Chereads / Kasih Berbalut Luka / Chapter 32 - 32. Rumah baru bersama keluarga baru

Chapter 32 - 32. Rumah baru bersama keluarga baru

Kini Zara benar-benar ingin membenahi kehidupan nya. Sebagai langkah awal dalam lembar kehidupan yang baru adalah dengan menjadikan Inah sabagai ibu untuk nya dan membangun keluarga baru mereka di rumah mereka sendiri.

"Tok....tok...tok...." Zara langsung mengetuk pintu kamar Inah setelah ia selesai mandi dan berganti pakaian.

"Buk, yuk kita makan dulu" Zara mengajak inah untuk makan bersama dirumah yang d penuh kenangan mereka ini.

"Oh iya ayuk, ibu fikir kamu mau istirahat dulu di kamar maka nya ibuk berberes disini dan tidak memanggil mu" kata Inah.

Zara dan Inah berjalan menuju ruang makan bersama. Raut wajah Zara setelah sekian lama akhir nya kembali berseri-seri lagi, ini membuat Inah bahagia dan lega. Inah berharap kedepannya hanya akan ada kebahagiaan di dalam hidup Zara.

"Mbak Sri...!" Teriak Zara memanggil Sri

"Buat apa manggil Sri? Kamu butuh sesuatu? Bilang sama ibu aja Ra" kata Inah.

"Iya neng ada apa ?" Kata Sri yang langsung datang memenuhi panggilan Zara.

"Mbak mulai sekarang saat jadwal sarapan, makan siang atau pun makan malam aku mau mbak Sri, suami mbak dan juga anak-anak mbak, kita semua kumpul di meja makan ini untuk makan bareng-bareng ya!" Kata Zara.

"Tapi neng..." Inah langsung menyelah perkataan Zara.

"Ini perintah bukan permintaan! Jadi kalau ada yang protes silahkan angkat kaki dari rumah ini" kata Zara dengan memasang wajah yang serius membuat suasana jadi tegang.

"Baik neng kalau begitu, mbak Sri sih nurut aja deh, lagian kan rezeki nggak boleh di tolak toh?!" Kata Sri semringah.

"Nah begitu dong! Yauda tunggu apa lagi panggil suami mbak dan anak-anak kita makan ya" kata Zara lagi dengan hangat nya.

"Ra, kamu sebahagia itu sekarang nak?" Inah bertanya tiba-tiba dengan perasaan haru melihat apa yang dilakukan Zara.

"Iya buk, mulai sekarang aku ingin memiliki keluarga, teman dan sahabat sebanyak mungkin deh! Aku nggak mau hidup kesepian lagi buk" jawab Zara sambil memeluk hangat Inah.

Seketika air mata bahagia menetes di pipi Inah. Ia begitu tersentuh melihat kebahagiaan di raut wajah Zara, seakan ia sedang menatap Zara kecil yang penuh tawa bahagia dalam hidup nya.

Inah bersyukur atas perubahan baik dalam diri Zara. Inah merasa beban janji untuk selalu menjaga dan merawat Zara kepada mendiang kedua orang tua nya terpenuhi sudah, meskipun di balik ini semua ada hati keluarga Kenedi yang harus terluka.

Inah kini tak memikirkan hal lain lagi selain kebahagiaan untuk Zara. Zara sendiri sudah tidak lagi memikirkan tentang perasaan orang lain lagi. Bagi Zara tanggung jawab dalam hidup nya adalah tentang kebahagiaan nya sendiri, bukan kebahagiaan orang lain.

Setelah selesai makan bersama Zara dan Inah duduk santai di ruang tv untuk membicarakan beberapa hal. Tak lupa Zara memberitahukan Inah perihal rencana nya untuk mengundang keluarga Vira makan siang berama di tumah baru mereka besok.

"Buk, besok aku pengen deh ngundang mbak Vira dan keluarga kecil nya makan siang bersama di sini, sekalian agar mereka tau dimana rumah ku sekarang, gimana menurut ibuk?" Kata Zara.

"Boleh, nanti mau disiapkan menu apa? Biar ibuk dan Sri siapkan semua nya untuk tamu pertama kita" kata Inah menyambut hangat rencana Zara.

"Kalau untuk urusan menu terserah ibuk aja deh, mana ngerti aku buk masalah menu!" Kata zara.

"Ya baiklah kalau begitu! Oh ya Ra, ibu boleh mengatakan sesuatu?" Kata Inah sedikit ragu-ragu.

"Iya boleh, ada apa buk?" Kata Zara

"Nyonya Hana danĀ  tuan Kenedi, apa rencana kamu tentang mereka selanjut nya?" Tanya Inah perlahan.

"Rencana apa ya? Mau gimana juga aku bingung buk!" Kata Zara sambil menyandarkan kepala nya ke sofa yang di duduki nya.

"Ya masak kamu mau membiarkan begitu saja hubungan antara kamu dan mereka seperti ini terus? Mereka juga menyayangi kamu Ra" kata Inah.

"Kalau kita bicara perihal sayang, aku rasa sekarang aku tau lah buk, kalau ternyata selama ini kasih sayang mereka untuk ku tidak sebesar rasa sayang ku untuk mereka buk" kata Zara.

"Lagi pula kasih sayang mereka kepada ku tidak tulus kok! Mereka menyayangi ku hanya karna aku sanggup hidup menjadi pendamping untuk anak nya yang tak berguna itu!" Sambung Zara dengan nada bicara yang kandas.

"Kamu jangan berbicara seperti itu, tidak perduli seperti apa hubungan antara kamu dan Radit, tapi ibu harap kamu tetap menyayangi dan menghormati nyonya Hana dan tuan Ken, karna walau bagaimana pun mereka yang sudah membantu membesarkan kamu Ra" Tutur Inah.

"Entah lah buk, rasa nya masih terlalu sakit dengan perubahan sikap mereka yang begitu drastis hanya karna aku ingin berpisah dari Radit" kata Zara.

"Kamu tidak salah begitu pula nyonya dan tuan yang tidak salah dalam hal ini, hanya saja apa yang terjadi ini terlalu tiba-tiba dan begitu mengejutkan, jadi ibuk rasa sikap nyonya berubah begitu karna nyonya Hana begitu terkejut dan terpukul" kata Inah mencoba menjelaskan.

"Apa pantas semua kata-kata yang dikatakan oleh tante Hana kepada ku? Apa hanya karna sedang marah atau terkejut seseorang bebas melukai orang lain dengan kata-kata nya?!" Jawab Zara lagi.

"Bukan seperti itu, tapi cobalah memahami keadaan yang sangat tidak terduga ini Ra, karna memang ibuk sendiri pun masih merasa percaya tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi, tiba-tiba kamu memutuskan untuk berpisah dari Radit dan langsung meininggalkan Rumah Radit lalu pindah ke sini" Kata Inah.

"Lalu selain jalan itu, apakah masih ada jalan lain yang bisa ku pilih buk? Apa aku harus pasrah dan menahan sengsara karna harus hidup seatap dan menatap wajah bajingan itu setiap hari?" Kata Zara dengan sedikit emosi.

"Iya, iya, ibuk mengerti perasaan Zara, maaf kan ibu ya Ra tidak bisa berbuat banyak untuk Zara selama ini" kata Inah dengan perasaan bersalah yang mulai muncul karna melihat raut wajah Zara yang mulai sendu.

"Enggak buk! Ibuk nggak salah dan untuk apa ibuk harus meminta maaf?! Dan enggak ada satu pun di dunia ini yang mengerti bagaimana perasaan ku karna kalian tidak pernah berada di posisi ku buk" jawab Zara lagi sambil meneteskan air mata nya seperti biasa jika membahas permasalahan antara diri nya dan keluarga Radit.

"Yasudah jangan menangis Ra, ibuk nggak mau melihat ada air mata kesedihan lagi yang jatuh dari mata indah mu" kata Inah yang langsug menghampiri Zara dan memeluk nya dengan erat untuk menenangakan emosi Zara.