Chereads / DREAM BENDER / Chapter 5 - BERMAIN DI DUNIA MIMPI

Chapter 5 - BERMAIN DI DUNIA MIMPI

Jae merasakan tubuhnya sangat lelah padahal baru setengah hari dia melakukan aktivitas sesuai jadwalnya masih ada beberapa tempat lagi yang harus dia datangi belum lagi dia harus bertemu dengan banyak orang dan harus menampakkan wajah dengan senyuman seperti biasanya, terkadang rasanya Jae ingin berhenti dari semua aktivitas yang mencekiknya tersebut.

Mobil hitam itu berhenti di salah satu halaman parkir minimarket terdekat, Dihno memakirkan mobilnya tidak jauh dari pintu masuk minimarket dia melepaskan sabuk pengamannya lalu menoleh kearah Jae yang sedang menyandarkan tubuhnya.

"Kamu ingin makan apa?" tanya Dihno kepada Jae

Jae yang awalnya memejamkan mata sedikit membukanya, "Aku sedang diet"

"Kamu bahkan tidak makan sejak kemarin malam" ujar Dihno khawatir dengan kondisi artisnya tersebut.

Jae membuka matanya sempurna dia melihat kearah kaca mobil, terlihat banyak orang juga memarkirkan kendaraan mereka di sini ada truck, kendaraan pribadi dan lainnya mereka berhenti hanya untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan kembali perjalanan mereka.

"Aku akan belikan sandwich dan beberapa camilan, setidaknya kamu harus makan sesuatu" ucap Dihno akhirnya. Dia pergi meninggalkan Jae di dalam mobil sendirian, Jae hanya diam dia menatap kepergian Dihno menuju minimarket di depannya dari kaca mobil.

Jae meletakkan telapak tangannya menutupi wajahnya, meski kaca mobil sudah di lapisi dengan kaca gelap namun tetap saja cahaya matahari masuk ke dalam menyilaukan penglihatannya. Jae menutup matanya beberapa detik kemudian entah karena terlalu lelah dia akhirnya tertidur.

[ ON ]

Jae berada di dalam ruangan gelap dia melihat ke sekelilingnya tidak ada apa pun, dia berjalan pelan namun kepalanya menabrak sesuatu di sentuhnya benda yang berada di depannya Jae memperkirakan benda tersebut merupakan sebuah pintu, Jae membuka kenop pintu dengan hati-hati

Krekk..

Suara pintu berderit terdengar jelas, Jae mengintip apa yang ada dari balik pintu tersebut dia tidak ingin terburu-buru masuk ke dalam seperti waktu itu namun kali ini sepertinya berbeda, dari balik pintu terlihat sebuah pemandangan yang sangat indah. Jae melangkahkan kakinya masuk ke dalam, pintu tertutup seketika dan menghilang tidak mau ambil pusing Jae membiarkannya saja.

Terdengar suara aliran air jatuh dan kicauan burung-burung tidak jauh dari tempatnya, Jae menghampiri suara tersebut seperti ada yang menuntutnya ke suatu tempat. Baru beberapa langkah Jae berjalan tiba-tiba suara tersebut menghilang.

Jae tidak bisa mendengar suara air jatuh maupun kicauan burung lagi, berpikir jika ada yang salah dengan pendengarannya Jae mengorek telinganya namun saat Jae memperhatikan sekitar ada yang aneh dari mereka, sebuah kupu-kupu melayang di depan Jae bukannya terbang membuatnya tidak bisa untuk tidak memegangnya.

"Bagaimana mereka bisa melayang?" tanya Jae seorang diri. Dia kembali memperhatikan yang lain daun yang seharusnya jatuh justru berhenti bergerak seakan waktu tengah terhenti sejenak.

Jae berjalan ke tempat lain tanpa sengaja dia menginjak ranting kayu suara terdengar cukup jelas bersamaan dengan itu Jae juga mendengar sebuah suara dari balik semak-semak yang berada di belakangnya, respons normal dia berbalik melihat kearah sumber suara.

"Jae?!" ujar seorang gadis menyebut namanya dengan sebuah sapu yang di pegang oleh gadis tersebut.

***

Reva dan Jae duduk di tepi sungai dengan airnya yang mengalir sangat jernih, saking jernihnya kamu bahkan bisa melihat kerikil yang berada di dasar sungai. Mereka berdua masih terdiam satu sama lain belum ada yang berani untuk memulai obrolan terlebih dahulu, Jae merasakan suasana canggung di antara keduanya dia mencoba berbicara mencairkan suasana.

"Kamu-" ucap keduanya bersamaan, Reva menggaruk tengkuk lehernya dia tersenyum canggung

"Kamu duluan" ujar Reva

Jae menggeleng, "Tidak kamu saja yang duluan"

Melihat interaksi aneh di antara mereka membuat keduanya tertawa sendiri, Reva menertawakan kekonyolannya kenapa dia harus merasa canggung di dalam mimpinya sendiri padahal ini bukan pertama kalinya dia memimpikan sosok idolanya tersebut.

"Jadi kamu yang membuat mereka semua berhenti tadi?" tanya Jae pada akhirnya

Reva mengangguk, "Iya, it's my dream"

Jae tersenyum tipis, "Jika ini di dalam mimpi mu, bagaimana aku bisa di sini?" tanya Jae penasaran dengan dunia baru yang saja di datanginya

Reva terdiam dia berpikir tentang pertanyaan tersebut, Jae melihat ekspresi wanita di depannya itu sangat lucu tanpa sadar Jae tersenyum melihatnya.

"Apa itu sulit untuk dijawab?" tanya Jae tersenyum kepada Reva, "kalau gitu bagaimana jika ajarkan aku melakukan hal itu"

Reva menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"

"Mendatangkan ini!" ucap Jae dia melirik kearah tangannya yang memegang secangkir cokelat panas

Reva ber-oh ria mengetahui apa yang dimaksud oleh Jae, "Itu sangat mudah kamu cukup membayangkannya saja"

Jae menaikkan sebelah alisnya heran, "Semudah itu?" tanya Jae tidak percaya

"Hm, cobalah!" perintah Reva meminta Jae untuk mencobanya sendiri

Jae berdiri dia mulai berkonsentrasi membayangkan sesuatu yang dia inginkan sedangkan Reva hanya melihatnya sembari duduk dan menikmati cokelat panas yang keduanya. Cukup lama Jae berkonsentrasi membuat Reva gemas sendiri.

"Kamu sudah selesai?" tanya Reva yang masih duduk sembari melihat Jae memejamkan mata

"Apa sudah muncul?" tanya balik Jae kepada Reva

Reva melihat sekitarnya tidak ada apa pun di sana dan tidak ada perubahan juga semuanya masih sama seperti mimpi yang dia buat.

"Tidak ada apa pun" jawab Reva

"Coba lihat lagi" perintah Jae

Sekali lagi Reva memperhatikan sekitarnya bahkan kali ini dia memutuskan untuk berdiri dan berjalan di sekitar situ untuk mencari sesuatu yang aneh.

"Memangnya apa yang kamu bayangkan?" tanya Reva akhirnya dia mulai menyerah mencari

Jae membuka mata dia menghembuskan napas pelan, "JB apa tidak muncul?"

"What?" Reva yang mendengarnya kaget namun juga tidak menyangka apa yang dipikirkan idolanya itu

"Aku ingin berduet lagi dengannya, apa tidak bisa?" tanya Jae dengan polosnya

Reva memejamkan matanya dia membayangkan sosok pria bule yang menjadi keinginan Jae

Plop..

Hanya membutuhkan beberapa detik saja pria tersebut muncul di hadapan mereka berdua, Jae yang melihatnya terkejut matanya berbinar bagaikan mendapat hadiah yang sangat dia inginkan sejak lama

"Wow!" seru Jae

Ekspresi terkejut Jae berubah menjadi heran saat sosok tersebut justru tidak bergerak dan hanya diam layaknya patung

"Kenapa dia hanya diam saja?" tanya Jae

Reva menjentikkan jarinya, "Bergerak!" perintahnya namun pria tersebut masih dalam posisinya tidak bergerak sama sekali bahkan hanya untuk mengedipkan mata saja.

"Seharusnya dia bisa bergerak" sahut Reva

"Apa perlu di charger?" tanya Jae asal, Reva tidak merespons pertanyaan Jae atau lebih tepatnya dia memang tidak mendengarnya Reva sibuk melihat apa yang salah dengannya.

Reva melihat sekitarnya semuanya bergerak sebagaimana mestinya, dia lalu menjentikkan jarinya dan semuanya berhenti seperti seharusnya lalu Reva kembali menjentikkan jarinya dan semuanya kembali seperti semula namun hanya pria bule tersebut yang terdiam.

"Ada apa ini?" tanya Jae yang penasaran

Reva melirik kearah Jae dia memperhatikan antara Jae dan pria bule tersebut ada sedikit perbedaan di antara keduanya Reva dapat melihatnya meskipun terlihat samar

"Jae?" panggil Reva yang membuat Jae menoleh kearahnya, "apa kamu sedang tidur?" tanya Reva dia melihat manik mata indah itu dengan serius.

[OFF ]

Nabila menggoyang-goyangkan tubuh Reva pelan dia mencoba membangunkan sahabatnya itu Pak Aji merupakan guru matematika yang terkenal killer dan tidak suka jika ada siswanya yang tertidur di jam pelajarannya sudah datang di kelas seperti biasa tepat waktu.

"Reva" bisik Nabila memanggil nama Reva pelan namun sepertinya Reva masih asyik bermain di dunia mimpi yang dia ciptakan sendiri.

Ketua kelas berdiri dia berseru kepada semua temannya di dalam kelas agar memberikan salam hormat sebelum semuanya menerima pelajaran yang diberikan.

"Beri salam!" ucap ketua kelas

"Selamat pagi pak!" ucap semua siswa serempak

Pak Aji memperbaiki letak kacamatanya dia memperhatikan satu-per satu muridnya memastikan tidak ada yang membolos di mata pelajarannya yang berharga. Mata kecil Pak Aji menangkap sebuah bangku dengan buku yang tegak berdiri menghalangi wajah orang yang di depannya.

"Kamu yang di sana! Buku kamu menghalangi wajah" teriak Pak Aji kepada meja yang merupakan tempat Reva dan Nabila.

Nabila memunculkan kepalanya dia tersenyum canggung, "Maaf pak saya sedang mempelajari materi yang akan dibahas hari ini"

Pak Aji tidak tertipu dia berjalan mendekati meja Nabila dengan langkah gagah layaknya pasukan Koppasus membuat siapa saja yang mendengar langkah kakinya akan membuat jantungmu berdetak lebih cepat terlebih lagi pada saat ujian, kalian bisa membayangkannya sendiri.

"Kamu rajin sekali mempelajarinya sebelum saya bahas" sindir Pak Aji sembari terus berjalan menuju meja Nabila

Nabila yang berada di tempat hanya terdiam melihat langkah Pak Aji yang makin dekat dengan mejanya, wajahnya pias sedangkan tangannya masih tetap bergerak sembunyi-sembunyi membangunkan teman sebelahnya.

Langkah Pak Aji sudah dekat hanya tinggal beberapa langkah lagi dia sampai di meja yang mencurigakan tersebut.

"Kalian-!" ucapan Pak Aji terhenti saat melihat murid tersebut sedang menulis sesuatu di dalam buku tulisnya.

"Selamat pagi Pak Aji" sapa Reva tersenyum manis kearah Pak Aji yang sudah tiba di tempatnya dengan ekspresi wajah yang galak

"Apa yang kamu tulis?" tanya Pak Aji

Reva menunjukkan buku tulis yang berisi coretan hasil perhitungan, "Saya sedang mencari jawaban atas bilangan ini pak, tetapi belum ketemu juga"

Pak Aji yang melihat hal tersebut hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti

"Oh yang ini" ujar Pak Aji dia melihat kearah Reva dan Nabila, "Bapak akan jelaskan perhatikan di depan"

Setelah mengatakan itu Pak Aji mengembalikan buku tulis Reva dan kembali ke tempatnya berada dia mulai menjelaskan materi pelajaran pada hari ini. Sangat mudah meluluhkan hati guru tersebut, guru yang terkenal galak ini sebenarnya tidak segalak itu dia sangat baik terlebih lagi saat kamu sangat antusias dalam belajar, Pak Aji tidak akan segan-segan mengajarimu dengan sabar.

Nabila menghembuskan napas lega Reva bangun di saat yang tepat dan akting yang dilakukannya juga cukup meyakinkan.

"Hampir saja" bisik Nabila

Reva mengedipkan sebelah matanya, "Untung ada ini" ucap Reva mengangkat buku tulis yang merupakan milik Nabila sedangkan yang punya buku hanya menggeleng tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya tersebut.

***

Bel istirahat berbunyi para siswa-siswi berpencar keluar kelasnya masing—masing, ada yang menuju ke kantin, area olahraga, ataupun toilet semuanya sibuk dengan dunia mereka sendiri. Angel dan teman-temannya berada di salah satu meja kantin, mereka bertiga memilih tempat yang teduh sembari melihat cowok-cowok tampan bermain basket di lapangan luar.

"Wuuhhh.. keren!" seru Devi saat melihat cowok gebetannya berhasil mencetak three pointnya.

Kinan ikut berseru saat dia melihat adik kelas yang merupakan incaran sejak lama melintas, Angel hanya memperhatikan kedua temannya tersebut tidak bersemangat.

"Angel look!" ucap Kinan saat matanya menangkap sosok pria yang merupakan boyfriend goal's sekolah

Angel melihat arah pandang Kinan, dia hanya memutar bola matanya malas. Kinan yang merasa ada yang berbeda dengan temannya tersebut menghampiri Angel takut jika ada yang salah dengannya.

"You okay?" tanya Kinan dia duduk di sebelah Angel

Angel mengangguk pelan, "Ya"

Kinan belum puas dengan jawaban Angel dia memegang kening temannya tersebut, suhu tubuhnya normal lalu apa yang salah dengannya.

"Lo kenapa sih? Dari pagi aneh banget, gak semangat gitu" protes Kinan

Angel menatap Kinan dia juga tidak tahu ada apa dengan dirinya seperti ada yang dia lupakan namun dia tidak tahu apa itu.

Devi yang masih asyik menonton permainan basket tiba-tiba melihat seorang siswi dengan rambut sebahunya berjalan di pinggir lapangan dengan segera dia menghampiri kedua temannya itu.

"Gua tahu biar lo semangat lagi" ucap Devi dengan percaya diri

Kinan dan Angel menoleh hampir bersamaan saat Devi mengatakan kalimat itu.

"Apa?" tanya Kinan dan Angel bersamaan.

Devi membisikkan sesuatu kepada Kinan yang membuat ekspresi Kinan terlihat senang setelahnya dia melirik kearah Angel dengan tatapan yang tidak dimengerti oleh Angel sendiri.

Angel menggerakkan kepalanya pelan memberi isyarat tanya 'ada apa?' saat Kinan melirik kepadanya.

"Kalau ini sih lo pasti happy" komentar Kinan setelah Devi selesai membisikkan sesuatu kepadanya.

Angel memiringkan kepalanya sedikit, "Apa?"

Kinan dan Devi hanya cengengesan mendengar pertanyaan temannya itu, "Ada surprise buat lo" ucap Kinan akhirnya

Angel yang mendengarnya hanya mengangguk dia mengatupkan mulutnya tidak bertanya lagi, entah apa yang akan dilakukan oleh kedua temannya itu tetapi melihat ekspresi mereka yang sangat senang itu pasti hal yang menyenangkan juga, pikir Angel percaya dengan kedua temannya itu.

Reva dan Nabila saat ini berada di dalam perpustakaan sekolah mereka berdua sedang tidak ingin pergi ke kantin dan ditambah lagi hari ini merupakan hari buku baru di mana itu membuat mereka senang. Di sekolah mereka memang ada salah satu hari di mana perpustakaan akan mensortir buku-buku yang berada di dalam perpustakaan dengan buku keluaran terbaru.

Hal itu dilakukan setidaknya sekali dalam setahun meskipun buku-buku yang lama masih tetap disimpan terkecuali jika keadaan buku tersebut sudah dalam kondisi tidak layak pakai atau rusak, itu sebabnya Nabila, Reva dan beberapa siswa yang menyukai membaca menjadi senang meskipun buku yang mereka baca lebih banyak adalah novel.

Namun itu sudah sangat bagus, menumbuhkan minat baca kepada seseorang bukan suatu hal yang mudah beruntungnya sekolah ini melakukannya dengan sangat baik meskipun masih banyak kekurangannya.

Reva mengambil seri komik terbaru sedangkan Nabila mengambil beberapa buku tentang tubuh manusia dan sebuah novel bergenre thriller-horror, Reva duduk di sebelah Nabila yang sudah fokus membaca terlebih dahulu. Reva melirik buku-buku yang dibawa oleh Nabila untuk dibacanya, ada banyak buku yang dibawa itu bukan hal yang aneh bagi Reva karena dia tahu sahabatnya ini memang suka membaca tidak heran jika dia mendapatkan peringkat pertama.

"Amnesia?!" ujar Reva saat melihat buku dengan sampul yang terlihat unik

Nabila menoleh kearah Reva yang sedang memperhatikan salah satu buku yang dia bawa. Nabila menyodorkan buku tersebut kepada Reva.

"Novel, sci-fi" jawab Nabila

Reva memiringkan sedikit kepalanya, "Tentang apa?" tanya Reva sedikit penasaran

"Tentang seseorang yang kembali ke masa lalu menggunakan mesin yang dibuat oleh seorang profesor" jelas Nabila singkat

"Sepertinya seru" ujar Reva tertarik dengan novel yang dibawa oleh Nabila. Reva mengambil novel tersebut dia melihat cover belakang dari buku dan mulai membaca sinopsis singkat yang dibuat oleh penulis.

"Rev?" panggil Nabila

Reva yang masih serius membaca sinopsis hanya berdehem sebagai jawaban jika dia mendengarkan.

"Kalau seandainya mesin waktu itu ada, lo mau ke mana?" tanya Nabila

Reva menoleh dia melihat kearah sahabatnya, "Masalalu"

Nabila menaikkan sebelah alisnya, "Lo gak mau ke masa depan? Biasanya yang lain kalau ditanya bakal bilang mau ke masa depan, mau lihat seperti apa dia di masa depan"

Reva menggeleng, "Masa depan bisa berubah tergantung apa yang kamu lakukan saat ini"

"Terus lo mau ngapain ke masa lalu?" tanya Nabila lagi mulai penasaran

Reva terdiam sejenak lalu dia menoleh kearah sahabatnya yang sudah menunggu jawaban darinya, "Mencari jawaban"

"Oh tentang lucid dream itu?" tebak Nabila

Reva mengangguk sebagai jawaban, "Kalau lo?" tanya Reva berbalik penasaran dengan jawaban dari sahabatnya

"Masa lalu" jawab Nabila singkat

Reva mengernyitkan keningnya dia sedikit heran, "Kenapa? Lo gak penasaran sama masa depan lo yang cerah" goda Reva

Nabila cemberut mendengar godaan Reva tersebut, Reva benar masa depan Nabila sangat cerah dia murid yang pandai, dia bisa bermain alat musik bahkan dia pernah tampil dalam festival music di beijing dan menjadi yang termuda di dalam grup, Nabila juga bisa berbicara dalam beberapa bahasa bukan hanya bahasa inggris saja melainkan ada lima bahasa yang dia kuasai.

Mendengar prestasinya siapa pun akan beranggapan masa depannya akan sangat cerah, bel berbunyi membuat siswa-siswi mulai membereskan buku-buku yang mereka bawa untuk diletakkan di dalam rak seperti saat mereka mengambilnya. Reva dan Nabila merapikan buku-buku yang mereka bawa beberapa dari buku tersebut mereka pisahkan untuk dibawa pulang atau ingin mereka pinjam.

"Ada buku yang mau lo pinjam?" tanya Reva kepada Nabila

Nabila menunjukkan buku yang berada di sebelah kanannya, "Ini"

Reva mengambil buku tersebut, "Kartu anggota lo?" pinta Reva kepada Nabila

Nabila menyerahkan kartu anggota perpustakaan miliknya kepada Reva yang segera diterima oleh Reva.

"Gua antre pinjam, nitip balikkin komiknya ya" pinta Reva yang dibalas senyuman oleh Nabila

Setelahnya Reva pergi menuju ke administrasi untuk proses pinjam buku sedangkan Nabila menuju rak-rak buku untuk mengembalikan buku yang tidak dia pinjam, Nabila menaruh buku-buku tersebut satu-per satu sesuai dengan tempatnya saat buku terakhir yang merupakan novel yang barusan mereka berdua bahas Nabila terdiam memperhatikan buku tersebut.

[ Kalau seandainya mesin waktu itu ada, lo mau ke mana? ]

Nabila tanpa sadar teringat pertanyaan yang dia ajukan kepada Reva

"Masa lalu" gumam Nabila seorang diri

[ Kenapa? ]

"Untuk bertemu dia" gumam Nabila lagi seakan menjawab pertanyaan Reva yang belum sempat dia jawab barusan.

***

Devi menutup mata Angel dengan tangannya dia mengarahkan Angel ke suatu tempat yang berada di area belakang sekolah, tempat tersebut merupakan gudang sekolah biasanya murid-murid juga memakai tempat tersebut hanya untuk nongkrong bersama dengan teman-teman mereka tidak jarang tempat yang merupakan gudang juga dipakai untuk aksi tidak terpuji seperti merokok misalnya.

Ditempat tersebut sudah ada Kinan dan seorang teman yang lain sedang dirangkul olehnya, Devi membuat aba-aba untuk melepas tangannya yang menutupi mata Angel Kinan di depannya dia tersenyum jari tangannya bergerak mengikuti hitungan Devi.

"Ready?" tanya Devi kepada Angel yang matanya masih dia tutupi

"Hm"

"Oke gua hitung ya" ujar Devi dia bersiap menghitung

"Satu.."

"Dua.."

"Tunggu-" Angel menyela hitungan Devi, "kalian lagi gak ngerjain gua kan?" tanya Angel penasaran apa yang sedang dilakukan oleh kedua temannya itu.

"Aish.. tenang aja lo pasti suka" timpal Kinan

"Okay, i trust you" balas Angel

Devi kembali menghitung namun dia langsung loncat pada hitungan terakhir

"Tiga" ucap Devi sembari melepaskan tangannya dari pandangan Angel

Angel membuka matanya pelan, karena terlalu lama ditutupi membuat penglihatannya sedikit buram namun hanya dalam hitungan detik dia sudah bisa melihat dengan jelas seperti biasa. Di depannya terlihat Kinan dan seorang siswi yang dia kenal tengah menunduk seakan tidak berani menatapnya.

"Apa ini?" tanya Angel tidak mengerti

Kinan mendorong tubuh siswi tersebut hingga tersungkur ke bawah kaki Angel sedangkan Devi sudah bersiap dengan botol air yang akan dia tuangkan ke kepala siswi tersebut. setelah melakukan hal tersebut mereka berdua berdiri di depan Angel dengan senyuman senang

"Surprise!" ucap Kinan dan Devi bersamaan telapak tangan mereka terbuka seakan sedang menyuguhkan sebuah hadiah istimewa untuk temannya.

Angel yang melihat hanya menatap datar kearah siswi yang berada dibawahnya tersebut, dia melihat kearah temannya yang sedang tersenyum senang

"Jadi ini surprise buat gua" sindir Angel

Kinan dan Devi menoleh melihat respons yang ditunjukkan oleh Angel mereka berpikir jika Angel tidak menyukai kejutan yang mereka siapkan.

"Lo gak suka?" tanya Kinan

Angel melihat kearah Kinan dengan tatapan datar sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi senang

"Tentu saja gua senang, thank you" ucap Angel dengan tersenyum ceria kepada kedua temannya

Melihat ekspresi Angel yang berubah membuat Kinan dan Devi juga ikut senang ternyata mereka hanya diprank oleh Angel

"Gua pikir lo gak suka" ucap Devi

Angel merangkul Devi, "Ini surprise yang istimewa mana mungkin gua gak suka" Angel tersenyum kearah teman-temannya

Kemudian Angel berjongkok melihat lebih dekat siswi yang masih ada dibawahnya tersebut, dia mennyingkirkan rambut yang menutupi wajah siswi itu

"Ke mana saja? Lo gak tahu betapa gua merindukan lo" ujar Angel kepada siswi tersebut

Siswi dengan rambut sebahu menatap Angel tajam, rindu yang dimaksud Angel jelas bukan dalam artian yang sebenarnya melainkan rindu karena tidak ada yang akan menjadi mainannya lagi.

"I hate you" ucap siswi tersebut kepada Angel yang tengah memandangnya dengan tatapan merendahkan.

Angel yang mendengar kalimat itu terkejut namun hanya beberapa detik kemudian dia tertawa

"Huohh.. HAHA" tawa Angel, "beberapa hari lo gak masuk mulai berani ya"

Prak

Angel menampar pipi siswi tersebut, Kinan dan Devi yang melihatnya terkejut dengan aksi yang dilakukan oleh Angel mereka tidak menyangka jika Angel akan berbuat seperti itu.

Siswi tersebut mengadu sakit saat pipinya ditampar oleh Angel dia memegang pipinya yang merah bekas tamparan.

"Angel?!" panggil Kinan, "lo udah kelewatan" protesnya atas aksi yang dilakukan oleh Angel barusan, di sebelahnya terlihat Devi mengangguk setuju atas kalimat yang diucapkan oleh Kinan tersebut.

Angel menghembuskan napas kasar dia berdiri berbalik melihat kedua temannya yang tidak suka atas apa yang dia lakukan.

"Ini kejutan buat gua kan? Jadi gua bebas" ucap Angel tidak peduli dengan protes dari kedua temannya tersebut

Angel kembali ke siswi dengan rambut sebahu dia berjongkok diangkatnya dengan paksa kepala siswi tersebut agar Angel dapat dengan mudah melihat wajahnya

"Kalau lo masih mau sekolah di sini bersikap dengan baik" ketusnya, Angel melempar wajah siswi tersebut ke samping dengan kasar setelahnya dia berdiri dan hendak pergi dari tempat itu namun suara siswi itu membuat Angel menghentikan langkahnya.

"Pengecut!" dengus siswi berambut sebahu tersebut.

Angel menaikkan sebelah alisnya, "What?"

Siswi tersebut melangkah mendekati Angel dia berbisik ke telinga Angel yang membuat Angel terkejut, Angel melotot menatap siswi berambut sebahu tersebut yang justru tersenyum miring kepadanya.

Setelah membisikkan sesuatu kepada Angel siswi tersebut pergi meninggalkan Angel dan temannya dalam kebingungan.

Kinan mendekati Angel, "Apa yang dia katakan?" tanya Kinan penasaran dengan apa yang dikatakan siswi itu.

Devi ikut nimbrung mendekati mereka berdua, Angel melirik kearah kedua temannya dia menggeleng

"Nothing" ucapnya, setelah menjawab pertanyaan Kinan dia pun pergi meninggalkan kedua temannya di belakang.

***

Reva dan Nabila berlari kecil menuju kelas jarak antara perpustakaan yang berada dilantai 1 dan kelas mereka yang berada dilantai 2 membuat keduanya harus sedikit berlari jika tidak ingin ketinggalan mata pelajaran.

"Kenapa di sekolah kita gak ada lift sih" protes Reva yang berlari mengikuti langkah Nabila yang panjang

Nabila melirik kearah Reva yang kewalahan mengikutinya dia tersenyum, "Anggap aja ngurusin berat badan" sahut Nabila

Reva menghentikan langkahnya, "Maksud lo?"

"Keliatannya berat badan lo bertambah" ujar Nabila santai sedangkan Reva yang mendengarnya melotot kearah sahabatnya itu

"Enak aja!" protes Reva tidak terima akhirnya dia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Nabila di belakang yang sedang terkekeh menertawainya.

"Reva tunggu!" teriak Nabila memanggil Reva yang kesal karena ulahnya sendiri

Pada akhirnya Nabila bisa menyamai langkah kakinya dengan Reva, setelah berlari akhirnya mereka sampai di tangga terdekat mereka berdua menaiki anak tangga dari arah yang sama seorang siswi dengan rambut sebahunya berlari kearah Nabila dan Reva tanpa sengaja dia menabrak lengan Reva yang membuatnya mengadu kesakitan.

"Aw" ucap Reva saat siswi berambut sebahu itu menabraknya

Siswi tersebut menoleh ke belakang di lihatnya Reva dan Nabila matanya menatap Reva dengan ekspresi yang tidak dimengerti oleh keduanya, setelah itu siswi tersebut pergi begitu saja tanpa mengucap maaf meninggalkan Nabila dan Reva.

"Bukannya minta maaf, main kabur aja" protes Reva kesal melihat sikap yang dilakukan oleh siswi tersebut.

Nabila memperhatikan siswi itu hingga punggungnya tidak terlihat, dia ingat jika siswi itu merupakan orang yang selalu dibully oleh Angel dan temannya.

"Bukannya dia siswi yang waktu itu kita bantuin?" tanya Nabila

"Yang mana?" tanya Reva balik dia sibuk memegang lengannya yang barusan ditabrak oleh siswi yang lewat tadi.

"Ih yang di belakang sekolah itu loh" ujar Nabila gereget

Reva berpikir sejenak mencoba mengingat yang dimaksud oleh Nabila

"Ah gua ingat" sahut Reva setelah berhasil mengingatnya, "barusan itu dia?" tanya Reva lagi namun kali ini dia sudah bisa berfokus dengan obrolan mereka

"Sepertinya dia" jawab Nabila

Mereka menaikkan anak tangga tanpa berlari namun berganti menjadi mengobrol tentang siswi yang lewat barusan.

"Kalau gak salah tadi bajunya agak basah" ujar Reva yang sempat memperhatikan sekilas siswi itu

"Mungkin dia dibully Angel lagi" tebak Nabila

Reva menghembuskan napas pelan mendengar tebakan sahabatnya yang kemungkinan adalah benar.

"Gua harap dia mengingat mimpi itu" gumam Reva

"Lo bilang apa barusan?" tanya Nabila yang samar mendengar ucapan Reva

Reva menggeleng, "Bukan apa-apa" Reva menarik Nabila agar berlari pelajaran selanjutnya merupakan pelajaran bahasa yang sangat Reva sukai dia tidak ingin ketinggalan pelajarannya.

"Ayo cepat" ajak Reva menarik tangan Nabila

Nabila mengikuti langkah Reva dan melupakan pertanyaannya barusan, mereka berlari menuju kelas dan berharap sampai sebelum mata pelajaran dimulai.

[ ON ]

Angel berada di ruangan gelap dia melihat sekelilingnya namun hanya menemukan sebuah pintu besar berwarna putih, Angel memperhatikan pintu tersebut dia mengenali pintu besar berwarna putih yang sangat mirip dengan pintu dirumahnya yang dulu.

Angel berjalan mendekati pintu tersebut dia memegang kenop pintu namun ragu untuk membukanya, digenggamnya erat kenop pintu itu seakan tahu apa yang ada dari balik pintu besar ini.

"Hiks..Hiks.." suara tangisan seorang anak kecil terdengar dari balik pintu, Angel yang semula memejamkan matanya kini terkejut mendengar suara tangisan tersebut

"Ada orang?" tanya Angel memastikan jika pendengarannya tidak salah

Suara tangisan menghilang Angel tidak mendengarnya lagi untuk beberapa menit namun menit kemudian terdengar suara kembali dari balik pintu.

"Ma..ma hiks.. Pa..pa hiks.." suara tangisan dari anak kecil terdengar kali ini Angel hanya mendengarkannya saja tanpa bertanya maupun mengetuk pintu seperti sebelumnya

Bukk

Sebuah suara benda jatuh terdengar sangat keras dari balik pintu, Angel yang semula ingin mengabaikan anak kecil tersebut kini berbalik tanpa rasa ragu dia membuka pintu yang semula tidak pernah ingin dia buka.

Pintu dibuka hal pertama yang dilihat oleh Angel adalah sebuah tangan kecil yang memerah di sebelahnya terdapat teko yang berisi air panas, Angel terduduk melihatnya detik berikutnya dia pun menangis

[ OFF ]