"Jika memang seperti itu kenapa kamu tidak mengatakan nya langsung kepada mama atau papa nak?" Tanya Kenedi dengan perasaan bersalah nya.
"Haruskah aku mengatakan nya terlebih dahulu? Bukankah kalian begitu menyayangi ku? Lalu mengapa kalian tidak bisa memahami derita ku di setiap sorot tatapan mata ku?" Zara menjawab sambil menangis.
Keadaan saat ini benar-benar sangat tegang. Hana terlihat begitu marah dari ekspresi wajah nya. Kenedi merasa sedih dan hancur dengan apa yang terjadi saat ini. Inah merasa serba salah, di satu sisi ia merasa iba melihat betapa hancur nya Kenedi dan Hana, namun disisi lain ini adalah keinginan putri nya Zara dan bagi Inah tidak ada yang lebih penting dari Zara di dunia ini.
"Seperti nya hari ini mama begitu marah kepada Zara hingga yang terisisa didalam hati mama untuk Zara hanyalah kebencian!" Kata Zara lagi.
"Aku tidak membenci mu, saat ini aku hanya sedang menyesal karna betapa naif nya aku selama ini yang tidak bisa memahami dendam dan kebencian mu! Aku bodoh karna tertipu dengan wajah polos mu!" Hana berkata begitu ketus kepada Zara.
Semua orang dibuat terkejut mendengar perkataan Hana yang begitu ketus. Ini bukan seperti Hana yang mereka kenal selama ini, Hana yang selama ini mereka kenal adalah Hana yang lembut dan penuh kasih sayang.
"Sayang pergilah ke kamar dan tenangkan hati mu, jangan berkata saat emosi atau kau akan menyesali nya nanti" Kenedi mencoba menenangkan Hana karna ia tidak ingin hubungan ibu dan anak hancur dalam sekejab.
"Apa lagi yang akan ku sesali setelah ini? Kalau memang ingin pergi silahkan Zara, karna memang seperti itulah watak keras kepala mu yang diwariskan langsung oleh ibu mu!" Kata Hana semakin ketus.
"Ma! Cukup ya ma! Jangan melewati batasan mama dalam hal ini! Jangan bawa-bawa almarhumah mami yang udah tenang di sana!" Kata Zara berterik dengan sorot mata yang menatap tajam kearah Hana.
"Cukup Hana! Kamu sudah keterlaluan, hentikan pembicaraan ini, kamu kembali lah ke kamar mu dan istirahat, Zara kamu pergilah dan Inah tolong jaga Zara" Kenedi mengakhiri percakapan mereka agar tidak ada yang melampaui batas emosi mereka masing-masing.
"Ya pa, ternyata memang tidak salah kan pa pilihan Zara untuk berpisah dari Radit, setidak nya dengan begini aku tau siapa yang benar-benar tulus menyayangi aku dan siapa yang hanya menyayangi ku karna suatu alasan tertentu" kata Zara berbicara dengan penuh rasa kecewa akan sikap maupun perkataan Hana terhadap nya.
Zara tidak pernah menyangka bahwa sikap Hana akan berubah sedingin es terhadap nya hanya karna masalah antara dirinya dan Radit. Selama ini Zara selalu berfikir jika kasih sayang yang di berikan Hana kepada nya adalah tulus tanpa pamrih, hingga Zara selalu menggap Hana seperti ibu kandung nya sendiri.
Kenedi sendiri sebenar nya berada di posisi serba salah saat ini. Di satu sisi ia tidak sanggup melihat Hana hancur karna perpisahan ini, namun di lain sisi Zara sendiri begitu melekat di lubuk hati nya sehingga ia tidak mampu jika harus memaksakan kehendak nya kepada Zara dan membuat Zara berlinangan air mata.
Zara langsung mengangkat tas dan barang milik Inah dan langsung berbalik menuju pintu untuk segera pergi dan meninggalkan rumah itu.
Inah mengikuti langkah Zara dengan perasaan serba salah nya dan juga linangan air mata kesedihan.
"Jika aku tau begini, lebih baik ku kirimkan dia ke nereka bersama kedua orang tua nya yang sok suci itu" gumam Hana tiba-tiba sambil berjalan menuju kamar nya.
"Maksut mama apa?!" Tanya Radit tiba-tiba yang mendengar gumaman Hana saat melintasi kamar nya.
"Radit, sedang apa kamu di sini? Mama kan sudah bilang untuk beristirahat saja dan jangan turun dari tempat tidur mu! Ayo mama antar kamu kembali ke tempat tidur mu" kata Hana langsung mendorong kursi roda Radit.
Hana membantu Radit kembali berbaring di tempat tidur nya. Hana memang sangat memanjakan Radit anak semata wayang nya ini, maka tak heran jika Kenedi sendiri sering menyalahkan pola asuh dan kasih sayang berlebihan Hana lah sebagai penyebab dari rusak nya Radit hingga terjerumus nya Radit ke dalam pergaulan yang salah.
"Ma apa maksut perkataan mama tadi ma?" Tanya Radit lagi untuk gumaman Hana tadi yang tak sengaja di dengar oleh nya.
"Sudah jangan banyak mikir kamu, fikirin kondisi kamu saja, banyak istirahat biar kamu cepat sembuh dan kembali sehat seperti semula" kata Hana yang tidak ingin menjawab pertanyaan Radit.
Setelah selesai membantu Radit berbaring di tempat tidur nya, Hana langsung keluar dari kamar Radit. Hana berjalan menuju kamar nya masih dengan raut wajah yang dipenuhi amarah. Di kamar Kenedi sudah duduk di sofa sudut kamar menunggu Hana di sana.
"Ma, aku tau dan aku sangat memahami bagaimana perasaan mu atas keputusan yang di ambil oleh Zara secara tiba-tiba ini, tapi menurut ku kamu terlalu kejam jika sampai mengungkit tentang mendiang Yudha dan Disti" kata Kenedi.
"Biarkan saja, sudah tidak ada lagi yang perlu dijaga perasaan nya di sini, toh inikan keinginan anak keras kepala itu? Menghancurkan semua hubungan yang sudah dijalin selama ini demi kebahagian nya!" Jawab Hana dengan ketus.
"Tapi ma, Zara masih muda fikiran nya masih labil, ada baik nya kita biarkan dulu ia untuk sesaat dan nanti jika sudah tenang baru kita coba ajak Zara bicara lagi dari hati ke hati ma" tutur Kenedi dengan penuh kelembutan.
"Nggak perlu! Aku tidak sudi jika harus mengemis kepada siapa pun untuk alasan apapun! Kalaupun ada yang akan menyesal dan memohon untuk kembali adalah diri nya, bukan aku!" Hana kembali berbicara dengan nada bicara yang kasar.
Di rumah Zara yang baru, mbak Sri sudah siap menyambut datang nya Inah dan Zara dengan aneka hidangan makanan lezat yang tertata rapi di atas meja makan.
"Tin...tin..." Zara membunyikan klason mobil nya agar pintu gerbang segera di bukakan oleh penjaga gerbang.
"Non apa bibik sedang bermimpi? Kita kembali ke sini non?" Kata Inah yang terkejut melihat Zara menghentikan laju mobil nya tepat di depan pintu gerbang rumah lama mereka.
"Iya bik, coba cubit pipi bibik deh kalo masi merasa ini semua mimpi" kata Zara sambil tersenyum meskipun mata nya masih terlihat begitu sembab.
Tidak menunggu lama pintu gerbang rumah segera dibukakan. Zara langsung melajukan mobil nya masuk ke dalam dan langsung memarkirkan mobil nya di garasi rumah.