[ Jae berlari dalam sebuah kegelapan dia terus berlari namun seakan tanpa ujung jalan yang dilaluinya begitu panjang dan gelap, sejenak Jae berhenti dia memperhatikan sekelilingnya mencari seseorang yang biasa datang dalam mimpinya namun Jae tidak bisa menemukan orang tersebut. Jae berlari kembali kali ini dia melihat sebuah cahaya dari kejauhan, merasa jika memiliki harapan Jae mempercepat larinya agar bisa mencapai cahaya tersebut.
Namun makin dia berlari cahaya itu makin redup dan hilang, Jae berhenti dia memejamkan matanya kuat-kuat telinganya menangkap sebuah suara yang dia kenali dengan cepat Jae membuka matanya sebuah cahaya terang menyorot retinanya.
TEEETTTTT
Suara klakson terdengar nyaring perlahan Jae melihat cahaya tersebut yang bersumber dari truck yang akan mendekat kearahnya, Jae menghindar dengan cepat sebelum truck tersebut menabrak dirinya jantungnya berdegup dengan cepat napasnya tidak beraturan Jae sangat terkejut melihatnya.
Butuh beberapa detik bagi Jae untuk menormalkan kondisinya kembali, setelahnya Jae melihat sekelilingnya telah berubah dari ruangan gelap yang tanpa ujung menjadi jalanan kota yang sangat dia kenali, saat ini dirinya sekarang berada disebuah persimpangan traffic light entah bagaimana dia bisa sampai di sini.
Jae masih mencerna lingkungannya tidak sengaja matanya menangkap sebuah mobil sedan hitam yang sedang melintas dia mengenali mobil tersebut, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya seakan tahu apa yang akan terjadi Jae berjalan mendekati mobil sedan tersebut yang sedang berhenti dipersimpangan jalan. Tidak lama seseorang keluar dari dalam mobil, seorang pemuda dengan seragam sekolahnya dia terlihat kesal oleh sesuatu ditutupnya pintu mobil dengan kencang.
Selang beberapa detik seorang pria paruh baya turun dari mobil yang sama pria tersebut menyusul pemuda itu, mereka terlibat perdebatan yang sengit. Jae hanya memperhatikan jarak di antara dia dan kedua orang itu hanya beberapa meter saja. Tidak lama lampu traffic light berubah menjadi hijau membuat pengendara bersiap untuk pergi menuju tujuan mereka masing-masing.
Suara klakson terdengar nyaring dikarenakan mobil sedan hitam milik pria paruh baya tadi tidak berjalan, pria tersebut segera menarik pemuda itu menuju mobil, dia memintanya agar pemuda itu masuk, setelah berada di dalam pria paruh baya bersiap menyalakan mobil namun siapa sangka jika pemuda itu justru keluar kembali dari mobil dan melakukan sesuatu yang tidak patut untuk ditiru.
Pemuda itu berlari menyeberang jalan dengan sembarangan membuat beberapa mobil harus membunyikan klakson karena terkejut, namun tanpa dia sadari sebuah truck melaju kencang kearahnya tanpa sempat untuk menghindar, Jae yang melihatnya berteriak
"AWASS!" ]
Jae terbangun dari tidurnya napasnya tidak beraturan dan tubuhnya berkeringat meski suhu malam ini sedang berada di titik terendah, dia menyalakan lampu kamarnya matanya melihat jam di atas nakas pukul 23.35 hampir tengah malam.
"Hanya mimpi" gumam Jae saat memastikan jika semuanya baik-baik saja
Dreet..dreet..
Smartphonenya bergetar sebuah notif muncul dilayar, Jae melihat sekilas notifikasi tersebut dia menghembuskan napas ekspresi wajahnya terlihat muram.
[ Death day ]
***
Reva berada di meja makan bersama dengan Ibu dan Ayahnya, mereka tengah menikmati makan malam bersama sesekali mereka mengobrol tentang berbagai hal yang terjadi pada hari ini.
"Bagaimana dengan sekolah?" tanya Ayah disela-sela makan
Reva yang hendak menyuap nasi menghentikan aktivitasnya dia melihat ke arah Ayahnya, seakan Ayahnya tahu jika ada yang tidak beres dengannya hari ini.
[ Kenapa Ayah bertanya seperti itu? Apa aku terlihat terlalu jelas ]
"Seperti biasa" jawab Reva tersenyum palsu yang dia buat senormal mungkin
Ayah hanya mengangguk mendengar jawaban dari anak semata wayangnya tersebut.
"Oh iya Yah, udah dengar anaknya Bu Ratih dia hamil" ujar Ibu mengalihkan topik pembicaraan yang membuat Reva bernapas lega
Ayah menoleh ke arah Ibu dengan ekspresi yang sedikit kaget, "Oh ya? Memangnya kapan Bu Ratih nikahin anaknya?"
"Ish sih Ayah" ucap Ibu dia menelan makanan yang berada di mulutnya sebelum melanjutkan kalimatnya, "Anaknya Bu Ratih sebaya sama Reva, eh malah lebih muda dari Reva"
"Oh dia-" Ayah tidak melanjutkan kalimatnya tetapi matanya memberikan isyarat kepada Ibu
Ibu mengangguk, "Iya, Ibu-Ibu heboh pada gak nyangka anaknya Bu Ratih kan pendiam banget"
Reva hanya sebagai pendengar yang baik di meja makan malam ini sedangkan Ayah beberapa kali ikut menimpali cerita yang Ibu tuturkan.
Beberapa menit kemudian acara makan malam pun selesai, Reva membantu Ibu membereskan meja makan dan tidak lupa dia mencuci piring dan gelas kotor, setelah tugasnya selesai Reva pamit kepada kedua orangtuanya untuk ke kamar sedangkan orang tua Reva lanjut mengobrol atau mengomentari apa saja yang mereka lihat di acara TV.
Reva masuk ke dalam kamarnya dia segera duduk di meja belajarnya dan membuka notebook hitam miliknya, di dalam notebook itulah berisi cerita mimpi yang dia buat untuk mimpinya, terkadang Reva membuat akhir cerita yang indah namun tak jarang dia juga membuat akhir cerita yang menyedihkan. Semua itu dia lakukan di dalam mimpi.
Reva menulis cerita yang ingin dia lakukan di dalam mimpinya malam ini, dia mengambil bolpoin khusus, sebelumnya Reva sudah menulis mock up dari ceritanya sekarang Reva hanya perlu mengeditnya sedikit.
Dreettt..dreettt
Smartphonenya berbunyi ada notifikasi chat dari Nabila, Reva membuka notifikasi tersebut membaca isi dari chat tersebut membuat Reva tersenyum tipis
[ Bestai Nabila :
Lo bakal bilang ke guru besok? ]
Reva tidak langsung menjawab pesan tersebut dia sedang berpikir haruskah dia melaporkannya ke guru atau tidak, tetapi setiap keputusan yang akan dia ambil sama-sama memiliki resiko yang tidaklah baik. Setelah cukup lama memikirkan jawabannya akhirnya Reva membalas pesan tersebut, setelah membalasnya Reva kembali dengan notebook miliknya. Dia serius menulis setiap kejadian yang terjadi di dalam mimpi
Butuh sekitar 30 menit baginya untuk menyelesaikan cerita mimpinya tersebut. Reva meregangkan tubuhnya agar tidak keram, dia melihat jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul 21:35 malam Reva bangkit dari kursinya dia bergegas ke kamar mandi untuk menggosok giginya dan lainnya sebelum tidur, setelah dirasa cukup Reva mematikan lampu dan tidak lupa mengambil notebooknya.
Reva membuka lembaran dalam notebook tersebut, notebooknya menyala lebih tepatnya tulisan di dalam notebook tersebut menyala dalam gelap. Reva menggunakan tinta khusus untuk menulis di dalam notebooknya tersebut, tinta tersebut akan menghilang dalam hitungan menit dan kembali menyala saat keadaan dalam gelap. Reva sengaja menggunakan tinta tersebut agar orangtuanya tidak mengetahuinya, itu sebabnya Ibu Reva hanya tahu jika buku tersebut kosong.
Reva membaca kembali cerita yang dibuatnya setelah membaca dan mengingat semua Reva bersiap untuk melakukan lucid dream yang kesekian kalinya. Dia mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, dia melakukan itu selama 3 kali, setelahnya Reva mengatakan dalam hatinya jika dia ingin melakukan lucid dream, Reva juga mengambil satu kata benda yang akan dia jadikan patokan sebagai lucid dream miliknya
"Jam.. jam.. jam.. saat kamu tidak bisa menemukannya atau saat kamu melihatnya dan jarumnya tidak bergerak itu adalah mimpi" gumam Reva kepada dirinya sendiri
Reva mengucapkan kalimat tersebut beberapa kali berulang-ulang sembari memejamkan mata dengan niat yang sangat kuat. Tidak lama kemudian ±15 menit Reva tertidur dan tidak lama dia sudah berada di dalam tahapan REM**.
***
Di rumah Nabila tampak gelisah dia memikirkan kejadian tadi siang saat di sekolah sahabatnya dipermalukan di depan matanya sendiri oleh genk Angel, Nabila ingin membantu namun Reva sudah memberi isyarat terlebih dahulu agar tidak ikut campur, beruntungnya Angel tidak melakukan hal yang lainnya.
Flashback
"MAAF! LO PIKIR BISA SELESAI DENGAN MAAF"
Angel melihat sekeliling matanya tertuju kepada sebuah botol yang berada di dalam kolong meja salah satu siswa, Angel berdiri dia mengambil botol minuman tersebut yang masih berisi setengah air di dalamnya. Setelahnya Angel kembali kehadapan Reva yang masih menunduk tidak menatapnya, tanpa aba-aba Angel secara tiba-tiba menuangkan air dari botol tersebut ke kepala Reva.
Nabila baru saja dari ruang guru dilihatnya teman-teman yang lain berlari dan berkerumun ke salah satu tempat, Nabila mengikuti yang lain melihat apa yang membuat temannya tertarik. Tidak jauh dari tempatnya berdiri dilihatnya Angel sedang berteriak marah kepada seseorang.
Nabila hanya melihatnya jengah namun saat tahu jika orang yang tengah dibullynya kali ini adalah Reva sahabatnya sendiri dia menyelinap di antara kerumunan siswa yang hanya menyaksikan pertunjukkan tersebut seakan itu adalah sesuatu yang menarik bagi mereka. Nabila hendak menghampiri Reva namun dari jauh Reva sudah memberikan isyarat agar Nabila tetap di tempatnya dan tidak ikut campur.
"Ini akibatnya udah bikin seragam gua kotor!" cibir Angel tersenyum sinis kepada Reva.
Setelah melakukan hal tidak terpuji itu Angel dan gengnya pergi dari hadapan Reva, momen tersebut Nabila gunakan untuk menghampiri sahabatnya, di pakaikan jaket milik Nabila ke tubuh Reva yang basah
"Kamu gak apa-apa?" tanya Nabila mengkhawatirkannya. Reva hanya tersenyum kecil kepada sahabatnya.
Nabila mengajak Reva ke toilet untuk mengeringkan rambut dan seragamnya setidaknya membuat rambut dan seragamnya tidak terlihat berantakan.
"Maaf" sesal Nabila karena tidak bisa membantu sahabatnya tersebut
Reva tersenyum tipis, "Angel yang salah, kenapa lo yang minta maaf"
Nabila menunduk tidak berani menatap mata sahabatnya itu dia fokus merapikan rambut Reva.
"Hei, ini buka salah lo. Jangan minta maaf, oke?" ucap Reva tersenyum tulus kepada Nabila. Melihat senyuman Reva membuat Nabila sedikit lega
Flashback off
Setelah berdebat dengan batinnya akhirnya Nabila mengirimkan pesan kepada sahabatnya itu, dia berharap Reva akan memberi tahu kejadian barusan kepada guru agar Angel tidak berbuat semena-mena kepada yang lain lagi. Lagi pula banyak siswa yang sudah mulai bosan dengan tingkah Angel yang semaunya sendiri.
Nabila menunggu pesan balasan dari Reva, cukup lama sekitar 15 menit kemudian Reva baru membalas pesannya. Nabila membuka smartphonenya namun belum juga dibaca pesan dari Reva, Mamanya memanggil Nabila terlebih dahulu. Nabila meletakkan kembali smartphonenya di atas kasur dengan segera dia menuju ke tempat di mana suara Mamanya memanggil.
"Iya Ma, ada apa?" tanya Nabila sesampainya dia di depan Mamanya
Mama tersenyum, "lihat ini"
Mama Nabila menunjukkan beberapa selembaran dan sebuah formulir kepadanya, Nabila yang melihatnya hanya mengernyit tidak mengerti
"Ini apa?" tanya Nabila
"Les, sebentar lagi kamu mau kuliah jadi Mama pikir kamu harus mempersiapkannya dari sekarang" ujar Mama, "pilihlah tempat mana yang kamu suka"
Mama mengambil selembaran tersebut dan menjejerkannya di atas meja, "Mama udah menyeleksi semuanya dan ini adalah yang terbaik"
Nabila hanya melihat Mamanya yang sibuk menjelaskan isi selembaran tersebut satu-per satu tanpa ada niatan untuk mendengarkan penjelasan tersebut.
"Nabila udah banyak les yang harus diikuti" jawab Nabila datar
"Tetapi ini sangat bagus untuk menambah pengalaman di riwayat non-pendidikan kamu nanti" jelas Mama tanpa melihat Nabila, Mama masih asyik melihat-lihat brosur tersebut yang sudah dia seleksi katanya.
Nabila menghembuskan napas pasrah, "Terserah Mama aja". Setelah mengatakan itu Nabila pergi dari hadapan Mamanya kembali masuk ke dalam kamar
"Kamu yakin terserah Mama?" teriak Mama saat anaknya tersebut pergi meninggalkan dirinya sendiri di ruang keluarga.
Nabila melambaikan tangan ke arah Mama tanpa berbalik, seiring dengan lambaian tangannya Nabila pun menghilang dari balik pintu.
"Oke, Mama bakalan pilih yang terbaik" teriak Mama lagi setelah tidak melihat punggung anaknya.
Di kamar Nabila langsung berbaring di atas kasur, matanya melihat langit-langit kamarnya berhiaskan stiker bintang kecil yang tertempel di sana terlihat indah terlebih lagi saat dia mematikan lampu kamarnya, bintang tersebut seakan bersinar dan memberi tahu dirinya bahwa semuanya akan membaik. Nabila memejamkan matanya tidak berniat tidur namun beberapa menit kemudian suara dengkuran kecil terdengar darinya. Nabila tertidur.
***
[ ON ]
Reva berada di ruangan gelap namun anehnya Reva seakan dapat melihat dengan jelas sekelilingnya, dilihatnya sekitar tidak ada apa pun hanya ada sebuah pintu berukuran normal di depannya seperti ada yang menuntutnya Reva tanpa ragu membuka pintu tersebut.
Krek..
Pintu terbuka ruangan yang sebelumnya gelap kini berubah 180 derajat, Reva dapat melihat cahaya masuk ke dalam retina matanya. Dilihatnya sekitar siswa-siswi dengan seragam sekolah yang Reva kenali, meja, kursi, Papan tulis, dan dinding-dinding yang berhiaskan tulisan mata pelajaran dan jadwal piket sekolah. Reva bisa menebak dirinya berada di kelasnya tercinta saat ini.
Sebuah air mengenai rambut dan seragam Reva, seseorang mengguyurnya dengan sebotol air mineral padahal hari ini dia tidak sedang berulang tahun. Reva terkejut saat air tersebut tiba-tiba mengenai kepalanya, dilihatnya pelaku yang telah berbuat seperti itu kepada dirinya
"Ini akibatnya udah bikin seragam gua kotor!" cibir Angel tersenyum sinis kepada Reva.
Angel pelakunya, di tatapnya sorot mata sombong yang selalu semena-mena tersebut. Angel menatap kembali namun hanya beberapa detik setelahnya Angel dan genknya pergi dari hadapannya. Reva menunduk tangannya terkepal dia memejamkan matanya saat dibukanya kembali dilihatnya sebuah jam di pergelangan tangannya jarum di jam tersebut tidak bergerak, dilihatnya lurus ke arah papan tulis jarum jam di kelaspun sama tidak bergerak, saat itu Reva sadar jika ini hanyalah mimpi.
"Ini hanya mimpi" gumam Reva
Mendengar gumaman yang diucapkan Angel berbalik, "Lo bilang apa?"
Reva mengangkat kepalanya menatap Angel tajam, "Ini mimpi!"
"Hah?"
"GUA BILANG INI DALAM MIMPI DAN INI MIMPI GUA!" teriak Reva seketika semua yang berada di sana berhenti. Waktu terhenti saat Reva sudah menyadari apa yang terjadi, Reva mengambil kursi yang berada tidak jauh darinya dia memperhatikan Angel dan orang-orang yang berada di sana bagaikan seperti patung tidak bergerak sama sekali.
"Hm.. kita mulai dari mana ya?" tanya Reva seorang diri tangan kanannya mengusap dagu seakan sedang memilih sesuatu
"Lebih bagus dari awal atau langsung saja?" tanya Reva lagi pada dirinya sendiri
Setelahnya Reva berdiri tangannya terangkat seakan ada sebuah lampu di sana, "Ah aku tahu, tetapi sebelum itu-"
Reva melihat seragamnya basah dia menjentikkan jari, "Kering!". Seragamnya seketika kering seperti awal lagi, Reva menjentikkan jari lagi sebuah minuman dingin yang segar muncul dihadapannya
"Ah segarnya!" desahnya saat air mengenai kerongkongannya
Reva meletakkan minuman tersebut secara ajaib minuman tersebut menghilang entah ke mana, dia juga melihat ke arah kursi yang sebelumnya diduduki seakan mengerti kursi tersebut bergeser dan kembali ke tempatnya.
"Oke kembali ke saat lo numpahin air ke gua" ujar Reva seraya dia menjentikkan jari waktu seolah mundur beberapa menit ke belakang
"Mulai" ucap Reva dengan suara datar dan tatapan mata tajam menatap Angel
Adegan mengulang saat Angel mengambil botol minum dan hendak menuangkan isinya kepada Reva, jika sebelumnya Reva menerima hal tersebut dengan pasrah namun berbeda kali ini Reva menahan tangan Angel dengan senyuman sinis Reva mendorong tangan tersebut yang membuat isi di dalamnya terciprat ke arah wajah dan juga mengenai seragam Angel.
Angel yang terkejut hanya berteriak, "OH MY GOD!" beberapa siswa yang melihat kejadian tersebut berseru tertahan bahkan ada dari mereka yang menahan tawa.
"Ups sorry tangan gua licin, gua harap lo bawa seragam ganti" ujar Reva kepada Angel dengan santai
Angel yang mendengar hal tersebut tidak terima, dia hendak membalas perbuatan Reva kepadanya. Angel melayangkan tangannya ke arah wajah Reva, namun Reva yang sudah bisa menebak hal itu dengan cepat menahan tangan Angel, Reva memilin tangan tersebut ke belakang
"Lo masih belum ngerti, di sini gua yang berkuasa" bisik Reva
Angel mencoba melepaskan cengkeraman tangan Reva dari tangannya, "Apa-apaan ini? Lo gak tahu siapa gua?"
Reva mendengus kasar, "Argt.. ini minusnya di dalam mimpi. Seharusnya mereka tidak melupakan yang terjadi di dalam mimpi"
Angel masih berusaha melepaskan dirinya namun Reva melepaskan pegangan tangannya dan mendorong tubuh Angel menjauh
"Fine! Gua bakal tunjukkin siapa yang berkuasa di sini" tantang Reva kepada Angel.
***
Deburan ombak terdengar mengalun ditemani suara kicau burung dari kejauhan angin laut meniup anak rambutnya membuatnya menari mengikuti irama, dilihatnya dari jauh seorang pemuda tengah bermain di pantai. Sesekali dia menyeburkan diri saat ombak mendekatinya.
Pemuda itu berbalik melihat ke arahnya, tangan pemuda itu melambai mengajak agar seseorang yang hanya memperhatikan dari jauh itu ikut bermain bersamanya. Nabila melihat sekelilingnya tidak ada siapa pun selain dia, siapa yang diajak oleh pemuda tersebut.
"Dek, ayo!" ajak pemuda tersebut tangannya melambai mengajak adik perempuannya.
Nabila menyipitkan matanya dia memperhatikan dengan teliti wajah pemuda yang seakan buram namun mendengar suaranya barusan Nabila tidak mungkin salah mengenali pemuda tersebut adalah Kakaknya.
Nabila berlari menuju ke arah pemuda tersebut, dia berlari dengan sangat cepat sebisanya namun entah kenapa makin cepat dia berlari justru yang terjadi gerakannya berubah menjadi melambat. Nabila berlari sekuat tenaga saat melihat ombak besar hendak menghampiri Kakaknya
"KAK!" teriak Nabila memanggil Kakaknya yang hanya tersenyum di tempatnya berdiri
Beberapa detik kemudian semua yang dilihat oleh Nabila berubah gelap namun anehnya Nabila seakan masih bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekitarnya. Dilihatnya sebuah pintu berukuran normal yang berada di hadapannya, pintu terbuka memunculkan wajah Kakaknya dari sana.
"Kak?" panggil Nabila
Kakak Nabila tersenyum melihat adiknya itu, "Ayo!" ajaknya kemudian
Pintu tertutup, tanpa pikir panjang Nabila mengikuti Kakaknya masuk melewati pintu yang tidak tahu akan menuju ke mana. Seberkas cahaya masuk mengenai retina matanya, Nabila memejamkan mata dia mengangkat tangannya mencoba menghalangi cahaya yang masuk.
Saat matanya sudah bisa beradaptasi dengan cahaya tersebut terlihat pemandangan yang tidak asing bagi Nabila, dia ada dirumahnya.
"Dek!"
Sebuah suara menyadarkan Nabila, dia melihat ke arah suara tersebut, terlihat Kakaknya tengah duduk di meja makan bukan hanya Kakaknya, Mama dan Papa juga ada di sana tengah melihat ke arahnya.
"Apa?" Nabila terlihat bingung melihat pemandangan kali ini
Kakak berdiri, "Mau sampai kapan kamu pegangin piringnya?"
Nabila melihat ke arah piring yang dipegangnya, terlihat beberapa potong ayam goreng ada di atas piring tersebut. Kakak mengambil piring dari tangan Nabila dia meletakkan piring tersebut di atas meja makan.
"Duduk!" pinta Kakak kepada Nabila
Perlahan Nabila duduk di bangku yang biasa dia pakai, "Ini terlihat nyata"
Mendengar ucapan Nabila semua orang yang berada di sana menoleh ke arahnya, beberapa detik kemudian mereka semua tertawa.
"Sepertinya Nabila kebanyakan makan ayam goreng" goda Kakak membuat yang lain ikut tertawa lagi.
Nabila menoleh ke arah Kakaknya dia menangis, melihat adik semata wayangnya menangis membuat Kakaknya berubah menjadi panik
"Hei kenapa nangis? Kakak cuman bercanda" sesal Kakak melihat adiknya yang menangis, Kakak mengusap air mata yang jatuh di pipi adiknya tersebut
Nabila dengan cepat menangkap tangan Kakaknya dia memegang tangan tersebut dengan erat, "Ini nyata!"
"Tentu saja, kamu pikir ini mimpi" balas Kakak tersenyum ke arah Nabila dia mengacak-acak puncak rambut adiknya tersebut. Mendengar balasan tersebut membuat Nabila makin menangis sejadi-jadinya
"Ini benar-benar nyata.. ini nyata.." gumam Nabila mengulangi kalimat yang sama berkali-kali.
***
Angel habis-habisan melawan Reva pada akhirnya dia tersungkur ke lantai, Reva berjalan pelan mendekatinya sedangkan Angel mencoba bangkit namun dia sudah sangat lelah. Reva tepat berada di hadapan Angel yang sedang berjongkok dia merapatkan kedua tangannya memohon ampunan.
"M-maaf" ujar Angel.
Reva tersenyum sinis, "Maaf? Lo pikir semudah itu"
Angel mengangkat kepalanya melihat Reva, kalimat yang barusan keluar dari mulut Reva seperti sebuah pengulangan dari kalimatnya. Reva mengangkat tangannya tinggi-tinggi, seakan tahu jika Reva akan menampar wajahnya Angel memejamkan kedua matanya.
Reva ingin sekali menampar wajah gadis di depannya ini namun Reva sadar ini hanyalah mimpi yang dia buat, sebesar apa pun balas dendamnya Angel tidak akan mengingatnya jangankan mengingat dia bahkan tidak akan mengetahui hal ini, meskipun begitu Reva tidak bisa melakukan aksinya.
Reva menurunkan tangannya, meskipun ini hanya mimpi dan tidak akan mengubah apa pun Reva tetap tidak bisa melakukan hal tersebut. Angel yang memejamkan matanya cukup lama perlahan membuka matanya karena tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Di tatapnya mata Reva saat Angel membuka matanya dengan sempurna, Reva memalingkan wajahnya dia bangkit berdiri.
"Rev-" ujar Angel menyerukan nama Reva pelan
"Jangan senang dulu, apa bedanya gua sama lo kalau gua ngelakuin itu" sahut Reva, "lagipula ini hanya mimpi"
Reva mendengus pelan, "Seandainya saja gua bisa lebih berani, gua gak perlu mimpiin ini"
Reva berjongkok kembali dia berbisik ke Angel, "Meski ini mimpi, saat lo bangun gua harap lo gak lupain ini"
Setelah kalimat tersebut terucap secara mendadak perubahan terjadi di sana, jam di pergelangan tangan Reva berjalan bahkan jam di dalam kelaspun berfungsi seperti biasanya. Reva panik dia melihat sekelilingnya siswa-siswa yang seharusnya ada di sana tidak terlihat mereka berjalan ke segala arah.
"Berhenti!" perintah Reva namun tidak ada yang meresponnya
Reva bingung, dia melihat jam di pergelangan tangannya kembali, "Ini hanya mimpi"
Tiktoktiktok
Suara jam kuno terdengar ditelinga Reva, dia bangkit mencari sumber suara masalahnya ini sama sekali tidak ada di dalam cerita yang dia buat. Angel yang berada di depan Reva ikut berdiri dia berlari pergi meninggalkan Reva yang masih belum memperhatikannya.
Saat Reva masih bingung dengan yang terjadi di sini, dilihatnya Angel yang lari meninggalkannya, Reva mengikuti Angel dia tidak tahu lagi harus berbuat apa hanya ada Angel yang terlihat didepannya itu sebabnya Reva mengikutinya. Angel berhenti disebuah pintu berwarna biru muda, dia membuka kenop pintu di belakang Reva menunggu apa yang ada dibalik pintu tersebut.
Angel masuk kedalam pintu biru muda itu diikuti oleh Reva, dari balik pintu terlihat sebuah ruangan seperti kamar ada kasur, meja belajar, lemari dan lainnya. Di atas meja Reva bisa melihat sebuah pigura dia mencoba mendekat.
"Jangan mendekat" larang Angel
Reva berhenti dia tidak tahu jika Angel sadar dirinya mengikuti Angel sedari tadi.
"Ini di mana?" tanya Reva akhirnya
Angel tidak menjawab pertanyaan Reva dia hanya menatap lurus kedepan, ada sebuah pintu lagi Angel mendekati pintu tersebut dia hendak membuka kenop pintu
"Apa ini masih di dalam mimpi?" tanya Angel sebelum dia membuka pintu didepannya
Reva terdiam, seperti membalas Angel yang tidak menjawab pertanyaannya dia gantian tidak menjawabnya, namun bukan karena Reva tidak ingin menjawabnya melainkan karena dia tidak tahu harus menjawab apa. Jika ini mimpi seharusnya Angel dan lainnya berada di bawah kuasanya namun sekarang dia bahkan tidak bisa mengendalikan semuanya, seakan mereka berjalan dengan sesukanya.
Angel membuka pintu biru itu meskipun dia terlihat ragu, pintu terbuka memperlihatkan ruangan yang lain namun lebih besar dibanding sebelumnya di dalam ruangan terlihat seorang gadis kecil yang sedang menangis dipojok lemari besar tempat menyimpan banyak penghargaan. Reva melihat gadis itu namun dia tidak dapat melihat wajahnya, Reva hanya menebak jika gadis itu mungkin adalah Angel atau saudaranya.
Angel melihat gadis itu dengan tatapan yang sedih, dia berjalan mendekat ke arah gadis itu. Angel hendak menepuk pundak gadis yang masih menunduk menangis tersebut namun belum sempat tersentuh olehnya sebuah suara dari luar terdengar.
Angel menoleh ke arah Reva yang berada dibelakangnya, "Bangunkan aku. Cepat!"
Belum mengerti apa maksud dari perintah Angel suara yang terdengar tersebut masuk kedalam ruangan ini. Dua orang yang masuk kedalam Reva bisa memperkirakan jika yang masuk adalah sepasang wanita dan pria.
Wanita tersebut melihat kearah gadis yang sebelumnya menangis, ditatapnya dengan wajah datar.
"Tetap di sini bersama Papa" ucap wanita itu lalu pergi dari hadapan gadis tersebut dengan acuh tak acuh.
Gadis tersebut menoleh kearah Papanya meminta sebuah penjelasan namun Papa gadis tersebut hanya diam dan ikut pergi meninggalkan dia seorang diri di dalam ruangan besar yang sepi. Gadis tersebut menangis kembali seorang diri di dalam ruangan tersebut, tanpa sengaja Angel juga ikut menangis melihatnya.
Reva sepertinya paham apa yang sedang terjadi di sini dan mengapa Angel memintanya untuk bangun, mungkin ini adalah peristiwa masalalu Angel yang tidak ingin dia lihat kembali. Reva lalu tersadar jika ini adalah peristiwa masalalu Angel itu artinya dia berada di dalam mimpi Angel, bagaimana dia bisa berada di sana dan bagaimana dia akan kembali karena ini pertama kalinya bagi Reva.
[ OFF ]
**Note :
Rapid Eye Movement atau biasa dikenal dengan REM merupakan tahapan di mana mata akan bergerak dengan cepat dari sisi ke sisi di saat mata tertutup. Napas menjadi lebih meningkat dan tak teratur, nadi dan tekanan darah meningkat mendekati level sadar. Pada tahap ini bisa muncul MIMPI saat otak menjadi lebih aktif.
Sumber : itjen.kemdikbud.go.id**