Chereads / Wanita yang dicintai suamiku / Chapter 15 - TIDAK SADARKAN DIRI

Chapter 15 - TIDAK SADARKAN DIRI

Wanita yang baru saja datang dengan wajah putih pucat itu, tampak kesal menahan amarah yang semakin sesak di dada. Baru saja dia menerima kenyataan tentang suaminya yang menjalin kasih dengan wanita lain, kini dia harus menegarkan jiwanya begitu melihat Yudha bersama Sarah bercumbu di hadapannya.

"Lepaskan tanganmu!" Yudha menepis tangan Sarah saat sadar akan kehadiran Aisha di sana. Sedangkan bagi Aisha, yang sudah terlanjur menderita karena ulah pria itu, dia hanya berdecak tidak peduli.

"Yudha, ada apa denganmu?" Sarah menatap Yudha dengan tajam, kemudian mengalihkan tatapan tersebut pada Aisha yang sudah ada di belakangnya.

"Oh ternyata ada istrimu di sini, baiklah aku mengerti," sindir Sarah dengan wajah juteknya.

"Awas! Kalian menghalangi jalanku." Aisha masuk melewati sepasang kekasih itu dengan wajah tenang. Munafik jika Aisha tidak merasa sakit melihat apa yang terjadi di depan matanya. Kakinya seketika lemas mendapati suami yang sedang bercumbu mesra dengan perempuan lain, tapi Aisha mencoba untuk menghiraukan itu di depan mereka. Aisha ingin terlihat tidak peduli meskipun hatinya tercabik-cabik. Dia tidak ingin terlihat tak berdaya di hadapan mereka berdua.

Setelah sampai di dapur, Aisha langsung berlari ke kamar mandi ia menyalakan kran air untuk menyamarkan isakannya. Mata Aisha terpejam erat, mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang sangat segar diingatan

"Kenapa dia semakin menjadi? Ya Allah, aku tidak sanggup lagi menerima semua ini." Aisha menatap sendu cincin yang melingkar di jari manisnya.

Susah payah dirinya menahan air mata agar tidak lagi ke luar hanya untuk menangisi pria bejat seperti Yudha, tapi air mata yang sedari tadi berdesakan tidak mampu lagi untuk dirinya tahan.

"Semua ini tidak ada artinya." Aisha melamun, kakinya melemas hingga membuatnya kesulitan untuk berdiri, ia memilih untuk menyenderkan tubuhnya pada dinding tanpa kembali mematikan krannya, perlahan ia tertunduk, kepalanya terasa sangat berat, pandangannya memudar, hingga kesadarannya hilang dalam sekejap.

Sementara di ambang pintu, Yudha masih saja berdiri dengan Sarah, wajahnya terlihat cemas memikirkan Aisha yang melihat kejadian beberapa waktu lalu, telinganya tidak lagi fokus mendengar ocehan Sarah yang terus menerus menjelek-jelekkan istrinya.

"Berhenti menjelek-jelekkan Aisha, Sarah!" bentak Yudha.

Hening. Sarah terdiam seribu bahasa, dadanya berdegup tidak karuan, dengan wajah marah yang seakan meledak, ia kembali mendaratkan pandangan pada kekasihnya dengan kilatan penuh amarah.

"Kamu berani membentakku, Yudha? Apa kamu lupa, wanita yang kini ada di depanmu adalah orang yang sudah bersedia menunggumu selama dua tahun bahkan lebih, apa kamu sadar itu, Yudha?" teriak Sarah tidak kalah kencang dari suara Yudha. Wanita itu punya daya tarik sendiri bagi Yudha, sehingga dia memilih untuk mengalah daripada berdebat dengan Sarah.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu, Sarah. Kamu tahu semua ini membuatku setres," ucap Yudha, wajahnya menunduk frustasi.

"Maaf, setelah kamu membentakku? Asal kamu tahu, hal yang membuatku tersinggung adalah alasanmu membentakku, Yudha, kamu memarahiku karena istrimu itu, kan?" Sarah tidak peduli dengan apa yang coba Yudha jelaskan padanya, yang jelas dia hanya ingin Yudha selalu ada dipihaknya dan menjauh dari Aisha.

"Tidak Sarah, aku tidak bermaksud begitu. Akan aku jelaskan semuanya nanti. Sebaiknya sekarang kamu pergi dulu!" pinta Yudha dengan lembut, dia tersenyum mencoba meyakinkan Sarah.

"Jadi maksud kamu apa?Jika kamu tidak mau istrimu terluka, sebaiknya kamu tinggalkan saja aku!" gertak Sarah penuh penekanan.

"Sarah, dengarkan aku baik-baik." Yudha mendongakkan wajahnya di hadapan Sarah.

"Aku tidak pernah memihak wanita itu. Aku tidak pernah menginginkan dirinya, dan kamu tahu itu. Maaf karena aku sudah membentakmu, bukan maksudku untuk memarahimu karena sudah membicarakan dia, hanya saja aku sedang membuat rencana agar bisa berpisah dengannya," ucapnya lembut, matanya memandang dalam Sarah yang seketika terdiam, raut wajahnya berubah seakan dirinya mempercayai apa yang baru saja Yudha katakan.

"Jadi, percayalah kepadaku!" pintanya tidak lupa dengan senyuman yang terukir wajahnya.

Sarah menepis tangan Yudha dari bahunya, dia melempar pandangan ke sembarang arah, kemudian berkata, "Baiklah aku percaya, aku memberimu satu kesempatan, dan aku tunggu penjelasanmu!"

"Terima kasih, Sarah. Aku tahu kamu satu-satunya wanita yang bisa mengerti keadaanku. Aku berjanji, setelah aku menyelesaikan semua ini, aku akan menikahimu, dan kita akan hidup bahagia." Yudha menedekat lalu memeluk tubuh Sarah dengan erat, tidak peduli dengan sorot mata tetangga yang mengamati mereka, seolah urat malu sudah terputus dari keduanya.

"Sekarang, aku minta kamu pulang dulu, aku akan jelaskan semuanya nanti, aku berjanji."

"Baiklah, aku menunggumu."

Yudha menghela nafas, untuk sementara dirinya merasa lebih lega. Kini, ia mengalihkan pandangannya ke dapur, Yudha bergegas menghampiri Aisha yang masih terdiam di kamar mandi.

"Aisha, aku ingin bicara denganmu," teriak Yudha nyaring.

"Aisha, apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku sudah bilang padamu, meskipun aku masih mencintai Sarah, tapi aku tidak lagi berhubungan dengannya." Mungkin itulah kebohongan yang bisa orang ketahui. Tidak ada kebohongan yang lebih transfaran yang Yudha lakukan pada istrinya selain ini.

"Apa kamu marah kepadaku karena kejadian tadi? Seharusnya kamu tidak semarah ini Aisha, sebaiknya kamu memaklumi semuanya karena dari awal sudah aku katakan, kalau aku tidak mencintaimu, tapi kini ... aku mau memperbaiki semuanya, jadi ke luarlah! Kita bicara baik-baik sekarang." Seolah tidak melakukan kesalahan, kalimat itu meluncur dengan entengnya.

"Aisha!" Berkali-kali Yudha memanggil Aisha. Namun, tidak kunjung ada jawaban dari wanita itu hingga terpaksa Yudha menerobos masuk ke dalam kamar mandi untuk mengecek keadaan Aisha.

"Aisha!" teriak Yudha dengan panik.

Yudha terkejut sejadi-jadinya mendapati Aisha yang sudah terkapar di lantai kamar mandi dengan air yang masih menyala hingga membasahi tubuhnya. Tanpa menunggu lama, Yudha bergegas membawa Aisha menuju kamar, lantas mengeringkan tubuh istrinya menggunakan handuk.

Seraya menunggu kedatangan dokter ke rumahnya. Yudha mencoba untuk mengganti pakaian yang istrinya pakai. Meskipun tidak yakin, dan merasa ragu untuk melakukan itu, tapi Yudha berhasil mengganti pakain Aisha. Itu adalah kali pertama untuk Yudha melihat tubuh istrinya, berbulan-bulan lamanya mereka menikah, Yudha tidak pernah menyentuh tubuh istrinya yang lain, selain tangan dan area wajah.

Yudha mengalihkan pandangannya kala membersihkan tubuh istrinya. D ia sangat menyesal karena sudah menyakiti Aisha, tidak dapat ia pungkiri, peran Aisha dalam hidupnya sangatlah penting, tapi dia tidak ingin mengakui hal tersebut, di mana hatinya masih sangat mencitai Sarah.

"Tidak, ada apa ini?" Yudha menarik tubuhnya setelah menyadari ada sesuatu di hatinya saat melihat keadaan Aisha.

"Aku hanya kasihan dengannya, tidak ada yang lain." Yudha berusaha keras menampik perasaan yang perlahan mulai tumbuh untuk Aisha.

Tidak berselang lama, dokter datang dengan peralatan di tangannya. Selain ada dokter, Yudha juga meminta Neli, teman dari istrinya itu untuk datang dan menemani Aisha sementara dia pergi ke kantor.

"Temani dia saat saya aku berada di kantor!" pinta Yudha dengan nada memerintah itu.

"Tentu, tanpa kamu minta pun, aku akan melakukannya. Apalagi untuk orang sebaik dirinya." Neli menatap Aisha dalam dengan penuh prihatin, kemudian mengalihkan pandangan itu ke arah Yudha, tatapan itu berubah sinis, tersirat kebencian yang Neli berikan pada suami dari temannya tersebut.

"Apa kamu baru saja menyindirku?" gumam Yudha seraya membalas tatapan Neli.