"Oh jadi gitu ya?! Oke! Males banget aku pagi-pagi debat untuk hal-hal yang nggak penting gini! Oke aku anter kamu balik sekarang!" Kata Zara sambil memutar balikan mobil nya.
Bastian hanya diam dan sesekali tersenyum tipis melihat betapa jengkel nya wajah Zara karena sikap nya. Dengan kecepatan tinggi mobil yang dikendarai oleh Zara akhir nya mereka sampai kembali di tempat semula Zara bertemu dengan Bastian dan anak-anak nya tadi.
Zara langsung menghentikan mobil nya tepat di samping mobil Bastian yang terparkir. Tanpa berkata sepatah kata pun Bastian langsung turun dari mobil Zara dan berjalan menuju mobil nya.
Zara semakin jengkel melihat Bastian yang bahkan tak berbasa-basi mengucapkan terimakasih untuk pertolongan yang di berikan nya.
"Makasih ya untuk tumpangan nya!" Kata Zara menyidir Bastian.
"Oh ya, thanks untuk tumpangan nya!" Kata Bastian membalas sindiran yang di berikan Zara kepada diri nya.
Zara langsung tancap gas meninggalkan Bastian di sana. Zara lagsung melajukan mobil nya menuju klinik nya dengan perasaan yang teramat sangat dongkol.
Begitu sampai di klinik Zara langsung di sambut oleh sekertaris nya untuk memberikan serangkain agenda janji temu Zara dan pasien-pasien nya hari ini.
Saat Zara sampai di dalam ruangan nya, ia langsung membaca catatan agenda janji temu nya untuk mengetahui berapa jumlah pasien nya hari ini. Saat Zara akan memulai pekerjaan nya tiba-tiba handphone nya berdering.
Zara langsung melihat siapa yang menghubungi diri nya sepagi ini, dan ternyata itu adalah panggilan dari Kenedi. Tidak seperti biasa, kali ini Zara langsung menjawab panggilan itu tanpa ragu-ragu.
"Halo pa, maaf aku belum sempat menghubungi papa dari semalam" kata Zara.
"Halo sayang, ya nggak masalah, papa ngerti kamu pasti sedang sibuk, papa cuma mau memberi kamu kabar baik pagi ini sayang" kata Kenedi.
"Oh ya?! Ada kabar baik apa memang nya pa?" Tanya Zara sambil menggigit-gigit kuku jari jempol nya.
"Syukur alhamdulillah akhir nya Radit sudah membaik dan pagi ini dokter memberikan dia izin untuk pulang dan selanjut nya melakukan rawat jalan saja" tutur Kenedi menyampaikan berita yang dianggap nya sebagai berita baik untuk Zara.
"Oh gitu, oke deh pa! Kalau gitu kita ketemu di rumah nanti malam ya pa, sekalian ada yang mau aku omongin ke papa, mama dan Radit" jawab Zara dengan tenang dan santai.
"Oh ya?! Ada apa sayang? Apa ada hal yang penting?" Tanya Kenedi sedikit penasaran karna tidak biasa nya Zara ingin berbicara terlebih dahulu kepada diri nya maupun sang istri Hana.
"Iya pa ada hal yang sangat penting, tapi nanti kita bahas di rumah aja ya pa, oke see you ya pa, aku sudah ada pasien ni, bye!" Kata Zara lagi sambil mengakhiri pembicaraan dan langsung memutuskan telfon.
Di rumah sakit Kenedi menjadi sedikit khawatir dengan kata-kata Zara di telfon tadi. Belum lagi setelah bertahun-tahun hari ini adalah kali pertama Zara memutuskan telfon sebelum diri nya mengakhiri pembicaraan mereka.
Melihat ekspresi wajah Kenedi yang jadi tidak biasa setelah berbicara dengan Zara membuat Hana merasa ada sesuatu yang salah dan langsung bertanya kepada Kenedi.
"Ada apa pa? Apa ada masalah?" Tanya Hanna sambil menyentuh bahu sang suami.
"Ha? Oh enggak, nggak ada masalah kok, aku cuma tiba-tiba teringat akan beberapa projek yang tertunda di kantor karna keadaan Radit" jawab Kenedi yang tak ingin menambah beban fikiran sang istri.
Waktu bergeser tanpa terasa. Sore hari Kenedi, Hana dan Radit tiba di rumah dan langsung di sambut oleh Inah. Hana langsung membantu Radit turun dari mobil dan berjalan perlahan masuk ke dalam rumah. Sementara Kenedi dibantu oleh Inah mengeluarkan barang-barang dari dalam bagasi mobil untuk dibawa masuk ke dalam rumah.
Dari sebarang rumah, terlihat Bastian sedang memperhatikan kedatangan Radit dan kedua orang tua nya sambil menikmati sebatang rokok di balkon kamar nya. Bastian terus memperhatikan gerak gerik mereka hingga mereka masuk ke dalam rumah nya.
Matahari hampir tenggelam dan hari pun sudah mulai gelap pertanda bahwa hari sudah malam.
Zara sedang mengendarai mobil nya dengan santai. Saat sampai di persimpangan komplek rumah nya, Zara menghentikan mobil nya tepat di bawah sorot lampu jalan yang berwarna kuning. Zara turun dari mobil dan mengeluarkan hp dari saku baju jas nya.
Zara menghubungi Inah untuk memberitahu orang di rumah bahwa ia akan pulang sedikit terlambat dan melewatkan makan malam, jadi mereka tidak perlu menunggu nya pulang untuk makan malam hari ini.
Zara membuka pintu mobil nya dan mengambil sebungkus rokok dari dalam mobil nya. Zara bersandar di bemper belakang mobil nya dan mulai menikmati rokok nya isapan demi isapan dan asap putih melambung menutupi wajah cantik nya.
"Emang nya enak ya ngerokok sendirian? Nggak pengen ngerokok joen bareng ditemenin orang lain apa?!" Tiba-tiba seseorang menyela lamunan Zara dari arah belakang.
Zara terkejut mendengar suara itu dan langsung berbalik untuk melihat siapa orang yang mengganggu waktu kesendirian nya. Zara terkejut begitu mengetahui bahwa orang itu ternyata Bastian sang tetangga yang membuat nya jengkel pagi tadi.
"Kamu! Ngapain kamu disini?" Tanya Zara langsung kepada Bastian.
"Aku ya lewat lah, ini kan jalan umum yang bisa dilalui siapa saja dan kapan pun kan?" Jawab Bastian sangat santai sambil mengambil sebatang rokok milik Zara.
"Ya iya sih ini jalan umum, maksut ku kamu ngapain nyamperin aku di sini? Toh aku nggak mengganggu apa lagi menghalangi jalan mu kan mas? Ya kenapa kamu nggak lewat aja seolah tidak melihat ku di sini?!" Cecar Zara tidak mau kalah.
"Kenapa selalu merokok di pinggir jalan?" Tanya Bastian pada Zara tanpa basa-basi.
"Selalu? Dari mana mas tau kalau aku selalu merokok di pinggir jalan ?" Tanya Zara heran dan suasana diantara nya seketika terasa hening.
Bastian diam tak menjawab pertanyaan Zara. Ia mengisap lagi rokok nya dan menghembuskan asap nya ke arah Zara.
Zara yang merasa aneh dengan perkataan Bastian menjadi terdiam tanpa kata dan mata nya terus menatap ke arah Bastian dengan tatapan penuh keheranan.
Ini bukan kali pertama Bastian berbicara kepada Zara seolah dia mengetahui segala hal tentang Zara. Zara merasa ada hal yang dirahasiakan oleh Bastian dari diri nya.
Zara merasa bahwa hanya diri nya yang baru mengenal Bastian, namun Bastian seperti sudah lama mengetahui segala hal tentang diri Zara. Mengapa Bastian bersikap seolah diri nya sudah pernah mengenal Zara sebelum ini.