"Apa rencanamu, Aisha?" tanya Neli dengan yakin, Aisha membalas tatapan Neli dengan tajam, maniknya terpancar penuh amarah.
"Apa mungkin kamu akan membiarkan Yudha menikahi pelakor itu?" tanya Neli dahinya mengernyit. Aisha mendengus, menelan salivanya yang seakan sulit untuk berlalu melewati tenggorokan.
"Kamu benar-benar berpikir untuk membiarkan Yudha memadumu?" Pertanyaan bertubi-tubu keluar dari mulut Neli, hingga Aisha kehilangan kesempatan untuk menjelaskan semua rencananya pada temannya tersebut.
"Tidak, aku akan membalas semua perbuatan mereka, Nel," jawab Aisha singkat.
"Apa yang akan kamu lakukan, Aish? Jangan macam-macam, jangan sampai kamu kembali terluka, dan jangan lakukan hal-hal yang berbahaya."
"Tenang saja, aku sudah memikirkan semuanya dengan matang."
"Dan berbicara tentang Sarah, aku tidak bisa mengatakan kalau wanita itu adalah seorang pelakor, di mana Yudha juga masih sangat mencintai wanita itu sebelum dia menikahiku, Nel. Kenyataannya bisa bebalik, mungkin aku yang merebut Yudha dari wanita itu." Tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Aisha dengan mulut bergetar. Salah satu kenyataan pahit yang harus Aisha terima adalah, seorang pria yang masih sangat mencintai wanita lain menikahinya dengan hati yang terpaksa.
"Seandainya aku tahu dari jauh-jauh hari, kalau mas Yudha sudah memiliki seorang kekasih yang sangat dia cintai, maka aku akan menolak untuk dinikahkan dengannya," lanjut Aisha kembali merutuki nasibnya yang tidak seindah yang dijanjikan kedua kelurganya.
"Tidak semua ini adalah kesalahanmu, Aisha. Nyatanya Yudha tetap akan menikahimu karena dia menginginkan warisan dari ibunya. Kamu tahu kalau ibunya hanya akan memberikan harta itu apabila Yudha bersedia menikahimu, itu seperti tantangan yang keluarganya berikan pada Yudha," timpal Neli menjelaskan.
"Dan dari awal, dia menerima pernikahan ini hanya karena itu, aku tahu itu semua, tapi kenapa aku harus jatuh hati padanya? Kenapa Nel?"
"Yang sudah berlalu biarlah berlalu, kini kamu harus melakukan apa yang ingin kamu lakukan," ujar Neli.
"Aku harus mempertahankan pernikahan ini, Nel. Aku tidak mau jika orang tuaku menyesali perjodohan yang mereka setujui."
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan pada Sarah dan suamimu?"
"Aku tidak akan membiarkan hakku diambil oleh siapapun. Dan sampai kapanpun aku tidak akan ridho jika mas Yudha menikahi Sarah apalagi sampai dia meninggalkanku. Banyak cara untukku mempertahankan pernikahan ini, dan membiarkan dia memaduku bukanlah cara yang akan aku pilih."
"Apa kamu yakin?" tanya Neli. Dia menatap Aisha dengan cemas.
"Aku yakin. Aku akan mengabarimu untuk rencanaku selanjutnya."
"Baiklah, aku akan pulang ke rumah untuk saat ini, tapi ingat! Pikirkan lagi keputusanmu, Aish. Balas dendam bukanlah hal yang mudah, bukan hanya mereka yang akan terkena dampaknya, kemungkinan kamu akan mengalami hal yang jauh lebih berat daripada mereka. Ingat, tujuan kamu adalah mengambil hak sebagai seorang istri, dan memperoleh ketengan, serta kebahagiaan berkeluarga, jika kamu salah mengambil jalan, kamu bukan hanya akan kehilangan Yudha, tapi juga pernikahan ini!" Neli berlalu setelah meninggalkan pelukan erat di tubuh Aisha.
Air mata Aisha seketika lolos mendengar kata-kata yang temannya ucapkan. Dia tidak percaya jika dirinya akan bertindak sejauh ini karena hubungannya dengan Yuhda yang sudah berada di ambang kehancuran.
"Aku sama sekali tidak menginginkan ini terjadi, tapi bagaimana sekarang, kesempatanku untuk mendapatkan mas Yudha seutuhnya semakin tipis." Aisha menyentuh dadanya, gemuruh dari semua penderitaan Aisha selama ini seakan menghantam dadanya secara bersamaan.
***
Derit pintu menyadarkan wanita yang sedang asik mengganti pakaian di depan cermin, dia sengaja melakukannya untuk memancing Yudha. Sudah berbulan-bulan lamanya Aisha canggung melakukan banyak hal karena suaminya yang membatasi ruang diantara mereka, tapi kini tidak lagi, Aisha semakin niat untuk merubah prisnipnya, dia tidak ingin lagi bermain lemah, apa yang Sarah lakukan untuk merebut Yudha darinya, akan Aisha lakukan dengan lebih baik.
'Kebohonganmu memaksaku untuk melakukan hal ini, mas,' batin Aisha.
Sesaat Aisha mengerjap, dia benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan melangkah sejauh ini hanya demi mempertahankan rumah tangga yang sudah diambang kehancuran.
"Aisha, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Yudha. Laki-laki itu mengalihkan wajahnya dari hadapan Aisha, entah karena dia tidak memiliki hasrat untuk sekedar membelai Aisha, atau dirinya yang canggung karena hal itu tidak biasa Aisha lakukan.
"Kenapa? Apa kamu akan melarangku untuk melakukannya, Mas?" tanya Aisha ketus. Dia sengaja memperlambat pemakaian bajunya karena Yudha yang juga masih mematung di ambang pintu.
Aisha memilih baju tipis dengan ukuran mini, bukan tanpa alasan dia memilih baju itu saat berbelanja, tanpa sengaja dia mendengar perbincangan sepasang suami istri yang memberi review bagus tentang baju dinas suami istri, Aisha yang penasaran pun langsung memilih baju yang sama untuk ia kenakan di hadapan Yudha.
Aisha terkejut melihat bayangannya di cermin, ia yang tidak biasa melihat tubuhnya memakai baju sependek itu kini terdiam seribu bahasa. Cantik dan seksi, mungkin itulah kata yang bisa menggambarkan Aisha saat ini.
Tubuhnya yang ramping, dengan kulit putuh keemasan, membuat pakaian itu nampak sempurna di tubuhnya. Aisha tidak lagi terlihat layaknya perempuan lemah yang terus menangisi nasib buruknya.
Baju tidur yang Aisha pakai turut menyalurkan keindahan tubuhnya yang sempurna, tubuh yang sekian lama bersembunyi dibalik gamis panjang juga hijab lebar yang menjaganya dari pandangan semua orang termasuk suaminya, kini hanya terlihat lekuk tubuh seksi nan menggoda itu.
"Tudak," jawab Yudha gelagapan. Pria itu menelan salivanya yang seakan sulit melintasi tenggorokan, ditatapnya Aisha yang kian menarik membuat dadanya berdegup kencang dengan tubuh yang kian gelisan.
"Lalu kenapa? Tidak perlu heran seperti itu, Mas. Aku melakukan ini karena aku ini istrimu, aku tidak perlu malu untuk melakukannya, karena kamu adalah suamiku. Beda cerita jika kamu hanya kekasihku, aku juga malu untuk melakukannya," timpal Aisha dengan nada menyindir.
Yudha mendengus, ia berjalan ke arah ranjang, perlahan membuka kancing bajunya, ia duduk di atas ranjang dengan gelisan, terlihat kakinya yang terus bergerak tidak karua, bahkan jari-jari tangannya terus mengetuk-ngetuk ranjang tidak jelas.
Setelah selesai memakai baju, ia langsung melanjutkan dengan ritual lainnya, selain menggunakan skincare, Aisha tidak lupa untuk menggunakan parfum yang baru dibelinya. Aroma tubuh yang segar itu menyeruak, memicu adrenalin Yudha yang semakin memuncak.
"Gerah," gumam Yudha. Dia meloloskan bajunya begitu saja, terlentang dengan tubuh terbuka di atas ranjang, seolah dirinya sengaja melakukan itu untuk memancing Aisha untuk mendekatinya.
"Sebaiknya kamu mandi, Mas!" ujar Aisha seraya berjalan ke arah Yudha.
Merasakan kasurnya bergerak kala Aisha duduk di sampingnya dengan santai, Yudha langsung terbangun, ia menatap Aisha dengan penuh hasrat, mulutnya terbuka penuh, kekaguman saat melihat kecantikan Aisha yang tidak biasa itu tersirat jelas di raut wajah yudha saat ini.
"Apa yang kamu lihat, Mas? Apa aku mirip dengan kekasihmu?" tanya Aisha memecahkan keheningan.