Zara langsung memarkirkan mobil nya di halaman rumah Radit. Saat akan membuka pintu rumah Zara menoleh ke arah garasi rumah dan terlihat di sana masih ada mobil Kenedi terparkir yang berarti kalau Kenedi dan Hana ada di dalam rumah.
Zara menarik nafas perlahan dan kemudian membuang nya lagi untuk menenangkan detak jantung nya yang tiba-tiba saja menjadi gugup tak karuan. Zara langsung membuka pintu rumah dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Zara tidak menemukan siapa-siapa di ruang tamu, ruang menonton dan ruang makan. Zara langusung berjalan ke bagian belakang rumah menuju kamar Inah karna memang tujuan utama nya kembali ke rumah ini hanya untuk menjemput Inah saja.
"Tok...tok....tok" Zara mengetuk pintu kamar Inah sebelum kemudian ia membuka nya.
Ketika Zara membuka pintu kamar Inah langsung di sambut dengan pelukan hangat dari Inah yang memang sudah menantikan kedatangan Zara sejak tadi.
"Bibik uda selesai?" Tanya zara.
"Sudah non, hanya ini saja barang-barang bibik non" kata Inah menjawab pertanyaan Zara sambil menunjuk ke arah tas hitam yang sudah siap berangkat di tepi kamar.
Zara membantu Inah membawakan tas dan barang milik nya. Mereka berjalan perlahan menuju pintu rumah. Sesekali Inah menolehkan kepala nya kebelakang dan melihat-lihat sekeliling rumah.
"Kamu benar-benar akan meninggalkan kami Ra?" Tanya Hana tiba-tiba muncul dari arah belakang.
Zara dan Inah membalikan badan nya dan menatap ke arah Hana. Zara dan Hana saling bertatapan mata satu sama lain dengan tatapan yang penuh kesedihan diantara kedua nya.
"Apa kami memang benar-benar tidak ada lagi di hati mu nak?" Sambung Hana bertanya sambil menangis lirih.
"Apa duduk persoalan yang seperti nya begitu besar hingga kau tak lagi mampu memaafkan Radit hingga memutuskan untuk meninggalkan kami?" Kenedi ikut bertanya kepada Zara yang masih membisu dengan linangan air mata di pipi nya.
"Pa, ma, maafin Zara" kata Zara sambil menangis.
"Kenapa kamu yang meminta maaf? Bukan kah kami yang bersalah dan kamu tidak mau memaafkan kami dan memilih pergi meninggalkan kami?" Jawab Kenedi untuk permintaan maaf Zara.
"Cobalah sekali saja pahami posisi Zara pa, ma! Apa memang Zara harus beratahan hidup bersama Radit meskipun Zara tidak mencintai nya demi untuk membuat mama dan papa bahagia selalu? Apakah memang harus seperti itu?" Zara berkata sambil menangis.
"Apakah aku hanya bisa menyayangi kalian ketika aku memiliki ikatan pernikahan ini saja?" Sambung Zara.
"Apa begitu mudah nya bagi kamu membuang dan melupakan sebuah hubungan Ra?" Kenedi kembali bertanya.
"Coba jelaskan kepada kami satu kali saja Ra tentang apa sebenar nya yang terjadi diantara kamu dan Radit hingga membuat kamu mengambil keputusan yang sangat gila ini Ra?!" Kata Hana yang mulai berbicara dengan nada sedikit ketus kepada Zara.
"Gila? Kalau mama bicara tentang gila, coba mama fikir siapa yang sebenar nya gila di sini? Aku yang ingin mengakhiri pernikahan palsu ini atau kalian semua yang memaksa ku menikahi manusia gila seperti Radit?" Tanya Zara dengan emosi nya yang mulai terpancing.
"Nyonya, tuan dan kamu Ra cobalah untuk tenang, kita bicarakan semua nya baik-baik" kata Inah yang coba menenagkan suasana percakapan yang mulai tak terasa hangat lagi.
"Biar bik, biarkan saja anak ini menunjukan siapa jati diri nya yang sebenar nya!" Kata Hana mulai ketus.
"Salah aku apa ma? Aku memutuskan untuk bercerai hanya untuk mengakhiri pernikahan antara aku dan Radit, bukan untuk membuang hubugan orang tua dan anak di antara kita!" Kata Zara mencoba mempertegas segala nya.
Saat ini yang terlihat di raut wajah Hana adalah raut wajah yang sedang dipenuhi amarah. Sedangkan Kenedi meski ia sangat merasa keberatan dengan keputusan yang diambil oleh Zara, namun Kenedi pun tak sanggup marah kepada Zara yang memang teramat sangat disayangi nya.
"Ya Tuhan, malapetaka apa yang kau kirimkan untuk keluarga anak ku!" Kata Kenedi yang menyelahkan takdir yang dianggap nya buruk.
"Ini bukan salah Tuhan, manusia nya yang tidak tau berterimakasih! Kenapa Tuhan yang harus kita salahkan?!" Kata Hana menyelah Kenedi yang menggumam.
"Nyonya, tuan, yang terjadi di antara non Zara dan tuan Radit biarlah menjadi urusan antara mereka, dan kita sebaiknya membiarkan mereka menyelesaikan permasalahan diantara mereka berdua saja dan kita sebagai orang tua mari tetap tenang mendampingi mereka melewati masa-masa sulit mereka sembari kita terus melimpahkan kasih sayang kita untuk mereka" kata Inah yang mencoba menengahi cekcok mulut antara Zara dan kedua mertua nya.
"Beda bik, semua sudah jadi berbeda sekarang! Seperti nya aku hanya di anggap sebagai seorang anak jika aku diam dan menuruti semua ingin nya mama dan papa saja bik" kata Zara mencelah pembicaraan Inah.
"Ingin nya mama dan papa? Memang nya selama ini apa yang kami minta dari kamu? Apa ada tuntutan kami yang berlebihan kepada mu?" Jawab Hana lagi.
"Apa kalian pernah menanyakan bagaimana perasaan Zara selama menjalani pernikahan ini?" Kata Zara.
"Memang nya apa yang di lakukan Radit sehingga membuat kamu begitu membenci nya dan hingga sekarang kamu tidak bisa menerima nya di hati mu?!" Hana berkata dengan nada yang sangat ketus.
"Ma! Kamu tenang dulu, jangan berbicara dengan emosi disaat seperti ini" kata Kenedi yang menengkan emosi Hana yang mulai meluap-luap dan siap membakar siapa saja yang sedang dihadapi nya.
"Mama tanya apa yang di lakukan Radit? Mama serius ni menanyakan perihal apa yang dilakukan Radit hingga aku begitu membenci nya? Mama lupa? Biar aku ingatkan lagi kalau gitu, dia orang yang udah menghancurkan masa depan ku, dia nggak lebih dari seorang bajingan bangsat yang telah memperkosa ku ma!!" Zara berteriak dan suara nya menggema diseluruh rumah.
"Non sudah non! Ayo kita pergi dulu dan bicara lagi nanti non" Inah mencoba membawa Zara pergi agar menyudahi pertengkaran ini.
"Nggak bik, aku nggak akan kemana-mana sebelum aku selesai berbicara, selama ini aku selalu diam dan hanya mendengarkan, jadi hari ini izinkan aku menjawab segala perkataan mereka bik, jadi mereka tau bagaimana rasa nya harus terbungkam oleh perkataan orang lain" kata Zara dengan tegas.
"Kalian menikahkan aku dengan orang yang memperkosa ku, apa kalian tau apa yang aku rasakan saat aku harus menatap wajah nya setiap hari? Rasa nya aku seperti diperkosa berulang-ulang kali hanya dengan tatapan mata nya saja! Aku ingin mata setiap hari agar aku bisa melupakan segala hal berkaitan dengan nya!" suara Zara kembali memekik.