"Dan ini. Kamu pasti tahu Yudha sedang melakukan apa."
Entah bagaimana menjelaskan betapa kagetnya Aisha, tubuhnya merasa pukulan palu menghantam dada ribuan kali, kala dirinya mengetahui alasan kepergian Yudha ke luar kota adalah fitting baju pengantin yang akan dia kenakan saat menikahi Sarah.
Aisha berusaha menguatkan hati, ia menarik nafas perlahan, agar keberaniannya tidak hilang. Dengan tubuh yang seakan tumbang Aisha mendekati Sarah dengan yakin.
"Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, Sarah. Silahkan saja kamu berjuang untuk mengambilnya dariku, aku tidak peduli. Dia adalah suamiku, dan aku lebih berkuasa atas dirinya," bantah Aisha. Sungguh kalimat itu tidak sengaja ia ucapkan, kini dirinya sangat cemas kala mengetahui kelakuan suaminya yang sudah bertindak sangat jauh.
Gemuruh tidak jelas kini menguasai dadanya, otaknya dipenuhi tanda tanya sedangkan hatinya sarat rasa benci yang semakin mengental. 'Apakah mas Yudha tega menduakanku?'
'Apakah satu ketakutanku sekarang menjadi kenyataan? Apa benar kepergian mas Yudha ke luar kota hanya untuk itu?' Sangat sulit untuk ia tepis setelah melihat banyaknya bukti yang yang Sarah perlihatkan kepadanya.
"Wah, terima kasih loh. Tapi aku akan sangat bersyukur jika kamu sadar diri, Aisha. Dan sebagai gantinya, apa yang kamu inginkan?" tanya Sarah dengan suara yang seakan penuh ancaman.
Aisha memilih bungkam, dia yakin kalau Sarah tahu apa yang Aisha inginkan. Aisha hanya menunggu Sarah sadar akan jawaban yang akan dia berikan.
"Aku bisa saja memberikan apa yang kamu mau, tapi untuk Yudha. Mari kita bertarung merebut hatinya, dan akan aku pastikan, kamu akan terluka semakin parah melebihi luka yang sebelumnya," ancam Sarah.
"Apa kamu tidak malu, Sarah? Saat ini, kamu tidak lebih dari seorang perempuan murahan yang tidak punya harga diri."
PLAKK
Aisha meraih wajahnya dengan tangan bergetar. Mulutnya terkatup sempurna, kini emosinya tidak dapat lagi untuk dirinya bendung lebih lama. Membiarkan orang yang semena-mena menghina dan menghancurkannya membuat Aisha merasa bodoh, dan kini dia tidak akan lagi melakukan hal yang sama.
"Berani-beraninya kamu menamparku, Sarah." Aisha menatap Sarah dengan tajam, tatapannya berkilat penuh amarah. Namun, Sarah tetap bersikap santai, baginya emosi Aisha tidak bisa menakuti egonya untuk merebut Yudha.
"Kamu akan membayarnya! Dan iya. Kini aku akan mengikuti cara mainmu, tunggu tanggal mainnya!" Aisha menajamkan tatapannya, kemudian pergi maninggalkan Sarah mematung di tempat.
Aisha memutar balik kendaraannya, dia mengurungakan niat untuk membeli keperluan kue, dia tidak ingin repot-repot mengotori tangannya hanya untuk menyambut pria yang sudah tega mengkhianati cintanya.
Dengan jalanan yang bebas hambatan membuat Aisha semakin leluasa menyetir dengan kecepatan tinggi, dia meluapkan semua amarahnya seraya berkendara hingga membuatnya hampir menabrak kendaraan lain. Untunglah ia masih bisa mengontrol emosinya dan menghindari kendaraan tersebut.
"AHHH. Mas, kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu tega mengkhianatiku?" teriak Aisha di dalam mobilnya. Ia terus mengumpat meluapkan segala amarahnya. Sekian lama dirinya bertahan dan terus bersabar, berharap ada keajaiban yang merubah suaminya menjadi lebih baik. Namun, kenyataanya tidak seperti itu, semakin dibiarkan, Yudha semakin kurang ajar.
Beberapa menit kemudian, Aisha melangkah ke luar dari dalam mobil dengan langkah sempoyongan. Ia masuk ke dalam rumah dengan keadaan tubuhnya yang terlihat kacau.
"Seharian ini aku sibuk mengurus banyak hal untuk menyambut kedatanganmu di rumah ini, Mas. Bayangkan betapa bahagianya aku saat mendengar janji manismu itu, aku yang bahkan menghabiskan waktu berjam-jam di dapur hanya untuk menyenangkanmu, tapi apa yang aku dapatkan? Belum aku rasakan bagaimana buah dari janjimu itu, seseorang sudah lebih dulu memberitahuku akan kebusukanmu di belakangku." Aisha terus mengumpat, dia mengamburkan tubuhnya di atas sofa.
"Kenapa kamu membohongiku, heh? Kenapa tidak kamu katakan saja, kalau kamu pergi untuk wanita lain, kepadaku. Kenapa?"
Derit pintu menyadarkan Aisha, dengan wajah panik dia menoleh ke arah pintu tersebut yang ternyata sudah ada Neli di sana.
"Astaga, Aisha." Neli berlari terbirit-birit melihat kesengsaraan mengusai temannya.
"Ada apa ini?" Dia menenangkan Aisha, memberi temannya air minum dan perlahan menainya tentang semua yang terjadi kepadanya.
"Bukankah Yudha akan memperbaikinya?" tanya Neli dengan cepat.
"Mas Yudha? Laki-laki itu mengkhianatiku, Nel," jawab Aisha. Panjang lebar Aisha menjelaskan semuanya kepada Neli, tentang semua yang terjadi, dan bagaimana dirinya bisa mengetahui hal tersebut dari kekasih suaminya.
Neli melongo, meskipun dia tidak percaya Yudha akan melakukan ini kepada temannya, tapi tidak sulit untuknya mempercayai kenyataan apabila Yudha mempermainkan Aisha. Dia tahu jika pernikahan temannya memang tidak sehat dari awal, bahkan pernikahan itu dimulai karena alasan warisan, tidak ada ikatan yang dimulai dengan hati ataupun cinta, bahkan Aisha baru bisa mencintai Yudha setelah laki-laki itu menikahinya.
Ketegangan semakin memuncak saat Aisha menceritakan kepergian Yudha ke luar kota yang tujuannya hanyalah Fitting baju pernikahan yang akan Yudha kenakan saat menikahi Sarah.
"Apa kamu masih ingin mempertahankan pernikahanmu, Aisha?" tanya Neli dengan hati-hati. Dia tidak tega melihat temannya yang menderita karena seorang pria yang tidak amanah menjadi suaminya.
"Aku hanya ingin memperbaiki yang harus aku perbaiki saja, Nel," jawab Aisha dengan getir.
"Tapi tidak ada yang harus kamu perbaiki, yang salah itu Yudha. Dia yang seharusnya memperbaiki kerusakan ini, bukan kamu Aish. Karena sampai kapan pun, kamu tidak akan berhasil memperbaikinya, karena kamu tidak akan pernah bisa menemukan kerusakan itu ada pada dirimu," sanggah Neli dengan tegas.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang, Nel? Apa?" Ini kali pertama Neli mendengar Aisha menaikan nada bicaranya, sekian lama Aisha hidup dengan ketenangan dan sifat lembutnya, terlihat dari sikapnya kini, Aisha sangatlah tersiksa.
"Ceraikan saja suamimu. Tidak ada gunanya bertahan dengan lelaki yang hanya memberikan kemiskinan dan pengkhianatan," jawab Neli saat itu juga.
Deg!
"Tidak, Nel. Aku punya cara sendiri untuk mempertahankan pernikahan ini. Lagipula, aku melakukan ini bukan semata-mata karena aku mencintai Yudha. Bagiku, dia sama saja jahatnya seperti Sarah, lantas untuk apa aku harus berjuang mempertahankan dirinya sementara mereka menyiksaku, aku tidak mau bermain bodoh lagi, Nel," ujar Aisha.
"Apa maksudmu?"
"Aku hanya ingin melihat, dan membuktikan, bahwa perjuangan seorang istri tidak akan sia-sia. Aku memulai kehidupan baru dengannya dalam ikatan suci, Nel. Dia menikahiku dengan cara islam, maka aku ingin melihat kekuatan dari janji yang sakral itu sampai akhir. Aku hanya ingin berjuang dan membuktikan kepada wanita itu, bahwa pernikahanku akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu. Dan wanita itu tidak akan bisa memiliki suami yang sebenarnya dia adalah hakku," jawab Aisha dengan nada menyumpah.