Chereads / DREAM BENDER / Chapter 4 - KEAJAIBAN MIMPI

Chapter 4 - KEAJAIBAN MIMPI

Reva berkeringat padahal AC di kamarnya sudah mencapai batas terendah ditambah udara dingin di luar yang sedang turun hujan logikanya Reva seharusnya kedinginan namun dia justru mandi air keringat. Bola matanya bergerak cepat meskipun matanya saat ini tengah terpejam itu menandakan jika Reva sedang bermimpi.

Mereka yang melihat ini pasti akan berpikir Reva sedang bermimpi basah tetapi ini tidak seperti yang terlihat, ada mimpi yang bisa membuatmu banjir keringat meskipun itu bukanlah mimpi basah bertemu hantu misalnya atau pun mimpi masa lalu yang tidak ingin kamu ingat, bukan hanya itu saat mimpi menjadi lebih kuat seseorang bisa merasa terikat dengan dunia nyata di dalam mimpi.

Pernahkah kalian menangis di dalam mimpi dan itu terbawa saat kalian bangun? Atau kesal karena suatu hal di dalam mimpi dan terbawa hingga bangun padahal kalian tidak ingat apa yang membuat kalian kesal, saat mimpi menjadi sangat kuat dia mengikat para pemimpi menjadi bisa merasakan perasaan yang sesungguhnya sama seperti di dunia nyata. Orang-orang yang terjebak di dalam mimpi akan merasakan tidak ingin bangun bahkan menganggap jika dunia nyata adalah mimpi dan dunia mimpi adalah yang sesungguhnya.

Namun dibalik itu semua terkadang mimpi juga membawamu ke sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan di dunia nyata bertemu dengan seseorang yang kamu rindukan misalnya, atau melampiaskan isi hati kepada seseorang yang kamu pendam selama ini. Beberapa orang pernah mengalami hal serupa dan merasa lega meskipun sekali lagi itu hanyalah mimpi. Pada akhirnya kamu hanya butuh sedikit keberanian untuk mewujudkan apa yang ada di dalam mimpimu.

[ ON ]

"Bangunkan aku. Cepat!" perintah Angel

Reva tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Angel sampai akhirnya dia menyadari jika ini adalah sebuah mimpi ingatan masa lalu Angel yang tidak ingin dia ingat. Reva saat ini berada di balkon rumah Angel dia melihat sepasang wanita dan pria yang merupakan orang tua Angel di luar sedang mematung sedangkan Angel masih berada di dalam ruangan yang sebelumnya.

"Bergerak!" perintah Reva dia menjentikkan jari kearah kedua orang tua Angel di bawah namun mereka masih terdiam seperti patung.

Angel berjalan ke atas balkon dia melihat Reva yang berada di tepian pagar pembatas di dekatinya Reva, Angel melihat lurus ke bawah apa yang sedang dilihat oleh Reva.

Sadar jika ada yang mendekatinya Reva berbalik melihat Angel yang berjalan ke sebelahnya.

"Bisa lo buat mereka bergerak?" tanya Reva kepada Angel

Angel menoleh kearah Reva dengan tatapan datar, "Lo yang bikin mereka berhenti"

Reva menghela pasrah, memang benar dirinyalah yang membuat mimpi ini berhenti tetapi itu juga tidak sengaja, tiba-tiba saja dia berteriak berhenti dan semua berhenti sama seperti yang biasa dia lakukan namun entah kenapa saat dia ingin menjalankannya lagi mereka tidak mau bergerak seakan ada sistem yang menggerakkannya.

"Oke, bagaimana kita kembali?" tanya Reva pada akhirnya

Angel berbalik melihat Reva kini keduanya sempurna berhadapan, "Itu pertanyaan buat gua?"

Reva menepuk keningnya pelan, dia lupa jika dirinya yang sedang melakukan lucid dream bertanya ke Angel sama saja seperti menyelesaikan soal matematika namun menggunakan rumus yang berbeda, tidak akan ketemu hasilnya.

"Jangan bilang kalau kita gak bisa keluar dari sini?" tanya Angel mulai panik, Reva menatap Angel yang mulai kebingungan

[ Ke mana aja dia kenapa baru panik sekarang ]

Pikir Reva saat melihat respons Angel yang tampak khawatir, itu terlihat wajar siapa juga yang ingin terjebak di dalam mimpi terlebih lagi ini bukanlah mimpi yang menyenangkan melainkan mimpi buruk bagi Angel dan mimpi buruk bagi Reva karena dia tidak ingin berakhir terjebak di dalam mimpi ingatan seseorang.

"Lo bilang ini bukan pertama kalinya, lo pasti tahu gimana caranya keluar?" tanya Angel panik

Reva mengangkat bahunya, "Gua udah coba cara biasanya tetapi seperti yang lo lihat, nihil"

Angel terlihat kesal dia memukul pagar pembatas sebagai luapan kekesalannya, "Pasti ada cara lain?"

Reva berpikir sejenak, "Ada, tetapi-"

Angel menoleh kearah Reva dengan mata berbinar melihat ada harapan, "Apa?"

Reva menatap mata Angel dengan sangat serius membuat Angel dibuat bergidik sendiri melihatnya.

"Satu-satunya cara adalah menggunakan lompatan gelombang otak ¹" ujar Reva serius.

Angel menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, ekspresi wajahnya menandakan dia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Reva, mengetahui hal tersebut Reva meralat ucapannya dia lupa sedang berbicara dengan siapa.

"Itu merupakan periode transisi antara terjaga dan tidur atau sebuah fase di mana seseorang saat tidur ringan langsung masuk ke fase tidur dalam, biasanya orang saat tidur mereka harus melewati fase ringan, sedang baru masuk ke fase tidur dalam" terang Reva,

Angel yang mendengarkan hanya melihat Reva dengan ekspresi yang entah dia mengerti atau tidak

"Biasanya kejadian seperti ini disebut juga-"

"Stop!" sela Angel menghentikan penjelasan Reva yang seperti guru sejarah panjang dan detail, "langsung aja ke intinya"

Reva terdiam dia baru sadar jika terlalu panjang menjelaskannya, "Kita harus lompat dari sini!"

"WHAT?" Angel terkejut dengan perkataan Reva, bagaimana mereka harus lompat dari lantai dua balkon rumahnya, meskipun tidak terlalu tinggi tetapi melompat dari atas sini cukup membuat kamu patah tulang atau minimal di rawat hingga beberapa minggu.

"Lo minta penjelasan yang singkat tadi" ujar Reva santai tanpa rasa bersalah

Angel melihat ke bawah dia bisa membayangkan betapa sakitnya nanti jika dia melompat dari atas sini.

"Lo pernah mimpi terjatuh lalu bangunkan?" tanya Reva yang melihat kekhawatiran di wajah Angel.

Angel mengangguk, "Iya"

"Itu contoh dari penjelasan gua barusan" ucap Reva

"Tetapi ini lumayan tinggi, gimana kalau itu gak berhasil dan kita justru celaka?" tanya Angel khawatir

"It's a dream Angel, lo bakal baik-baik saja meskipun jatuh dari gedung Burj Khalifa sekalipun" sahut Reva sedikit ngegas

Angel sejenak berpikir, "Benar juga, lo bakal mukulin gua sampai babak belur dan gua tetap baik-baik saja"

Angel seakan menyindir Reva atas perbuatannya saat dia masih bisa berkuasa di dalam mimpinya meskipun sekarang Reva juga masih berkuasa hanya saja ada beberapa perubahan yang dia tidak mengerti.

"Iya seperti itulah" jawab Reva canggung yang dibalas cibiran oleh Angel

Reva berjalan melewati pagar pembatas dia berdiri di luar pagar pembatas rumah Angel tangannya masih mengenggam erat pagar pembatas tersebut.

"Mau ikut?!" ajak Reva dia menggulurkan tangannya kepada Angel

Angel awalnya terlihat ragu-ragu namun pada akhirnya dia menerima juga uluran tangan Reva. Mereka berdua telah berdiri di luar pagar pembatas dan bersiap akan melompat.

"Dalam hitungan ketiga kita lompat" ucap Reva memberikan aba-aba. Angel mengangguk pertanda setuju

"Satu.." Reva mulai menghitung

"Du.. wa.."

"Tunggu, maksud lo sesudah kata 'tiga' atau sebelum kata 'tiga'?" sela Angel

Reva menoleh kearah Angel, "Setelah"

"Satu.." Reva mulai menghitung kembali

"D-du.."

"Tunggu, maksud lo setelah 'Ti' atau sebelum 'Ga'?" tanya Angel lagi menghentikan hitungan Reva untuk yang kedua kalinya

Reva menarik napas dia mulai kesal dengan Angel, "Setelah 'Ti' dan setelah 'Ga' ada lagi yang mau lo tanyain?"

Angel menyengir dia menggeleng pelan, "Gua hanya gugup, sorry. Lanjutkan"

"Ah kenapa juga gua harus terjebak di sini" gumam Reva kepada dirinya sendiri

Reva kembali bersiap menghitung kembali untuk yang ketiga kalinya, "Oke. Ti..Ga" mereka melompat yang diikuti oleh suara teriakan Angel

Reva sengaja langsung menghitung angka terakhir dan menarik Angel jatuh bersamanya dia tidak mau Angel menyelanya kembali, ucapan Reva berhasil membuat Angel terkejut dan berteriak kencang. Beberapa detik sebelum sampai kedasar lantai mereka sempat bertatapan hingga akhirnya semua berubah menjadi gelap.

[ OFF ]

Reva tersentak bangun dari tidurnya dia melihat langit-langit kamar miliknya dengan segera Reva bangkit duduk untuk memeriksa kondisi sekitarnya, dilihatnya jam di atas nakas jarum detiknya bergerak lalu karena belum yakin Reva mencubit dengan kuat pipinya beberapa detik dia mengaduh kesakitan.

"Aw.. sakit" Reva memegang pipinya yang dia cubit sendiri. Awalnya dia mengeluh namun detik kemudian dia merasa senang karena itu artinya ini bukanlah mimpi ataupun lucid dream miliknya

"Ini bukan mimpi" ujar Reva bernapas lega. Reva terdiam sejenak mengingat lucid dream yang baru dia lakukan saat menyadari jika ada yang salah dengan lucid dreamnya Reva segera bangkit dari kasur menuju meja belajarnya, di carinya buku yang biasa dipakai untuk menulis lucid dreamnya namun tidak ketemu, Reva melihat kekasur miliknya ada sebuah benda persegi yang merupakan buku lucid dream miliknya.

Reva mengambil buku itu dia membukanya, dibacanya kata demi kata yang dia tulis di sana semua adegan sesuai lalu bagaimana akhir dari lucid dreamnya berbeda dan yang paling penting adalah bukan hanya Reva yang sadar jika itu adalah mimpi namun orang yang Reva ajak masuk pun menyadarinya, Angel.

***

Pagi telah tiba semua orang melakukan aktivitas seperti biasanya, Reva sudah duduk terlebih dahulu di meja makan dengan mata sayu beberapa detik sekali Reva bahkan menguap, semalam dia mencoba untuk tidak memikirkan hal tersebut dan kembali tidur namun matanya sedetik pun tidak mau terpejam pada akhirnya Reva tidak tidur semalaman.

Ibu menaruh makanan yang sudah siap di atas meja melihat anaknya yang terlihat lesuh membuat Ibu menjadi khawatir.

"Kamu sakit?" tanya Ibu

Reva menggelengkan kepalanya tanpa melihat kearah Ibunya, melihat hal tersebut membuat Ibu makin khawatir dia memegang kening anaknya tersebut memastikan suhu tubuhnya.

"Gak panas" ujar Ibu saat dia menempelkan telapak tangannya

"Reva cuman gak bisa tidur aja semalam" sahut Reva memberikan jawaban agar Ibunya tidak khawatir

"Ah paling Reva mimpiin hantu lagi makanya dia gak bisa tidur" sosor Ayah sembari turun dari anak tangga dengan tas berisi laptop yang dia bawa. Reva dan Ibu menoleh melihat Ayah yang turun dengan setelan kemeja rapi

"Emangnya Ayah kalau udah tidur susah dibangunin" sindir Ibu, dia kembali mengambil beberapa piring berisi lauk untuk dimakan. Mendengar sindiran tersebut Ayah hanya diam tidak menanggapinya masalahnya urusan itu akan menjadi panjang jika tidak ada yang mau mengalah di antara keduanya.

"Reva mau bareng Ayah aja berangkatnya?" tanya Ayah mengubah topik percakapan

Reva mengambil dua lembar roti tawar dia mengoleskan salah satu roti dengan selai cokelat tidak lupa dia juga mengambil lembaran keju sebagai tambahannya.

"Gak usah Yah, hari ini Reva udah janjian sama Nabila" jawab Reva sembari mengunyah roti isi yang dia buat sendiri.

"Ayah mau sarapan apa?" tanya Ibu disela-sela perbincangan Reva dan Ayah.

Ayah duduk di bangku dia meletakkan tas laptopnya di bawah, "Nasi dan teman-temannya"

Setelah mengucapkan itu Ibu dengan sigap mempersiapkan semuanya lalu memberikan piring berisi nasi, sayur bayam dan telur goreng kepada Ayah.

Ayah mengambil piring yang diberikan kepada Ibu setelah tanpa menunggu respons apa pun kembali pergi dari meja makan menuju ke belakang, Ayah yang melihat Ibu pergi tanpa sarapan merasa heran.

"Ibu gak sarapan bareng?" tanya Ayah

"Nanti aja deh, cucian Ibu numpuk gara-gara mesin cucinya rusak" ujar Ibu memberi kode kepada Ayah agar di belikan mesin cuci baru.

Ayah mengambil sendok sebelum menjawabnya, "Bukannya kemarin udah di benerin, rusak lagi?"

Ibu mengangguk, "Iya tuh gimana sih, pengeringnya itu loh Yah gak mau gerak" Ibu kembali menuju meja makan pada akhirnya dia duduk di meja makan dan mengambil beberapa lembar roti tawar.

"Mana udah musim hujan bajunya jadi susah kering" omel Ibu

Ayah memperhatikan Ibu yang terlihat capek, "Yaudah beli yang baru aja"

Mendengar hal itu membuat wajah Ibu yang awalnya muram kembali ceria, seceria matahari pagi.

"Uangnya?" kode Ibu

"Nanti Ayah transfer" sahut Ayah sembari menyuap nasi ke dalam mulutnya.

Ibu berseru senang mendengarnya sedangkan Reva hanya sebagai penonton pada pagi ini dia tidak menanggapi obrolan Ayah dan Ibunya

"Terima kasih Ayah" goda Ibu mengedipkan salah satu matanya ke arah Ayah yang dibalas langsung dengan senyuman.

***

Reva dan Nabila sudah berada di angkot mereka sebelumnya janjian bertemu di persimpangan jalan yang biasa keduanya lewati. Angkot pagi hari ini sangat ramai Reva dan Nabila yang biasanya mengobrol kini keduanya hanya diam sepanjang perjalanan, mungkin karena angkot yang mereka tumpangi penuh membuat keduanya tidak banyak bicara.

Sesampainya di halte tempat tujuan mereka berdua turun dengan beberapa penumpang lain yang juga ikut turun dari halte tersebut mereka berdua jalan menuju tempat penyebrangan jalan, lampu masih menunjukkan warna merah untuk pejalan kaki membuat keduanya menunggu bersamaan dengan pejalan kaki yang lainnya.

Disela-sela menunggu Nabila bercerita tentang mimpinya semalam yang terasa sangat nyata, Reva mendengarkan ceita Nabila sesekali dia juga ikut menimpali.

"Rev, semalam gua mimpi" ujar Nabila membuat Reva yang semula sibuk dengan smarphonenya menoleh

"Mimpi apa?" tanya Reva penasaran tidak biasanya Nabila bercerita tentang mimpinya

"Mimpi yang sangat nyata, benar-benar nyata" jawab Nabila, dia melihat kearah Reva dengan wajah yang serius

"Itu mimpi atau halusinasi lo" sahut Reva mencoba membuat suasana tegang berubah santai

Nabila memutar bola matanya, "Gua serius. Lo pernah bilang kita akan melupakan mimpi kita saat bangun hanya dalam beberapa detik kan?"

Reva mengangguk setuju, dia memang pernah mengatakan itu kepada Nabila. Pada umumnya seseorang akan melupakan kejadian di dalam mimpi hanya dalam waktu 60 detik atau kita dapat mengingat mimpi kita dalam waktu 1-2 menit saja setelahnya kita akan melupakan mimpi tersebut namun jika kamu tidak bisa mengingat mimpi dalam rentang waktu tersebut maka sekeras apa pun kamu mencoba mengingatnya kamu tidak akan pernah bisa mengingatnya ².

Itulah sebabnya Reva mempunyai buku khusus untuk mimpinya, bukan hanya sekadar mencatat cerita yang ingin dia buat untuk melakukan lucid dream namun juga mimpi yang tanpa sengaja terbentuk oleh alam bawah sadarnya.

"Iya gua pernah bilang gitu, lalu kenapa?" tanya Reva

"Bagaimana jika kita masih mengingat detailnya hingga saat ini tanpa mencatatnya?" kali ini Nabila bertanya dengan sangat serius

Melihat raut wajah Nabila yang serius membuat Reva berpikir sejenak, sahabatnya ini butuh jawaban yang meyakinkannya bukan hanya sekedar candaan.

Ding..ding..ding

Lampu APILL memberikan isyarat kepada pejalan kaki jika mereka boleh melintas membuat Reva dan Nabila menghentikan sejenak obrolan mereka, keduanya berjalan ke seberang jalan bersama dengan pejalan kaki yang lainnya. Nabila menggandeng tangan Reva berjalan lebih cepat agar mereka bisa melanjutkan kembali obrolan mereka yang terpotong.

Sesampainya mereka di seberang jalan Nabila kembali menanyakan jawabannya sembari berjalan menuju ke gerbang sekolah mereka.

"Rev?" tegur Nabila membuat Reva yang awalnya sedang fokus kembali memperhatikannya.

"Sejujurnya semalam gua juga mengalami hal yang aneh" jujur Reva pada akhirnya

Nabila menaikkan sebelah alisnya, "Hal aneh apa?"

"Gua melakukan lucid dream-"

"Itu bukan hal yang baru buat lo, kecuali kalau itu gua" sela Nabila

"Gua belum selesai, dengar dulu", dengus Reva

Dia menghembuskan napas sebelum melanjutkan kembali ceritanya, "Orang yang gua buat masuk ke dalam lucid dream juga sadar kalau itu hanya mimpi"

Nabila terkejut mendengarnya, "Hah?!"

"Gua juga gak tahu awalnya gimana lucid dream yang gua lakuin malam tadi berbeda, gua bahkan gak bisa mengendalikannya mereka bergerak seperti di dunia nyata" jelas Reva membuat Nabila yang mendengarkannya tidak percaya.

Sejujurnya dulu Nabila tidak begitu peduli dengan cerita mimpi yang selalu sahabatnya ceritakan dia hanya menganggap mimpi sebagai bunga tidur sesuatu yang tidak begitu penting sampai pada suatu kejadian Nabila menjadi percaya dan menjadi antusias dengan semua cerita mimpi yang Reva ceritakan, Nabila bahkan sempat mencari cara agar bisa melakukan lucid dream walau hanya sekali namun usahanya selalu gagal.

Kini Reva jarang bercerita lagi tentang mimpinya mungkin karena sudah banyak kegiatan dan tugas yang harus diselesaikan. Nabila juga terkadang sibuk dengan jadwal les yang diberikan oleh Mamanya.

"Lalu bagaimana?" tanya Nabila yang melihat perubahan pada ekspresi Reva

Reva menggeleng pelan, "Gua belum tahu"

Tanpa keduanya sadari mereka telah sampai di depan kelas, obrolan mereka yang begitu seru membuat mereka tidak sadar jika sedari tadi ada orang di belakang mereka yang menguping pembicaraan tersebut.

Mereka berdua masuk kedalam kelas, terlihat dua orang wanita yang merupakan teman Angel sedang mengobrol seru. Melihat ada orang yang masuk ke dalam kelas membuat keduanya menoleh, Devi dan Kinan tersenyum melihat orang yang mereka tunggu telah datang. Mereka berdua berseru memanggil nama temannya tersebut agar segera bergabung.

"Angel!" panggil Devi dan Kinan bersamaan

Reva yang mendengarnya spontan menoleh ke belakang dilihatnya wajah cantik Angel yang hanya menatapnya datar, jantung Reva berdegup kencang terlebih lagi saat Angel berjalan kearahnya. Reva terdiam ditempat dia masih menatap Angel tanpa berkedip tepat saat jarak mereka hanya beberapa meter saja.

"Itu meja gua. Minggir!" ucap Angel datar

Reva melihat posisinya yang menghalangi meja milik Angel dengan gugup dia bergeser ke samping kiri agar Angel bisa duduk ditempatnya.

"Sorry" balas Reva, Angel hanya menatap Reva tidak peduli dia duduk di kursinya dan segera bergabung dengan teman-temannya.

Reva masih berdiri di tempatnya dia sadar jika Angel ada di belakangnya dan Nabila sejauh apa yang sudah dia dengar dan yang paling penting adalah apakah Angel mengingat mimpi semalam bersamanya.

Angel melepas earphone yang terpasang di telinganya, dia meminta Kinan untuk mengulangi ucapannya barusan karena terlalu keras volume yang didengarkan jadi Angel tidak terlalu jelas mendengarnya. Mengetahui jika Angel memakai earphone ditelinganya membuat Reva bernapas lega dia akhirnya kembali ke tempatnya menyusul Nabila yang sudah terlebih dahulu duduk.

"Tadi lo bilang apa?" tanya Angel kepada Kinan

"Ini loh gua dapat tiketnya untuk kita bertiga" ucap Kinan mengulangi kalimatnya dia juga menunjukkan e-tiket dari smarphonenya kepada Angel dan Devi

Devi bersorak senang, "Yeay! Akhirnya"

Angel tersenyum tipis melihat e-tiket tersebut dia melihat sekilas Reva yang sudah kembali ke kursinya dan kembali berbincang dengan sahabatnya

"Lo gak senang?" tanya Kinan yang melihat Angel tidak terlihat gembira padahal dari awal dia mencari-cari tiket tersebut bahkan sampai kena tipu giveaway bodong.

Angel tergagap namun dia masih bisa mengendalikan ekspresinya, "Gua senang kok, di kursi mana kita dapat?" tanya Angel pura-pura antusias dia melihat e-tiket yang ada di smartphone milik Kinan

"Bukan kursi VIP tetapi kita masih bisa melihatnya dengan jelas dan lo tenang aja salah satu kenalan gua jadi panitia di sana, kita bisa minta foto" jelas Kinan antusias

Devi terlihat sangat senang sedangkan Angel kembali hanya tersenyum tipis mendengarnya, tatapannya masih terfokus melihat ke arah Reva yang tertawa bersama teman-temannya.

***

Jae baru selesai melakukan sesi rekaman dia keluar dari ruangan menghampiri Produsernya, mereka sedikit berbincang tentang lagu yang baru saja dia nyanyikan.

"Sepertinya kita perlu mengulang bagian ini" ujar Produser kepada Jae, dia memberikan headphone agar Jae bisa mendengarkannya.

Jae mengangguk, "Baiklah, tapi aku izin ke toilet sebentar"

Produser mengangguk setuju, setelahnya dia kembali dengan aktivitasnya. Jae keluar ruangan menuju toilet yang tidak jauh dari tempat ruangan rekaman berada di dalam toilet terlihat sepi tidak ada orang lain, Jae masuk ke salah satu bilik yang berada di pojok toilet, selang beberapa saat ada beberapa orang masuk ke dalam toilet.

Jae bisa memperkirakan jika ada dua orang pria yang masuk ke dalam, mereka terdengar sedang membicarakan sesuatu tanpa sengaja Jae menguping pembicaraan mereka.

"Apa kamu mendengar rumor itu" ucap seorang pria dengan setelan kaus berwarna abu-abu

"Rumor apa?" tanya temannya, sembari mengeluarkan hajat keduanya mereka bergosip tentang hal yang terjadi

"Lagu yang di pakai oleh Jae bukankah itu curian" ucap pria berkaus abu-abu

"Apa maksudmu? Itu lagu yang dibuatnya sendiri" bela temannya

Pria berkaus abu-abu telah selesai dengan urusannya dia membenarkan celananya terlebih dahulu, "Ssstt.. yang kudengar lagu milik Hyun merupakan milik orang tua Jae tapi hak cipta berada di tangannya"

"Pantes saja Jae marah saat sajangnim memintanya memakai lagu tersebut" timpal temannya

"Apa ku bilang, ada sesuatu di antara mereka berdua"

Brakk

Pintu terbanting keras, kedua pria yang bergosip terkejut dan mereka lebih terkejut lagi saat orang yang keluar dari bilik toilet tersebut merupakan Jae orang yang sedang mereka bicarakan.

"Astaga!" ucap keduanya bersamaan

Kedua pria itu terkejut melihat Jae keluar dari balik pintu tersebut

"Jae? Ah kamu mengejutkanku" ujar pria berkaus abu-abu mencoba menutupi kecanggungannya.

Jae menatap datar kedua pria yang berada di depannya, dia berjalan menuju westafel tanpa memedulikan kedua orang tersebut tetapi tanpa mereka ketahui Jae sudah mengunci terlebih dahulu pintu kamar mandi. Kedua pria itu menuju ke westafel mereka berdua hanya terdiam tidak banyak bicara seperti barusan.

"Sudah berapa lama kalian bekerja di sini?" tanya Jae tiba-tiba

Pria berkaus abu-abu menjawab terlebih dahulu, "10 tahun"

"Saya 7 tahun" timpal teman pria abu-abu

Jae tersenyum miring, "Jika dihitung sejak aku debut dan menjadi trainee itu artinya aku sunbaenim kalian" Jae berbalik melihat kedua orang yang berada di sebelahnya

Jae memiringkan kepalanya sedikit, "Meskipun kalian terlihat lebih tua dariku"

Pria berkaus abu-abu tertawa mengejek, "Haha yang benar saja, tetap saja kamu harus menghormati yang lebih tua"

"Sepertinya bekerja lama di sini kalian tetap tidak tahu jika kalian bisa saja keluar dari sini begitu saja" sindir Jae, "bukankah contohnya sudah banyak"

Pria abu-abu menatap Jae tajam, "Apa ini kamu mengancamku?"

"Aniyo, justru aku berterima kasih" ujar Jae santai, "sekarang aku jadi tahu dari mana gosip-gosip itu berasal"

Jae berjalan mendekati kedua pria tersebut, "Jika media sampai tahu, aku cukup mencari kalian berdua saja"

Setelah mengucapkan itu Jae berbalik dia membuka pintu namun baru sampai depan pintu Jae berkata kembali membuat kedua pria tersebut menjadi khawatir

"Kalian tahu resikonya jika media sampai tahu" peringat Jae kepada kedua pria yang berada di belakangnya.

Jae kembali ke ruang rekaman di sana dia melihat Hyun yang sedang duduk mendengarkan musik dengan headphonenya, produser yang sadar jika Jae telah kembali segera menghampirinya

"Kenapa dia ada di sini?" tanya Jae tak suka

Produser Kim Sa Rang menoleh ke arah Hyun, "Dia ingin menyaksikannya"

"Apalagi sekarang, keinginannya banyak sekali" sindir Jae

Kim Sa Rang mendekatkan jari telunjuk ke bibirnya memperingati agar Jae tidak terlalu keras mengucapkannya.

"Jangan seperti itu" larang produser Kim Sa Rang

Jae hendak membantah namun suara serak itu terlebih dahulu menyela ucapannya.

"Jika dia tidak suka aku akan keluar" ujar Hyun tiba-tiba dia berdiri memberi hormat kepada produser Kim Sa Rang lalu melihat sekilas ke arah Jae yang dibalas dengan tatapan sinis

Hyun berjalan ke arah pintu keluar sedangkan Jae kembali masuk ke dalam ruang rekaman dia bisa melihat kepergian Hyun melalui jendela besar dari ruangan tersebut.

***

[ ON ]

Reva kembali berada di dalam ruangan gelap di mana tidak ada apa pun selain pintu dengan ukuran normal di depannya, Reva berjalan mendekati pintu tersebut dia meraih handle pintu dan membukanya. Pintu terbuka menampilkan sebuah pemandangan yang sangat indah sama seperti yang dia rencanakan.

Air mengalir dari mata air terasa sangat menyejukkan, burung-burung berkicau bagaikan alunan melodi yang indah, Reva berjalan mendekati mata air dia melihat aliran air yang tenang mengalir mengikuti arus. Reva menjentikkan jarinya mulutnya berucap, seketika semua menjadi hening tidak ada suara burung yang berkicau atau pun aliran air yang jatuh

Reva berbalik melihat sekelilingnya, semua yang berada di sana terdiam bagaikan seperti patung. Reva mengangkat tangannya dia hendak menjentikkan tangannya kembali namun sebuah suara terdengar tidak jauh dari tempatnya.

Krak..krak

Suara ranting terinjak menyadarkan Reva jika ada sesuatu yang tidak terpengaruh oleh kekuatannya, Reva menghampiri sumber suara dari balik semak-semak Reva mengamati seseorang dia berjalan mengendap-endap mendekati orang tersebut. Reva mengepal tangan kanannya dia membayangkan sebuah senjata yang bisa dia gunakan.

Plop..

Senjata tersebut muncul seketika di tangan Reva dengan erat Reva mengenggam senjata tersebut, jaraknya dengan orang asing di dalam lucid dream miliknya sangat dekat Reva memikirkan strategi apa yang harus dilakukannya, haruskah dia langsung menyergapnya dari belakang atau seperti wanita polos yang bertanya tapi Reva tidak tahu siapa orang tersebut dan Reva tidak mau terjebak lagi dalam mimpi kenangan seseorang.

Akhirnya Reva memilih untuk menyergapnya langsung dia sudah mengambil kuda-kuda siap menyerang orang asing tersebut, saat hendak menyerang orang asing itu justru berbalik melihat Reva dengan senjata yang dipegangnya.

"Jae?!" ujar Reva saat mengenali orang asing tersebut yang merupakan idol favoritnya

[ OFF ]

**Note :

¹ Lompatan gelombang otak adalah fase di mana seseorang berada di antara terjaga dan tidur. Fase ini juga disebut sebagai keadaaan Hypnagogic, hal tersebut dapat terjadi karena faktor stres, lelah, kurang tidur atau terlalu banyak mengonsumsi kafein.

² Pada saat tidur tidak semua wilayah otak tertidur pada saat yang bersamaan, ada daerah otak yang tidur paling terakhir dinamakan Hippocampus. Hippocampus adalah bagian dari sistem limbik berperan untuk mengingat (memori) dan navigasi ruangan, karena tidur paling akhir bisa jadi hippocampus menjadi yang paling akhir bangun itu sebabnya kita tidak begitu mengingat mimpi yang terjadi secara detail.**

Sumber : healthdetik.com, Kompas.com