datar tidak ada satu pun dari mereka yang melihatnya seakan mereka tidak bisa melihat Reva

"Berhenti!" ucap Reva dia menjentikkan jarinya namun tidak berhasil Reva mendesah pasrah tidak tahu apalagi yang harus dilakukannya. Dia melihat pergelangan tangannya waktu yang semula bergerak kini berhenti pada detik kelima dia juga tidak tahu bagaimana membuatnya berfungsi kembali.

"Kamu masih di sini?" tanya seseorang yang menghampirinya. Reva mendongak melihat orang yang berdiri di depannya itu, dia adalah Sari wanita yang sebelumnya tidak sengaja menabrak dirinya dan salah satu murid di sekolahnya juga merupakan korban bully dari genk Angel.

Reva tersenyum melihat Sari setidaknya masih ada satu orang di dunia ini yang bisa melihat dan menganggapnya ada meskipun Reva masih belum tahu bagaimana caranya keluar dari dunia mimpi kenangan milik Sari.

"Apa kamu tersesat?" tanya Sari yang melihat Reva tidak bersemangat.

Reva mengangguk dia tidak salah dirinya memang tersesat di dunia mimpi milik Sari, mengetahui hal tersebut membuat Sari prihatin

"Rumah kamu di mana? Biar aku antar kamu pulang?" tawar Sari yang merasa kasihan melihat Reva.

Reva tersenyum tipis mendengar tawaran Sari dia bingung harus menjawab apa, alamat rumah Reva? Apakah Sari akan membawa Reva ke rumahnya di dalam mimpi sedangkan Reva menginginkan keluar dari dunia itu bukannya kembali ke rumahnya.

"Jangan bilang kalau kamu gak ingat alamat rumah sendiri?" tebak Sari akhirnya melihat Reva yang tidak menjawab pertanyaannya barusan.

"Seperti dia gak sadar kalau ini di dalam mimpi" gumam Reva akhirnya yang memperhatikan Sari sedari tadi.

"Kamu bilang apa barusan?" tanya Sari saat tidak sengaja mendengar samar gumaman Reva

Reva berdiri dari tempat duduknya dia mendekati Sari yang terlihat bingung, "Sari ini mimpi" ucap Reva pada akhirnya memberi tahu Sari yang sebenarnya.

Sari tidak mengerti maksud ucapan Reva lalu tiba-tiba dia tertawa, "Lo lagi ngelindur ya?" ujar Sari masih dengan tawanya

Reva memegang bahu Sari dia menatap Sari tajam, " Sadarlah ini di dalam mimpi kenangan lo, entah ini mimpi indah atau pun bukan"

Tatapan Reva membuat Sari terdiam dan berhenti tertawa dia juga mulai memperhatikan kalimat yang diucapkan oleh Reva

Kring.. kring.. kring

Bunyi lonceng sepeda terdengar Sari tidak sempat menepi membuat bajunya terciprat noda lumpur saat pesepeda tersebut melewatinya, entah bagaimana noda tersebut seakan mengingatnya padahal yang sangat ingin dia lupakan.

"Angel" ucap Sari tiba-tiba membuat Reva yang mendengarnya terheran

[ Kenapa Sari mengucapkan nama Angel ] batin Reva namun saat itu juga seketika ruangan menjadi gelap Reva tidak bisa melihat apa pun sampai sebuah cahaya bersinar mengganggu penglihatannya dan sebuah suara yang tidak asing baginya terdengar membangunkannya dari perjalanan mimpinya.

[ OFF ]

"REVAAA BANGUNN!" teriak Ibu membangunkan anak satu-satunya tersebut sembari membuka gorden jendela agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam kamar. Reva mengucek matanya perlahan dia mengerjapkan matanya agar terbiasa dengan cahaya yang masuk ke dalam jendela kamarnya itu.

"Ayo bangun ini sudah siang!" perintah Ibunya lagi

Reva bangun dengan malas dia bahkan masih memejamkan matanya, "Ini hari minggu sekolah libur" ujar Reva memberi tahu

"Ibu juga tahu tetapi bukan berarti kamu bisa tidur seharian, cepat sarapan" ucap Ibu dia menarik anak gadisnya keluar dari kamar mau tidak mau Reva hanya menurutinya saja.

Di ruang makan sudah ada Ayah yang sedang asyik dengan gadgetnya sesekali Ayah memasukkan roti ke dalam mulutnya tanpa melepas pandangannya dari gadget tersebut. Reva menyapa Ayahnya dia segera bergabung dengannya diikuti oleh Ibunya.

"Pagi Yah" sapa Reva. Ayah yang mendengar tersenyum melihat anaknya tersebut.

"Pagi juga, akhirnya tuan puteri bangun juga sudah bertemu pangeran?" goda Ayah seperti biasanya.

Reva menggeleng, "Hampir Yah"

"Kok hampir?" tanya Ayah yang heran

Reva mengambil roti yang ada di atas meja, "Udah di bangunin duluan sama komandan" jawab Reva dia menunjukkan kepada Ibunya yang justru memelotinya.

"Pangeran-pangeran, bangun pagi makanya biar bisa ketemu pangeran di dunia nyata" balas Ibu tidak mau kalah

Mendengar balasan dari Ibunya Reva hanya bisa menutup mulutnya dengan roti yang baru saja dia ambil, dia memang tidak pernah bisa menang berdebat melawan Ibunya. The power of emak-emak mungkin dia harus menjadi emak-emak terlebih dahulu agar bisa menang.

Meskipun Reva terlihat kesal karena tidak bisa menang berdebat di meja makan namun dia juga bersyukur karena bisa kembali ke dunia yang sebenarnya Reva tidak tahu bagaimana caranya dia bangun dia hanya ingat terakhirnya kali dia bersama dengan sari lalu semua menjadi gelap begitu saja.

Reva mengambil roti yang keduanya sekilas dia melihat pergelangan tangannya sebuah waktu di dunia mimpi masih terlihat dan menunjukkan detik kelima yang berhenti seperti sebelumnya dia lihat. Reva melihat ke arah Ibu dan Ayahnya yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

"Ini mimpi" gumam Reva

Note:

¹ RAS atau reticular activating system merupakan sistem yang berfungsi membangunkan kita saat tidur. RAS mendeteksi sinyal dari tubuh kita seperti menekan saklar untuk membangunkan kita layaknya saklar lampu, beberapa sinyal seperti bunyi alarm atau suara orang tua yang membangunkan kita bisa juga memicu RAS untuk bereaksi. Namun dalam prosesnya RAS membutuhkan beberapa waktu untuk membuat otak dan tubuh kita bangun atau tersadar sepenuhnya.

Sumber : kompas.com ( Bagaimana cara otak "bangun" dari tidur? )