Melepaskan semua tangan yang memegangi nya satu persatu Zara pun perlahan melangkah menuju pintu rumah. Sampai di depan pintu, Zara berhenti sejenak dan berbalik menatap ke arah semua orang.
"Maafin aku ma, pa, kali ini aku harus nyakitin perasaan kalian demi kebahagiaan aku! Karna jika aku tetap bertahan dalam pernikahan ini, lambat laun suatu saat nanti aku pasti akan kehilangan kewarasan aku ma, pa!" kata Zara mengakhiri semua dan langsung bergegas menuju mobil nya.
Begitu sampai di dalam mobil, Zara menghapus air mata nya dan langsung melajukan mobil hitam nya meninggalkan rumah itu dalam deras nya guyuran hujan malam itu.
Seperti biasa saat dalam keadaan seperti ini Zara bingung harus pergi kemana karna ia memang tak punya siapa pun untuk menjadi tujuan nya. Satu-satu nya kerabat bagi nya adalah keuarga Kenedi dan Inah. Zara terus melajukan mobil nya dan kembali berhenti di tepi sungai yang ada di sisi jembatan.
Zara membuka jendela mobil nya untuk menikmati angin malam yang dingin dan rintik hujan yang jatuh semakin mengecil. Zara mengulurkan tangan nya keluar jendela mobil agar ia dapat menyentuh rintik air yang jatuh dari langit malam itu.
Mata nya terus memandangi rintikan hujan yang terlihat di bawah cahaya lampu jalan yang ada di hadapan nya.
Tiba-tiba bibir Zara tersenyum tipis. Zara teringat akan kenangan nya ketika mendiang kedua orang tua nya masih hidup, Zara dan almarhum papi nya pernah menikmati rintikan hujan dari balkon rumah nya saat malam hari.
Zara kecil menari-nari tertawa riang gembira bersama almarhum papi nya. Tersentak dari angan-angan tentang masa kecil nya, Zara terdiam sejenak dan langsung menutup kaca mobil nya dan secepat kilat bergegas pergi meninggalkan tepi sungai yang dingin dan sunyi itu.
Zara melajukan mobil nya dengan sangat cepat. Terlihat arah laju mobil yang dikendarai Zara adalah jalan menuju pulang kerumah ia dan Radit. Namun ketika gerbang komplek sudah tepat dihadapan Zara, mobil nya melintasi komplek begitu saja.
Tak begitu jauh dari komplek tempat tinggal nya dan Radit, Zara menghentikan mobil nya tepat di depan pagar mewah berwarna hitam bercampur emas dan jika memandang ke arah dalam pagar, akan terlihat sebuah rumah mewah dan megah berwarna putih yang dikelilingi dengan taman bunga dan kolam-kolam ikan nila.
Tepat di sisi kanan dan kiri depan pintu rumah terdapat jejeran tanaman bongsai yang besar dan tertata dengan indah memberikan kesan sejuk pada rumah putih yang hampir tujuh puluh lima persen bagian rumah nya terdiri dari kaca dan jendela-jendela besar, sehingga ketika kita berada di dalam rumah pun akan tetap merasa sejuk seakan menyatu dengan alam.
Tidak ingin membuang-buang waktu lagi, Zara langsung turun dari mobil nya. Zara tidak lupa pula mengeluarkan koper milik nya dari dalam bagasi mobil nya. Karna rintik gerimis masih terasa jatuh, Zara bergegas cepat-cepat masuk ke dalam rumah itu.
Begitu pintu rumah di buka oleh Zara maka pemandangan pertama yang di temui dari arah dalam rumah adalah sebuah meja besar berbentuk bulat dengan vas bunga terbuat dari kristal berisikan bunga anggrek berwarna putih di dalam nya membuat ruangan terkesan mewah.
Ketika sudah memasuki rumah di dinding yang berada dibalik bunga terlihat sebuah foto keluarga berukuran sangat besar dengan bingkai berwarna keemasan, itu adalah poto Zara kecil dan mediang kedua orang tua nya.
Zara langsung berjalan kearah kanan rumah menuju ruang keluarga sekaligus ruang menonton tv yang ada di rumah itu.
Tepat di sisi kanan dari ruang itu Zara menuju sebuah kamar tidur. Ternyata itu adalah kamar Zara yang ternyata malam ini Zara mendatangi rumah milik mendiang kedua orang tua nya.
Ternyata belum lama ini diam-diam Zara mengunjungi rumah masa kecil nya. Dan saat ia datang mengunjungi rumah itu, Zara memutuskan untuk membersihkan rumah itu dan menata nya kembali persis seperti keadaan rumah nya dulu agar ia tidak lagi merindukan suasana rumah nya yang dulu.
Zara langsung menghempaskan tubuh mungil nya di kasur yang berseprai warna putih, mata nya memandangi gambar-gambar bintang warna-warni yang bertebaran di langit-langit kamar nya.
Zara hampir memejamkan mata nya saat itu, namun tiba-tiba hp nya berdering karna ada panggilan masuk dari Inah. Tidak ingin membuat Inah mengkhawatirkan keadaan nya, Zara langsung menjawab panggilan dari Inah.
"Halo bik, aku baik-baik aja, bibik jangan mikirin aku ya?! Bibik istirahat saja malam ini, besok aku akan jemput bibik dari sana ya" Zara langsung berbicara tanpa basa-basi begitu menjawab panggilan dari Inah, karna memang Zara sudah tau betul akan apa tujuan Inah menghubungi nya.
"Oh gitu non, baik kalau gitu non jaga diri baik-baik malam ini ya, bibik tutup dulu telfon nya, non istirahat ya" Inah langsung mengakhiri percakapan diri nya dan Zara.
Setelah berbicara satu sama lain Zara dan Inah sama-sama tenang dan lega. Zara mematikan hp nya dan meletakkan nya di sisi tubuh nya.
Sayup-sayup kedua kelopak mata Zara terlihat mulai memejam perlahan. Tubuh Zara terlalu lelah akan segala rentetan rutinitas nya seharian ini, belum lagi perang emosi yang terjadi dirumah Radit tadi sangat-sangat menguras energi Zara membuat Zara benar-benar kelelahan.
Zara terlelap dalam tidur nya malam itu. Malam terus berlalu seperti jarum jam yang selalu bergeser mengganti waktu ke waktu. Dari luar jendela kamar Zara terlihat ada seorang laki-laki tinggi tegap menggunakan jaket hitam dan juga masker hitam terlihat sedang memperhatikan Zara dari balik pohon bonsai yang ada di luar jendela kamar Zara.
Seperti hendak memastikan keadaan Zara akan baik-baik saja, setelah melihat Zara tertidur pulas sosok laki-laki itu meninggalkan rumah Zara perlahan. Sosok itu pula tidak lupa menutup pintu pagar rumah sebelum ia meninggalkan rumah Zara.
Sedangkan di rumah Radit, Kenedi dan Hana masih menangisi semua yang terjadi malam ini. Kenedi dan Hana masih tidak habis fikir akan perubahan sikap Zara. Apa yang membuat Zara tiba-tiba langsung ingin mengakhiri hubungan nya dengan Radit tanpa berkompromi.
Di kamar bagian belakang rumah, Inah terlihat mulai merapikan pakain dan beberapa barang pribadi milik nya dengan air mata yang sesekali jatuh ke pipi nya. Walau bagaimana pun Inah tetap memiliki perasaan iba dan sedih untuk keluarga Hana karna bukan sehari atau dua hari yang mereka lalui bersama, jadi Inah sudah menganggap keluarga mertua Zara ini seperti keluarga nya juga.
Di kamar Radit, terlihat Radit yang masih menangisi keputusan Zara untuk meninggalkan rumah malam itu juga. Rasa sedih, kesal dan menyesal menyelimuti benak nya saat ini. Seakan ingin mengakhiri hidup nya saja jika ia tidak bisa lagi hidup bersama Zara. Namun nasi sudah menjadi bubur, kebencian Zara terhadap diri nya sudah menghantarkan pernikahan nya dengan Zara kejalan perpisahan.