Chereads / Wanita yang dicintai suamiku / Chapter 13 - PENGKHIANATAN DI DEPAN MATA

Chapter 13 - PENGKHIANATAN DI DEPAN MATA

"Aku istri sahnya, lalu kenapa harus aku yang mengalah untuk wanita yang bukan siapa-siapa?"

Sore ini, Aisha mendapat kabar tentang kepulangan suaminya. Rasa senang yang sebelumnya Aisha rasakan kini sirna sudah. Binar bahagia saat akan menyambut suaminya hilang kala Aisha mengetahui kelakuan suaminya di luar sana.

Dengan wajah murung Aisha menghampiri pintu saat mendengar deru mobil yang Yudha kendarai. Aisha mengenal dengan jelas suara mobil suaminya, setelah bersiap untuk menghadapi kenyataan yang lebih buruk, perlahan ia membuka pintunya. Namun siapa sangka, sebuah petunjukan terjadi tepat di depan mata. Aisha mendapati seorang perempuan yang ke luar dari mobil tersebut bersamaan dengan suaminya, yang tidak lain adalah Sarah.

Betapa terkejutnya Aisha melihat kebersamaan suaminya dengan wanita lain. Raut wajahnya kini terlihat marah, bibir yang sebelumnya terkatup sempurna kini tak kuasa lagi untuk menahan banyak pertanyaan yang bertumpuk dalam dada.

"Ada apa ini?" tanya Aisha dengan tegas. Ia mencoba untuk mengendalikan diri, dia tidak ingin bertindak gegabah hingga membuatnya dipermalukan di depan Sarah. Meski tidak berani, Aisha berhasil melempar pandangan kepada dua orang yang ada di hadapannya.

Yudha masih terdiam dengan wajah acuh. Mencoba untuk tidak merespon pertanyaan istrinya yang terlihat marah. Berbalik dengan Sarah yang terlihat santai dengan seringai puas di wajahnya.

"Mas! Aku bertanya, kenapa dia ada di sini?" Kali ini Aisha berteriak. Pancaran matanya penuh dengan amarah. Suasana semakin menegang kala Sarah dengan berani menyentuh tangan Yudha dan mengelusnya lembut.

"Aku masih cepek, Aish," jawab Yudha. Dia berlalu melewati Aisha diikuti Sarah yang juga masuk dengan percaya diri.

Melihat Yudha yang tidak peduli seberapa marah dirinya, sontak Aisha menarik tubuh suaminya dengan kasar, hingga Yudha beralih menghadapnya. Istri manapun akan melakukan hal yang sama, tidak ada wanita di dunia ini yang ikhlas melihat suaminya membawa wanita asing ke rumahnya, apalagi melihat mereka berhubungan dengan mesra.

"Apa kamu tidak dengar, Aisha. Aku sangat lelah!" Yudha menepis tangan Aisha dari tubuhnya.

"Lelah apa, Mas? Lelah berhubungan dengan wanita ini?" timpal Aisha dengan nada tinggi. Matanya kini melirik Sarah dengan buas penuh amarah, sedangkan wanita itu hanya membalasnya dengan senyuman sinis tanda mengejek.

"Rendahkan nada bicaramu, Aish. Kamu sudah keterlaluan."

"Keterlaluan katamu. Bukankah kata itu sangat pantas untuknya yang hidup sebagai benalu di rumah tangga orang," sindir Aisha. Sudut matanya melirik Sarah.

"Hentikan omong kosong ini, Aisha. Suamimu baru saja tiba."

"Apa aku tidak salah dengar, Mas? Atau kamu yang baru sadar, kalau kamu adalah suamiku?" Aisha terus mendesak suaminya, menuntut jawaban.

"Tidak ada penjelasan apapun, kita bicara nanti, aku mau istirahat." Yudha melangkah meninggalkan Aisha dengan santai. Tidak tingal diam, Aisha kembali mengejar suaminya.

"Tidak bisa gitu dong, Mas. Aku ini istrimu, aku berhak mengetahui apa saja yang kamu lakukan. Sekarang jawab aku!"

"Kenapa wanita ini bisa ikut bersamamu? Dan apa yang dia lakukan di sini?" Tanpa ragu, Aisha menatap tajam wajah suaminya yang kini terlihat marah. Aisha tidak lagi peduli dengan apa yang akan Yudha lontarkan padanya, kini sudah terlanjur sakit untuk Aisha biarkan terlalu jauh.

"Apa-apaan kamu ini, Yudha baru saja pulang kerja, apa begini caramu memperlakukan dia selama ini? Pantas saja dia tidak betah berada di rumah." Dengan lantang, Sarah menimpali pertanyaan Aisha di tengah-tengah kekacauan yang terjadi.

"Saya tidak bicara denganmu," protes Aisha pada Sarah yang berdiri diantara dirinya dan Yuhda.

"Sudah cukup, Aisha! Aku tidak mau lagi mendengar perdebatan di rumah ini," sanggah Yudha dengan pelan tapi menyakitkan.

"Mas. Apa kamu baru saja menyalahkanku? Apa hanya karena dia?"

"Aku lelah. Kita kembali bicara nanti malam. Dan kamu." Yudha melirik Sarah dengan tenang.

"Lebih baik kamu pulang, kita akan bertemu lagi di kantor!" pinta Yuhda.

"Baiklah." Sarah meraih tubuh Yudha, lantas memeluknya. Dia sengaja melakukan itu, seolah ingin memanas-manasi Aisha yang kini terlihat buruk di hadapannya. Istri mana yang tidak kesal melihat suaminya sendiri disentuh wanita lain. Rasanya ingin sekali mengamuk layaknya orang gila yang kehilangan akal sehatnya. Aisha sudah kehilangan kata-kata yang mengambarkan perasaan sakitnya. Bahkan air mata pun tidak ada artinya bagi Yudha.

Bak tersambar petir, Aisha hanya dapat mematung dengan nafas yang seketika terhambat. Aisha terguncang melihat suaminya yang membalas pelukan hangat dari kekasihnya di depan matanya sendiri.

"Lepaskan suamiku!" Tidak segan-segan Aisha mendorong Sarah hingga wanita itu terpental ke dinding.

"Ahh." Sarah meringis.

"Astaga, Sarah." Yudha bergegas membantu wanita itu bangun.

"Katamu, Aisha orangnya lembut dan baik, apa ini yang kamu sebut baik?"

"Maaf, Sarah. Kamu terlalu berlebihan, aku hanya ingin melepaskan suamiku dari pelukanmu," pungkas Aisha, tidak terima.

"Tetap saja kamu menyakitiku." Sarah terkekeh.

Dengan ujung bibir yang sedikit terangkat, Aisha mengamati Sarah dari ujung kaki hingga kepalanya. "Menyakiti? Aku pikir kamu tidak tahu, apa itu sakit. Jika kamu mengetahui tentang luka, seharusnya kamu juga sadar, bahwa apa yang kamu lakukan bisa menyakiti orang lain!"

Sarah melepaskan genggaman Yudha. Dia melangkan mendekati Aisha kemudian mendongakkan wajahnya lantas berbisik dengan nada yang penuh ancaman, "Apa boleh buat. Karena dengan ini, aku bisa mendapatkan kebahagiaanku. Apa kamu tidak melihatnya, Aisha, Yudha memihakku."

"Pergi kamu dari rumah ini, dasar tidak tahu diri!" usir Aisha.

Selama ini Aisha selalu memegang amanah yang mertuanya berikan, untuk selalu sabar terhadap Yudha, apabila menyakitinya, karena kesabaran tidak ada batasnya. Namun, ternyata tidak seperti itu, kini Aisha sudah sampai dititik batas untuk terus sabar menghadapi kelakuan suaminya.

"Tentu saja aku akan pulang, karena Yudha yang sudah memintaku untuk pergi, bukan karena kamu yang mengusirku." Sarah merampas tasnya yang tergeletak di lantai dengan kasar kemudian berlalu dari rumah tersebut.

"Mas! Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?"

"Jangan berlebihan, Aisha! Dia hanya rekan kerjaku," jawab Yudha dingin.

"Rekan kerja ko fitting baju," sindir Aisha. Dia melempar pandangan ke lain arah, menghindari tatapan Yudha yang sangat menyakitan.

"Apa yang kamu katakan? Fitting baju? Siapa yang kamu maksud?"

"Tentu saja kamu." Aisha ragu untuk mengatakan hal ini, terlebih dirinya yang tidak cukup bukti untuk membuktikan hal itu, selain dari apa yang dia lihat di ponsel Sarah.

"Jangan kurang ajar, Aisha! Aku rasa, kamu sudah kelewat batas, Aisha. Aku sudah berjanji untuk memperbaiki hubungan kita, tapi justru kamu membuatku ragu untuk melanjutkan hubungan ini."

"Jangan hanya menyalahkanku, Mas. Seharusnya kamu sadar diri, semua ini terjadi karena kamu, kamu yang memulai semuanya. Dan apa kekasihmu itu tidak kurang aja? Dia melakukan hal yang sama denganku, Mas. Namun, satu yang pasti, aku lebih berhak melakukan ini karena aku adalah istrimu, sedangkan dia. Dia bukan siapa-siapanya kamu, Mas." Teriakan Aisha yang lantang dan mengandung emosi, kali ini mengundang reaksi berlebih dari Yudha, hingga laki-laki itu melayangkan tamparan di pipi Aisha.