"Ma, pa, aku tau apa yang akan aku katakan ini bukanlah sesuatu yang akan membuat kalian senang, aku juga tau kalau apa yang akan aku katakan akan sangat menyakiti perasaan kalian, tapi ma, pa, percayalah kalau aku begitu menyayangi kalian lebih dari apa yang kalian pahami selama ini" Zara mulai berbiara perlahan namun tegas tanpa ragu.
"Ada apa sayang? Kenapa seperti nya serius sekali? Apa ada masalah yang tidak kami ketahui sayang? "Hanna langsung mencelah perkataan Zara.
"Ma, pa, maafin aku jika memang aku menyakiti kalian kali ini, tapi aku memang harus katakan kalau aku memang ingin mengkhiri pernikahan ku dan Radit, aku ingin kami bercerai!" Tutur Zara perlahan dan tegas.
Dalam sekejab suasana rumah menjadi begitu hening hingga hanya merdu nya suara jangkrik yang terdengar. Kenedi, Hanna dan Inah saling menatap bingung dan terkejut satu sama lain. Seakan tersambar petir, Radit merasa sakit yang di rasa nya menjadi berkali-kali lipat saat itu. Air mata Hana langsung berlinang.
"Ma, maafin aku ya ma, aku tau kalau mama pasti yang paling terluka dengan apa yang aku katakan, tapi ma, cobalah memahami hal ini dari posisi aku ma!" Zara berbicara lagi sambil meraih dan menggenggan tangan Hana yang sudah terisak menangis.
"Zara, apa yang kamu katakan? Ada masalah apa sampai kamu berbicara perihal perceraian tanpa berkompromi terlebih dahulu sayang?" Tanya Kenedi dengan suara yang mulai terdengar lirih menahan rasa sedih nya.
"Zara, perceraian bukan hal yang main-main sayang, kamu jangan berbicara seperti itu ya sayang, sampai kapan pun, mama nggak mau kehilangan kamu sayang" Hana berkata sambil langsung memeluk Zara dengan pelukan yang sangat erat.
"Maafin aku ma, tapi ini sudah keputusan akhir aku ma, aku benar-benar nggak bisa lagi ma hidup bersama Radit ma, maafin aku ma!" Tutur Zara lagi sambil menangis memeluk Hana karna ia mulai merasa tak sanggup melihat betapa terluka nya Kenedi dan Hana atas keputusan nya.
"Zara, sebenar nya ada apa ini? Ada masalah apa antara kamu dan Radit? Coba kita bicarakan dulu, jangan berbicara soal perpisahan sayang, papa dan mama sayang banget sama kamu nak" tutur Kenedi dengan air mata yang mulai jatuh tak terbendung lagi.
"Sayang? Papa sayang sama Zara? Mama sayang sama Zara? Papa dan mama yakin?" Tanya Zara dengan tatapan mata yang tajam.
"Papa dan mama beneran sayang sama aku atau hanya sayang pada Radit sebenar nya?" Sambung Zara.
"Maksut kamu apa nak? Kami tidak pernah membeda-bedakan antara kamu dan Radit, antara anak atau menantu nak, tidak pernah!" Jawab Kenedi langsung sambil memegang bahu Zara.
"Jangan bohong! Kalian cuma menyayangi Radit, papa dan mama hanya memikirkan Radit,Radit dan Radit! Tidak pernah sekalipun kalian menatap dan memikirkan Zara!" Kata Zara lagi sambil menghempaskan tangan Kenedi dari bahu nya.
"Ada apa ini Ra, kenapa kamu tiba-tiba jadi seperti ini sayang?" Tanya Hana lagi dengan terisak-isak dalam tangis nya.
"Ma, apa mama pernah sekali saja bertanya kepada Zara tentang bagaimana perasaan Zara? Apakah Zara bahagia dalam pernikahan ini?" Tutur Zara lagi menjawab perkataan Hana.
"Aku yang selalu menangis setiap kali melihat Radit pulang dalam keadaan mabuk, aku yang nggak pernah bisa tidur nyenyak karna setiap kali aku memejamkan mata yang terbayang hanyalah kelakukan kejih Radit yang sudah menghancurkan hidup ku, dan aku yang nggak pernah bisa menikmati makanan di piringku karna harus satu meja makan dengan orang yang sudah menghancurkan hidup ku, masa depan ku! Apa pernah kalian memikirkan hal itu untuk ku?!" Kata Zara lagi dengan nada bicara yang mulai meninggi dan menangis.
"Aku yang selalu menangisi hari-hari ku karna harus hidup bersama Radit, aku yang lebih menyukai kegelapan dari pada harus terang bercahaya membuat ku harus melihat wajah Radit" tutur Zara lagi.
"Apa pernah untuk sekali saja kalian memikirkan hal itu untuk ku?" sambung Zara sambil tersedu-sedu menangis.
"Ra! Maafin aku Ra, aku tau aku sudah banyak sekali berbuat kesalahan dan buat kamu sakit hati, tapi sumpah Ra aku janji semua itu nggak akan pernah terulang lagi, aku akan berubah demi kamu Ra, demi pernikahan kita, aku sayang sama kamu Ra, nggak ada arti nya aku hidup kalau kamu udah nggak mau lagi hidup bersama ku Ra!" Bujuk rayu Radit kepada Zara berharap Zara akan sedikit melunak.
"Kalau gitu kamu mati aja Dit!!" Kata Zara ketus setelah mendengar semua perkataan Radit.
Sontak semua orang terkejut mendengar perkataan Zara yang sangat tidak terduga sama sekali kalau Zara akan sanggup berkata seperti itu.
Hana secara sepontan langsung menampar pipi temben Zara tanpa ia sadari. Menerima tamparan dari Hana membuat deraian air mata yang jatuh di pipi Zara semakin tak terbendung lagi, namun bibir Zara tersenyum tipis.
Tak hanya Zara yang terkejut dengan tamparan yang di berikan oleh Hana, namun Inah pun terkejut dan langsung berjalan menghampiri Zara.
"Nyonya, apa yang nyonya lakukan? Mengapa nyonya tega menampar non Zara seperti itu?!" Inah langsung menyampaikan rasa tidak suka nya terhadap tamparan Hana kepada Zara.
"Bertahun-tahun aku hanya menangis diam-diam di belakang mama dan papa hanya untuk membuat kalian tenang dan bahagia karna berfikir kalau di dalam pernikahan aku dan Radit semua nya baik-baik saja, padahal aku melewati hari demi hari ku seperti hidup di nereka!" Kata Zara dengan amarah nya.
"Dan hari ini, untuk pertama kali nya aku menyampaikan isi hati ku, aku mengatakan apa yang aku inginkan dalam hidup ku, aku meminta apa yang bisa mewujudkan kebahagiaan untuk ku, dan aku mendapat tamparan dari seorang ibu yang begitu menyayangi anak laki-laki nya! Lalu dimana letak kasih sayang mama dan papa untuk ku yang selalu kalian bangga-banggakan selama ini ma, pa?" Sambung Zara sambil mengambil sebuah vas bunga dan membanting nya ke lantai.
Semua orang kembali di buat terkejut hingga tak mampu berkata-kata atas sikap Zara yang belum pernah mereka lihat selama ini. Hana terduduk lemas di sofa berwarna coklat yang ada di ruangan itu.
Kenedi terus menatap kearah Zara dengan ait mata yang terus mengalir mendengar setiap kata demi kata yang keluar dari mulut mungil Zara, menantu kesayangan nya.
"Non, tenang dulu non, coba non tenangkan diri non dulu dan kita bicarakan lagi besok ya non kalau keadaan hati dan fikiran non sudah tenang dan dingin lagi" Inah mencoba menenangkan Zara dari emosi nya malam itu.