Chereads / Kasih Berbalut Luka / Chapter 25 - 25. Ketika hati telah membatu...

Chapter 25 - 25. Ketika hati telah membatu...

Namun seakan hati nya sudah membatu, Zara tak memperdulikan lagi apa yang dikatakan semua orang yang ada di ruangan itu, Zara tetap ingin berpisah dari Radit dan mengakhiri pernikahan mereka.

"Lima tahun bik, sudah lima tahun aku diam dan mencoba tetap tenang pada setiap gempuran masalah yang di berikan Radit untuk ku! Apa itu masih kurang bik? Lalu mau sampai kapan bik aku terus tenang, tenang dan tetap tenang?! Apa aku harus mati dulu baru kalian bisa memahami seberapa dalam kesedihan ku selama ini?" Jawab Zara sambil menangis.

Seisi ruangan tak mampu menjawab perkataan Zara, semua orang dibuat menangis hingga tersedu-sedu oleh Zara. Kali ini Zara sudah sampai di titik penghabisan kesabaran nya. Zara tak lagi mau menoleransi segala hal yang menyangkut Radit dan pernikahan nya.

"Betahun-tahun aku diam dan mengalah, tapi sekarang nggak akan lagi! Karna kebahagiaan ku adalah tanggung jawab ku sendiri, nggak ada satu orang pun yang memikirkan tentang kebahagiaan ku kan?!" Kata Zara lagi.

Meninggalkan semua orang di ruang itu, Zara berlari kecil menaiki tangga rumah menuju kamar nya. Semua orang hanya menangis tanpa berkata-kata melihat Zara meninggalkan mereka. Tak satupun dari Kenedi, Hana mau pun Inah mampu menghentikan Zara lagi saat itu. Zara seperti berapi-api dan siap membakar siapa saja yang coba-coba menghentikan langkah nya.

Tak begitu lama di lantai atas Zara kembali terlihat menuruni tangga rumah. Namun kali ini Zara membuat semua orang tercengang, karna ia tak lagi turun dengan tangan kosong melainkan dengan membawa sebuah koper berwarna merah di tangan nya.

"Zara, apa-apaan ini sayang? Mau kemana kamu malam-malam begini?" Kata Kenedi langsung mengejar Zara ke arah tangga.

Kenedi memegangi tangan Zara dengan sangat erat. Kali ini Kenedi benar-benar ingin menghentikan Zara. Kenedi tidak ingin kehilangan menantu kesayangan nya.

Melihat Zara dengan koper nya, Radit langsung mengkayuh kursi roda nya kearah Zara dengan tergesa-gesa. Hana ikut memegangi tangan Zar karna ia tak akan membiarkan Zara melangkahkan kaki nya lagi.

"Ra kamu jangan main-main Ra, mau kemana kamu dengan koper itu Ra?" Teriak Radit sambil menggelindingkan roda pada kursi roda nya secepat mungkin.

"Stop Dit!" Kata Zara sambil menunjuk kearah Radit.

"Kamu melangkah satu langkah aja lagi, aku akan pergi detik ini juga!" Sambung Zara yang berbicara pada Radit dengan tatapan mata yang dipenuhi amarah dan kebencian.

"Kamu jangan pernah mengatakan satu kata pun lagi di hadapan ku Dit! Kamu tau kenapa? Karna bahkan mendengar suara mu saja sudah membuat ku jijik Dit! Kata Zara yang gantian meneriaki Radit.

"Zara, mama mohon Ra, setidakĀ  nya jika bukan untuk Radit, tetap tinggal lah di sini demi mama dan papa sayang!" Kata Hana sambil terisak-isak.

"Nggak bisa ma, aku nggak bisa lagi tinggal di sini, jika memang kalian menyayangi aku seperti kata-kata kalian selama ini, maka jangan halangi Zara ma, biarkan Zara bebas dari kutukan pernikahan ini ma!" Kata Zara dengan sangat tegas.

"Sebenar nya apa yang terjadi? Siapa yang telah meracuni fikiran mu dan menanamkan kebencian yang begitu mendalam terhadap kami nak?" Kata Kenedi lagi diiringi dengan deraian air mata kesedihan nya.

"Papa mau tau siapa yang membuat ku sehancur ini pa? Betul papa ingin tau?" tanya Zara ketus.

"Aku yang dipaksa bungkam selama ini hidup dalam kesesangsaraan bagaimana mungkin aku tidak memiliki rasa benci?" Kata Zara.

"Dengan kedok kasih sayang kalian sengaja menikahkan aku dengan seorang pecandu barang haram!" Kata Zara.

"Yang bahkan kalian tau kalau dia juga orang yang sudah menghancurkan hidup ku, dia yang sudah meruntuhkan segala impian dalam hidup ku!" Sambung Zara lagi.

"Yang sebenar nya adalah aku membayar hutang budi atas sebuah kehidupan yang telah kalian sumbangkan kepada ku dengan menikahi anak laki-laki kalian yang bahkan kalian sendiri sudah kehabisan cara untuk menghadapi segala kehancuran dalam diri nya!" Kata Zara kandas.

Sontak Kenedi dan Hana kembali tercengang mendengar perkataan Zara yang begitu tajam menusuk hati mereka. Seakan mulut mereka terkunci dan kehabisa kata-kata Kenedi dan Hana tak mampu menjawab apa yang di katakan Zara.

"Selama ini aku bukan hidup sebagai seorang putri atau pun seorang istri, melainkan hanya sebagai temeng yang menutupi segala keburukan Radit dari rekan bisnis papa, dari teman-teman mama dan dari dunia ini!" Kata Zara menyambung lagi setiap kalimat demi kalimat yang sudah bersarang di benak nya selama ini.

Seperti bom waktu yang meledak malam itu, amarah Zara dan setiap kata-kata yang keluar dari mulut nya begitu dalam. Inah yang mengasuh Zara sejak ia masi bayi merah pun terdiam tak mampu berkata-kata karna memang apa yang dikatakan Zara adalah segala hal yang di pendam nya selama ini.

Memang sebenarnya Inah selama ini sering berharap kalau Zara akan memiliki semangat dan keberanian untuk memperbaiki segala hal dalam hidup nya dan mencoba untuk hidup dengan bahagia.

Namun Inah tidak pernah membayangkan kalau akan seperti ini jadi nya ketika Zara benar-benar memiliki keinginan untuk memperbaiki kehidupan nya.

"Bik kamu jangan diam aja dong bik meliahat semua ini, ayo tenangkan Zara bik, ajak dia naik ke kamar nya untuk menenangkan fikiran nya dan istirahat bik" kata Hana yang meminta bantuan Inah untuk menenangkan Zara, karna memang selama ini yang diketahui semua orang jika Zara tak pernah membantah Inah dalam hal apapun yang dikatakan atau diminta Inah pada nya.

"Maaf buk! Bukan nya saya tidak mau membantu ibu dan bapak, tapi bukankah saya akan jadi tidak adil pada non Zara jika saya meminta nya untuk tetap diam dan mengalah lagi pada pernikahan ini semata-mata hanya untuk membuat ibu dan bapak merasa tenang karna ada non Zara dalam hidup Radit untuk menutupi segala keburukan Radit?" Kata Inah sambil menangis dan menggenggam tangan Zara.

Hana terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Inah. Radit menangis tersedu-sedu diatas kursi roda nya. Kenedi terduduk lemas tak berdaya di tangga rumah nya. Apa yang terjadi ini seperti mimpi buruk terpanjang untuk Kenedi, Hana dan Radit. Sungguh tak terbayangkan oleh mereka jika Zara akan melakukan hal seperti ini, karna yang mereka tau selama ini, Zara adalah seorang yang penurut dan berhati besar.

Seakan langit pun ikut menahan langkah Zara agar tidak meninggalkan rumah, tiba-tiba saja rintik gerimis seketika berganti dengan hujan deras disertai angin yang berhembus begitu kencang. Belum lagi gemuruh geluduk dan petir yang menyambar-nyambar seolah-olah ingin menghalangi Zara agar tidak melangkah ke luar rumah.