30 menit berlalu dan selama itu pula Jae hanya duduk diam di dalam mobilnya, Dihno terkadang sesekali mengajaknya berbicara entah tentang jadwalnya atau tentang persiapan konser yang akan segera berlangsung namun Jae hanya menjawab dengan singkat membuat Dihno pada akhirnya ikut diam berkonsentrasi dengan kemudi.
"Sepertinya ada perubahan jadwal" ujar Dihno sesampainya mereka di lokasi
Jae yang hendak melangkah keluar mobil menghentikan langkahnya, dia memeriksa smartphone miliknya
"Kenapa manajer tidak kasih tahu dari jauh hari kalau ada perubahan" ucap Dihno lagi, "untung hari ini jadwalnya masih sama"
Jae tersenyum sinis melihat jadwal baru yang dia lihat di layar tersebut, dia lalu membuka pintu mobil dan melangkah keluar tanpa memedulikan Dihno yang mengomentari perubahan jadwal tersebut.
"Ayo kita sudah terlambat" ajak Jae kepada Dihno yang masih mengomel tentang jadwal itu, dia segera membawa tas yang berisi keperluan Jae dan mengekorinya memasuki gedung.
Di dalam lift Jae sibuk dengan layar smartphonenya juga dengan Dihno dia menatap layar tersebut sesekali melirik ke arah Jae bersiap jika Jae memerlukan sesuatu darinya atau hanya memastikan jika artisnya baik-baik saja.
"Kamu yakin hanya ini yang ingin disiapkan?" tanya Dihno memecah kesunyian yang terjadi di dalam lift tersebut.
Jae yang semula sedang serius melihat layar menoleh ke arah Dihno, dia mengangkat sebelah alisnya tanpa bertanya Dihno segera mengarahkan layar persegi tersebut kepada Jae dia menunjukkan kebutuhan yang dia butuhkan untuk konser nanti.
"Hm.. samakan saja semua untuk negara-negara yang telah aku pilih, untuk ini kita bisa sesuaikan nanti" ucap Jae
Setelah mengucapkan itu Jae kembali menatap layar smartphonenya sedangkan Dihno hanya mengangguk paham mendengar jawaban Jae sebelumnya.
"Bagaimana untuk tanggalnya? Sudah siap semua?" tanya Jae kemudian masih tetap menatap layar perseginya.
"Kita masih mendiskusikannya" jawab Dihno, "ada beberapa tanggal yang di pilih tapi kita masih menyesuaikan dengan kalender dari masing-masing negara"
Sejenak Jae menghentikan aktivitasnya, "Apa ada masalah untuk tanggalnya?" tanya Jae lagi.
"Seharusnya tidak ada, Manajer sudah mencocokkan tanggal hari besar di negera tujuan dan juga jadwal kamu semoga aja itu tidak ada halangan" jelas Dihno, Jae yang mendengarnya hanya manggut-manggut paham.
Tiing
Suara dari lift memberi tahu mereka jika lantai tujuan mereka sudah tiba, Jae dan Dihno melangkah keluar dari lift tersebut tanpa sengaja mereka bertemu Hyun yang sedang menunggu lift terbuka. Dihno terlihat terkejut melihat Hyun ada di depan mereka sedangkan kedua pria tersebut tampak santai dan seakan sudah tahu jika mereka akan bertemu di sana.
Jae menundukkan kepalanya sedikit sebagai bentuk menghormati dan juga ucapan salam, Hyun juga melakukan hal yang serupa dia tersenyum tipis ke arah Jae. Setelah melakukan adegan basa-basi tersebut Jae pergi dari sana diikuti oleh Dihno yang sebelumnya melakukan hal serupa.
Hyun melihat punggung Jae yang menghilang dari balik dinding saat berbelok, dia hanya mendesah pelan melihatnya. Seseorang menepuk bahu Hyun pelan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam lift sebelum lift tersebut tertutup kembali.
Hyun tersenyum tipis dia pun masuk ke dalam lift diikuti oleh beberapa orang yang ada di belakangnya.
"Kalian seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar" ledek orang yang menepuk bahu Hyun tersebut kepadanya
Hyun menoleh ke arah orang itu, "Hah?"
"Kamu dan Jae. Seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar" ucap orang itu memperjelas kalimat sebelumnya, "terlihat tidak saling kenal tapi sebenarnya saling memperhatikan" sambungnya
Hyun tersenyum kecil dia menggelengkan kepalanya pelan tidak mengomentari kalimat dari orang itu yang merupakan salah satu crew yang selalu bersama dengannya saat urusan bisnis sama seperti asisten Jae.
***
Reva mendadak berdiri membuat Nabila yang berada di sebelahnya terkejut hampir saja dia menumpahkan mie instan miliknya saking terkejutnya.
"Kenapa sih Rev?" tanya Nabila dia menyingkirkan mie instan miliknya sedikit menjauh dari Reva
"Lo benar!" ujar Reva dia duduk kembali menatap sahabatnya yang masih kebingungan.
Nabila menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, "Apa?"
"Yang barusan lo bilang" ujar Reva
Nabila mengernyitkan keningnya, "Yang gua pengen masuk ke dalam mimpi lo?" tanya Nabila ragu-ragu
Reva mengangguk, "Iya. Selama ini bagaimana mereka bisa masuk ke dalam mimpi gua tanpa diminta dalam keadaan sadar pula"
"Lo tahu jawabannya?" tanya Nabila dia mulai mendekati Reva
Reva menggeleng, "Tidak, gua aja baru sadar"
"Lalu yang lo maksud 'benar' itu apa?"
"Entahlah, kata itu keluar begitu saja" jawab Reva santai dia meraih mie instan miliknya dan mulai menyendokkan mie tersebut.
Nabila menepuk dahinya pelan rasanya dia ingin menjitak kepala sahabatnya itu, dia pikir dengan respon Reva yang heboh tadi ada sesuatu yang fantastis nyatanya itu hanya membuatnya kesal.
Pada kenyataannya Reva memang memiliki sesuatu yang fantastis mereka hanya tidak menyadarinya atau belum, nanti pada waktunya tiba kekuatan yang Reva anggap hanya sebagai pelampiasan dirinya di dunia nyata justru menjadi salah satu hal yang dapat membantu seseorang jika digunakan dengan cara yang tepat.
Namun juga bisa menjadi senjata mematikan dan menghancurkan seseorang tanpa menyentuh, tanpa jejak dan tanpa bisa diketahui bahkan oleh polisi paling berpengalaman sekali pun karena mereka tidak melakukannya di dunia nyata melainkan di dunia mimpi yang tidak bisa di deteksi oleh benda super canggih.
"Rev, boleh gua tanya sesuatu" ucap Nabila telah melupakan kekesalannya beberapa menit yang lalu
Reva berdehem sebagai jawaban dia menyeruput kuah mie instan tersebut.
"Dari semua tempat kenapa lo ngajak gua ke sini?" tanya Nabila dia penasaran.
Reva mengangkat tangan memberi isyarat untuk Nabila tunggu sebentar, Reva kepedasan dia tidak sengaja memakan cabai rawit yang ada di dalam mie instannya. Setelah minum air dan jauh lebih baik Reva menoleh melihat ke sahabatnya itu
"Lo pernah bilang mau ke sini, lo lupa?" jawab Reva sekaligus bertanya
"Gua yang bilang?" tanya Nabila memastikan
Reva berdehem, "Hm.. lo minta diajak ke sini sebelum ujian sekolah"
"Tapi karena besok ultah lo jadi gua ngajak ke sini lebih cepat dari permintaan lo" sambung Reva dia juga mengeluarkan sebuah kotak dari dalam ranselnya
"Dan- surprise. Happy brithday sahabatku yang paling cantik dan pintar meskipun terkadang nyebelin" ucap Reva dia memberikan kotak tersebut kepada Nabila
Nabila menerima hadiah itu dia tersenyum melihat Reva yang juga tersenyum.
"Masih ada beberapa jam lagi sih, tapi anggap aja gua orang pertama yang ngucapin ke lo" ucap Reva lagi
Nabila tersenyum, "Thank's. Gua bahkan lupa sama ultah gua dan permintaan gua waktu itu"
Reva mengibaskan tangannya, "Sudah ku duga bukan hal aneh"
"Lo hafal dengan semua rumus kimia tapi ultah sendiri lupa. Jangan-jangan ultah gua juga lagi" ucap Reva pura-pura kesal
Nabila terkekeh mendengarnya, "Tenang, gua sudah masang alarm buat ultah lo" ucap Nabila dia menunjukkan smartphonenya, Reva yang melihat kalender di smartphone Nabila hanya menggelengkan kepalanya pelan tidak percaya.
"Oke habis ini ke mana?" tanya Nabila mengubah topik pembicaraan
"Terserah, hari ini lo Ratunya" ucap Reva
Nabila mengucap dagunya pura-pura berpikir dengan serius, "Okay, gimana kalau naik gajah, atau ngelihat binatang melata kita juga belum ke sana, ah ada atraksi penguin hari ini bagaimana kalau kita ke sana" ujar Nabila antusias
"Apa pun untuk Ratu Nabila" ucap Reva dengan suara yang dia buat-buat. Mendengar itu mereka berdua pun tertawa.
***
Selesai menghamburkan uang di mall Angel kembali ke lobby seorang petugas parkir valet menyerahkan kunci mobil milik Angel saat wanita itu keluar seakan sudah biasa dan hafal petugas itu dengan segera mengeluarkan mobil milik Angel yang terparkir sebelumnya.
"Makasih ya pak" ujar Angel ramah
Petugas parkir valet tersenyum kepada Angel dia juga membantu Angel membawa barang belanjaan masuk ke dalam mobil.
"Mba Angel lagi mau ada pesta lagi ya?" tanya petugas itu, "belanjaannya banyak banget"
Angel tersenyum, "Hm.. mau aku bagikan" seraya mengucapkan itu Angel menyerahkan sebuah totebag kepada petugas tersebut
"Ini buat anak bapak" ujarnya masih tersenyum ramah kepada petugas parkir valet yang sudah lama dia kenal
"Ih gak usah mba" tolak petugas itu halus, "nanti saya dimarahi sama atasan"
Angel tetap menyerahkan totebag yang berisi makanan tersebut kepada petugas di depannya dia tersenyum, "Kalau ada yang marahi bilang ini dari saya, nanti biar saya marahi balik"
Angel tertawa sedikit ekspresi yang sangat jarang dia perlihatkan saat di sekolah apalagi di dalam rumah.
"Makasih banyak mba Angel, mba baik banget. Beruntung banget punya teman sebaik mba Angel. Semoga mba Angel selalu bahagia ya" ucap petugas itu pada akhirnya dia menerima hadiah dari Angel customer sekaligus anak dari pemilik gedung mall tersebut
"Hm semoga doa bapak terkabul" ujar Angel dia akhirnya masuk ke dalam mobil sport miliknya meninggalkan lobby mall menuju jalanan besar.
[ Mba Angel baik banget ]
Teringat oleh Angel kalimat dari petugas valet tersebut yang mengatakan jika dirinya adalah orang baik, Angel tersenyum tipis dia tidak tahu apakah dirinya memang orang baik atau hanya sebuah pencitraan saja, Angel melirik ke sebelah kursinya yang berisi banyak barang belanjaan yang dia beli.
Angel memang berniat ingin membagikan barang tersebut kepada yayasan yatim yang biasa dia kunjungi dan juga merupakan sebuah yayasan milik keluarganya.
[ Beruntung banget punya teman sebaik mba Angel ]
Kalimat lanjutan dari petugas tersebut teringat kembali oleh Angel dia tersenyum miris, benarkah orang-orang yang mendekatinya karena tulus berteman dengannya atau semua itu hanya omong kosong belaka.
Memikirkan hal tersebut membuat Angel semakin mempercepat laju kendaraannya, dia menginjak pedal gas membuat kecepatannya lebih cepat beruntung hari ini jalanan terlihat lengang membuat dia bisa melaju tanpa hambatan.
Kurang lebih 20 menit Angel berada di jalanan akhirnya dia tiba juga di sebuah rumah dua lantai yang cukup besar walaupun dibandingkan rumah miliknya itu tidak ada apa-apanya, mobil Angel memasuki halaman parkir baru saja tiba Angel sudah disambut oleh beberapa anak yang melihat mobilnya tersebut.
"Kak Angel datang.. kak Angel datang"
"Hore kak Angel"
Angel melangkah keluar mobil anak-anak tersebut langsung mengerubungi Angel dengan wajah senang. Bagi Angel ini bukan hanya yayasan amal yang dibangun oleh keluarganya namun lebih dari itu, ini merupakan rumah kedua baginya dan anak-anak yang ada di sini adalah adik-adik bagi Angel.
"Halo semua, bagaimana kabar kalian?" tanya Angel
"Kak Angel kok jarang datang, Kiki kangen sama kakak" tutur salah satu anak yang bernama Kiki
Angel berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan anak itu lalu dia tersenyum, "Sama kakak juga kangen banget sama Kiki, yang lain kangen juga gak sama kakak?" tanya Angel kepada anak yang lainnya
"Kangen kak" balas anak-anak itu serempak
Mendengar jawaban itu membuat senyuman Angel semakin lebar, dia lalu berdiri dan melangkah ke pintu mobil yang satunya. Angel mengeluarkan barang-barang yang barusan dia beli
"Surprise! Kakak punya hadiah buat kalian" ucap Angel dia mengangkat totebag tersebut tinggi-tinggi membuat anak-anak yang melihatnya menjadi lebih senang.
"Hore!" ucap mereka serempak
Seorang wanita yang terlihat berusia 50an tahun menghampiri kerumunan tersebut, Angel yang melihatnya tersenyum ramah ke arahnya dia juga mendekati wanita itu.
"Tolong kamu bawa ini masuk ke dalam" pinta Angel kepada salah satu anak yang jauh lebih besar dari yang lainnya
"Iya kak" balas anak itu, "ayo semuanya kita masuk ke dalam" ajak anak itu kepada adik-adiknya yang lain, mereka semua masuk ke dalam rumah meninggalkan Angel dan wanita paruh baya yang merupakan Ibu panti yang mengurus yayasan tersebut.
"Nak Angel apa kabar?" tanya wanita itu kepada Angel dengan lembut
"Angel baik bu" jawab Angel sopan
Wanita itu tersenyum, "Bagaimana keadaan tuan, apa dia baik?" tanya wanita itu lagi
"Hm selama tablet yang dipegangnya baik, maka dia juga baik-baik saja" ujar Angel asal
Wanita itu terkekeh mendengar jawaban Angel dia tahu maksud dari gadis di hadapannya itu yang berarti jika Papa Angel masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Nak Angel mau ikut makan siang bareng? Kebetulan Ibu bikin makanan kesukaan nak Angel loh" tawar wanita itu mengubah topik percakapan mereka
Angel mengangguk antusias sudah lama dia tidak makan di sini bersama dengan anak-anak, selama ini Angel makan di rumah sendirian, kalau pun ditemani oleh ART mereka hanya mengajak ngobrol Angel sebentar lalu kembali lagi sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
"Ayo masuk" ajak Ibu panti dia merangkul tangan Angel agar masuk ke dalam
Angel tersenyum menerima perlakuan tersebut.
***
Tidak terasa waktu semakin sore matahari perlahan mulai turun meninggalkan cahaya panasnya yang menyilaukan, meski begitu cahaya matahari sore juga sangat indah terlihat dan menjadi momen yang dinanti oleh beberapa orang.
Reva dan Nabila berada di dalam kereta MRT mereka sudah puas berkeliling kebun binatang meskipun mereka tidak bisa mengunjungi semua tempat yang ada di sana namun mereka tetap senang itu bisa terlihat di wajah keduanya.
[ Kereta akan berhenti di stasiun tujuan, para penumpang harap bersiap-siap. Pastikan tidak ada barang yang tertinggal di dalam gerbong kereta ]
Nabila yang mendengar suara dari speaker melirik ke arah Reva di sebelahnya yang sedang tertidur, dia menggoyangkan tubuh Reva pelan membangunkan sahabatnya itu. Reva hanya menggeliat dia terlihat lelah berlarian dari satu tempat ke tempat yang lain, melihat hal itu membuat Nabila tanpa sadar tersenyum.
Lihatlah temannya itu bisa tertidur pulas di dalam kereta entah mimpi apa yang dia buat di sana hingga membuatnya tidak ingin membuka mata.
[ Kereta akan berhenti di stasiun tujuan, para penumpang harap bersiap-siap- ]
Suara dari speaker terdengar lagi Nabila menggoyangkan tubuh Reva lebih kencang dari sebelumnya namun sekali lagi Reva hanya menggeliat sepertinya dia tengah asyik dengan dunia mimpinya hingga tidak ingin bangun.
Nabila menghembuskan napas pelan dia juga belum menyerah, kali ini Nabila tidak menggoyangkan tubuh Reva melainkan dia menekan hidung sahabatnya itu membuat Reva kesulitan bernapas dan karena tindakannya itu berhasil membuat si putri tidur akhirnya terbangun dari mimpinya.
"Nabila bahaya tahu!" sungut Reva setelah dia bangun dari tidur
Nabila terkekeh melihatnya, "Sebentar lagi kita nyampe, emang lo mau balik lagi ke sana"
Reva tidak membalas dia hanya menampilkan ekspresi cemberutnya karena tidurnya diganggu, kebiasaan yang sangat disukai oleh sahabatnya itu mengganggu tidurnya dengan paksa.
"Eh tapi, emang beneran bahaya ya?" tanya Nabila dia teringat oleh kalimat Reva barusan.
Reva mengangkat bahunya tidak tahu, "Entahlah"
"Kirain beneran bahaya"
"Bahaya kalau ditutupnya nyampe satu jam" jawab Reva asal
Nabila hanya mendengus mendengar jawaban asal dari sahabatnya itu, kalau saja bukan ditempat umum mungkin Nabila sudah menjitaknya dari mereka tiba di kebun binatang tadi.
Kereta telah berhenti, Reva dan Nabila berdiri dari tempat duduknya mereka perlahan menuju pintu keluar meski kereta tidak ramai seperti hari kerja namun tetap saja ada banyak orang yang memadati tiap gerbong kereta.
"Kamu mau langsung pulang?" tanya Reva tiba-tiba sesaat setelah mereka turun dari kereta.
Nabila mengangguk sebagai jawabannya tanpa menoleh ke arah sahabatnya itu, mereka berjalan bersebelahan menuju pintu keluar sambil mengobrol.
"Kenapa?" tanya Nabila akhirnya
"Gua mau nitip ini" ucap Reva dia menyerahkan setangkai bunga bakung berwarna kuning kepada Nabila
Nabila melihat bunga tersebut lalu dia menoleh ke arah Reva tidak mengerti
"Buat Kak Lian" ujar Reva yang mengerti maksud dari tatapan Nabila itu, "gua beli di toko bunga yang biasa kita datangi sebelum kita ketemu tadi pagi" lanjut Reva dia memperhatikan bunga tersebut
"Untungnya bunga ini belum layu" ucap Reva lagi
Nabila sedikit ragu namun akhirnya dia mengambil bunga itu juga
"Makasih, Kak Lian pasti senang" ucap Nabila tersenyum tipis ke arah Reva
Melihat ekspresi Nabila yang tidak seceria sebelumnya membuat Reva sedikit khawatir.
"Mau gua antar? Kebetulan gua bawa motor, gua titipin di taman tempat kita ketemuan tadi" tawar Reva yang khawatir melihat perubahan drastis dari ekspresi sahabatnya itu
Nabila menggeleng, "Gak usah, gua baru inget kalau mau ke tempat lain" alasan Nabila
"Beneran?" tanya Reva meyakinkan
Nabila mengangguk mantap dia juga tersenyum lebih lebar dari sebelumnya kepada Reva, melihat hal itu Reva akhirnya mengalah meskipun dia tahu jika ada hal yang tidak beres dari sahabatnya.
Mereka telah sampai di pintu keluar sebelum berpisah Nabila sempat bertanya kepada Reva yang membuat Reva terpaksa menghentikan langkahnya
"Rev?!" panggil Nabila saat melihat Reva yang hendak berjalan lurus
Reva menoleh, "Iya?"
"Lo tahu arti bunga ini?" tanya Nabila dia menunjukkan bunga yang diterimanya dari Reva, "Bunga bakung kuning atau orang lain biasa menyebutnya bunga lily"¹
Reva mengangguk, "Kebahagiaan, tapi lebih dari itu bunga bakung kuning juga menyatakan doa untuk kesembuhan"
"Kak Lian pernah bilang bagian dari bunga itu bisa dijadikan obat jika kita tahu cara meraciknya" sambung Reva
"Itu alasan Kak Lian suka, selain cantik bunga ini juga bisa jadi obat" timpal Nabila
Reva mengangguk, "Benar, gara-gara itu juga satu sekolah pernah dipenuhi bunga lily kuning"
Nabila tersenyum mendengarnya
"Lo ingat waktu valentine, hampir semua siswa wanita beli bunga bakung kuning bukannya mawar merah buat di kasih ke Kak Lian" ucap Reva mengingatkan kejadian beberapa tahun ke belakang di mana Kak Lian masih menjadi kakak kelas mereka
"Tentu saja, pada akhirnya semua murid kelas satu disuruh buat paper tentang bunga lily" ucap Nabila ikut menambahkan cerita Reva. Mereka berdua terkekeh mengingat kejadian pada hari itu.
"Hm semua karena Kak Lian" ucap Reva
"Kalau gitu gua mau pergi ke arah sana" ucap Nabila memberi tahu
"Lo yakin gak mau ditemani?" tanya Reva sekali lagi meyakinkan
Nabila mengangguk sebagai jawaban ekspresinya jauh lebih baik.
"Okay kalau gitu kita berpisah di sini" ucap Reva mengakhiri pertemuan mereka, "sampai jumpa besok di sekolah"
Reva melambaikan tangannya yang juga dibalas lambaian oleh Nabila, mereka berpisah di stasiun menuju tujuan masing-masing. Nabila berjalan berlawanan dengan arah Reva saat sudah berjalan sepuluh langkah Nabila berbalik melihat punggung sahabatnya yang sudah menghilang dari kerumunan.
***
Di rumah sakit Sari sedang menemani anak-anak dia menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur, suara Sari perlahan mulai memudar diikuti oleh anak-anak yang sudah nyenyak tertidur Sari jalan berjinjit menuju pintu keluar dia sangat hati-hati tidak ingin membangunkan mereka.
Kreek
Pintu terbuka Sari keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintu itu dengan sangat hati-hati. Salah seorang perawat yang sedang bertugas di sana melihat Sari, dia menepuk pundak Sari yang membuat Sari terkejut.
"Sari?!" sapa perawat pria itu
Sari menoleh dia menempelkan jari telunjuk ke bibirnya, memberi tahu kepada perawat itu agar tidak berisik.
"Sstt.. jangan berisik, mereka baru aja tidur" bisik Sari, perawat itu paham dia mengikuti gerakan Sari juga yaitu menempelkan jari telunjuknya ke bibir
"Okay" ucapnya dengan nada rendah, "mau keluar?" tanya perawat pria itu masih dengan nada rendah
Sari mengangguk setuju, mereka akhirnya berjalan keluar rumah sakit
"Gimana sekolah kamu?" tanya perawat itu sembari mereka berjalan
"Baik" jawab Sari singkat
Perawat itu menganguk, "Kamu berniat mau kuliah setelah lulus?"
"Gak tahu"
Perawat itu mengangguk lagi, mereka memilih menggunakan tangga untuk menuju ke bawah bukan karena tidak ada lift atau liftnya sedang rusak melainkan karena pada hari ini rumah sakit terlihat cukup ramai.
"Mau langsung pulang?" tanya perawat itu lagi
"Iya"
Perawat itu menoleh melihat Sari, gadis yang dia temui beberapa tahun yang lalu kini terlihat semakin manis dan dewasa.
"Mau makan dulu?"
"Tidak"
"Mau jadi pacarku?"
"Iy- hei!" jawaban Sari terhenti begitu pula dengan langkah kakinya, kali ini dia menoleh menatap tajam laki-laki berprofesi sebagai perawat yang berada di sebelahnya
Perawat itu terkekeh melihat ekspresi Sari, "Aku pikir kamu bakal bilang 'iya' soalnya dari tadi jawaban kamu selang-seling 'iya', 'tidak', 'iya', 'tidak' mulu"
Sari cemberut, "Kamu bercanda aja, bukannya rumah sakit ramai kamu tidak kerja?" tanya Sari mengalihkan topik pembicaraan
"Tidak juga, yang ramai di bagian obat" ucap perawat itu menjelaskan
Sari membuka pintu tangga darurat, iya mereka berdua berjalan menuju bawah melalui tangga tersebut selain untuk olahraga pintu darurat juga jarang dilalui banyak orang membuat mereka bisa berjalan santai tanpa buru-buru.
"Lalu kamu emang gak ada kerjaan selain nanyain aku kayak tadi" ucap Sari. Mereka masih berjalan menuju lobby rumah sakit
"Jam jaga aku sudah selesai dari tadi, kamu gak lihat aku sudah ganti baju" balas perawat tersebut
Sari memperhatikan laki-laki yang ada di depannya dia baru sadar jika Reyhan nama panggilan perawat tersebut sudah berganti baju. Sari tidak menjawab dia hanya mengangguk, mulutnya terangkat membentuk kata 'oh'
"Jadi?"
"Jadi apa?" tanya Sari balik
Reyhan menghela napas pelan, "Kita makan sebelum pulang"
Sari menggeleng, "Tidak, aku mau langsung pulang" Sari berjalan terlebih dahulu namun tangan Reyhan lebih sigap dia menahan Sari yang hendak pergi
"Temani aku makan" ujar Reyhan dia menarik tangan Sari agar mengikutinya
Sari mencoba menahan, "Ini sudah sore, nanti gak ada angkot menuju rumahku" ucap Sari mencoba bernegosiasi
"Aku yang anterin. Ayo!" jawab Reyhan tidak mau kalah. Pada akhirnya Sari yang mengalah dari laki-laki itu dia tidak pernah bisa menang melawannya.
Tepat saat Sari keluar dari pintu lobby bertepatan dengan Nabila yang masuk ke dalam rumah sakit yang sama, sekilas Sari melihat Nabila yang masuk ke dalam namun dia tidak mengatakan apa pun.
"Kamu kenal?" tanya Reyhan tiba-tiba melihat Sari yang mendadak berhenti saat Nabila lewat
Sari sedikit tergagap namun akhirnya dia menggeleng, "Hah- tidak, hanya mirip teman di sekolahku saja"
Reyhan mengangguk dia kembali menarik tangan Sari agar makan bersamanya, Sari yang mendapat perlakuan tersebut hanya pasrah menerima dari laki-laki di depannya.
Di rumah sakit yang sama Nabila langsung menuju lift rumah sakit tersebut dia terlihat seperti sudah terbiasa di sana, Nabila menekan angka 10 lantai yang akan dia tuju. Sesekali lift berhenti dilantai dan beberapa orang masuk ke dalam lift yang sama dengan Nabila.
Tiing
Suara lift memberi tahu jika lantai tujuannya telah tiba, Nabila keluar dari lift dia berjalan menelusuri koridor hingga tiba di sebuah pintu salah satu kamar yang ada di rumah sakit tersebut. Nabila membuka pintu kamar itu dia masuk ke dalam dari luar terlihat papan nama yang tertempel di dinding tentang informasi dari pasien yang berada di dalam kamar itu.
Nama : Gavin Lianirsyad
Usia : 20th
Note : ¹Bunga bakung kuning atau biasa dikenal sebagai bunga lily. Bunga ini merupakan bagian dari genus Lilium dari family Liliaceae. Bunga bakung kuning juga bisa dijadikan obat karena mengandung bahan anti oksidan dan anti mikroba