Zara langsung berpamitan kepada Vira untuk pulang. Vira mengantarkan Zara dan Inah hingga kedepan pintu gerbang rumah nya. Setelah Zara dan Inah meninggalkan kediaman nya, Vira menggembok gerbang rumah nya dan berjalan kembali menuju rumah nya karna kedua malaikat kecil nya Vino dan Vindi sedang menunggu nya untuk segera tidur.
Saat berjalan dan hampir mencapai rumah, Zara tiba-tiba meraih tangan Inah dan menggenggam nya dengan erat. Genggaman itu membuat Inah terkejut, inah langsung menatap ke arah Zara namun ia tetap diam dan tidak berkata apa -apa.
Malam berlalu tak terasa digantikan dengan hari baru yang cerah dan hangat untuk Zara. Dering alaram membangun Zara dari tidur nyenyak nya. Zara langsung bangkit dari kasur nya dan membuka tirai jendela kamar nya untuk mempersilahkan sinar hangat sang mentari masuk ke kamar nya. Tanpa berleha-leha lagi, Zara langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap berangkat kerja seperti biasa.
Selesai bersiap Zara langsung keluar kamar menuruni tangga rumah nya menuju ruang makan untuk bertemu Inah.
"Clak....clok....clak....clok...." terdengar suara sepatu hils berwarna merah maroon yang di pakai Zara pagi itu.
Sontak Inah memandang ke arah suara sepatu yang terdengar sedang menuruni tangga itu. Inah menjadi terplongoh melihat sosok Zara yang sedang berajalan menuruni tangga itu yang terlihat begitu berbeda.
Yang membuat Inah begitu terpelongo hingga tak dapat berkedip dan berkata-kata adalah penampilan Zara yang sangat berbeda dari biasa nya. Zara menggunakan stelan baju jaz berwarna merah maroon lengkap dengan hils merah maroon dan Zara tidak mengikat rambut nya dengan pita hitam melainkan membiarkan rambut panjang nya terurai indah yang membuat penampilan Zara pagi itu begitu berbeda.
Tak hanya itu Zara yang biasa nya selalu berpenampilan polos, pagi itu Zara menggunakan sedikit riasan di wajah nya yang menambah sempurna penampilan nya pagi itu.
"Mau ada acara hari ini non?" Tanya Inah pada Zara melihat Zara yang tampil sangat berbeda dari biasa nya pagi itu.
"Acara apa bik?" Jawab Zara sambil mengambil segelas susu hangat yang sudah disiapkan Inah untuk diri nya.
"Ya nggak tau! Cuma bibik lihat kok pagi ini non beda banget, rapi banget cantik banget, beda dengan biasa nya, maka nya bibik tanya apa ada acara spesial hari ini non?" Sambung Inah bertanya pada Zara sambil memberikan piring berisi roti selai coklat favorit Zara.
"Oh, enggak kok bik! Nggak ada acara apa-apa sih, cuma aku sudah memutuskan kalau mulai hari ini aku akan menjadikan setiap hari yang aku lalui sebagai hari spesial untuk aku bik!" Kata Zara sambil tersenyum lepas.
Inah di buat terduduk oleh perkataan Zara. Seketika itu Inah dibuat terdiam oleh sikap Zara yang tidak biasa. Pertama kali nya setelah bertahun-tahun berlalu Zara terlihat bersemangat, dan ceria seperti tidak memiliki beban dalam hidup nya.
"Yaudah bik, aku udah selesai nih sarapan nya dan sekarang aku mau langsung berangkat ya, takut kesiangan bik" kata Zara berpamitan kepada Inah sambil memeluk dan mencium kedua pipi Inah yang sudah mulai keriput termakan usia.
Zara langsung berjalan menuju mobil nya, Zara menggunakan kaca mata hitam favorit nya dan langsung melajukan mobil nya meninggalkan rumah menuju klinik tempat ia bekerja.
Dipersimpangan jalan keluar dari komplek perumahan nya, tepat nya di sisi jalan dibawah pohon besar yang rindang terlihat Bastian sedang berdiri di samping mobil nya bersama Vino dan vindi.
"Hey mas, hay Vino, Vindi! Sedang apa kalian disini? Nggak berangkat sekolah?" Tanya Zara dengan ramah menyapa tetangga depan rumah nya itu.
"Hay juga tante Zara! Ini kita mau berangkat ke sekolah, tapi mobil kita tiba-tiba mati ngga tau kenapa tan!" Jawab Vindi dengan polos.
"Oh gitu! Hmmm.... dari pada kalian terlambat, gimana kalau kita berangkat bareng naik mobil tante?! Mobil tante gedek kok, muat untuk kita bareng-bareng!" Kata Zara menawarkan tumpangan untuk tetangga nya.
"Nggak usah! Sebentar lagi montir kita nyampek kok!" Jawab Bastian yang langsung menolak tawaran yang di berikan Zara kepada nya.
"Tapi pa! Bukan nya tadi papa bilang semua montir yang papa hubungi nggak ada yang bisa! Dan aku sama Vino ada upacara bendera pagi ini pa! Kenapa kita nggak ikut sama tante Zara aja sih pa biar kita nggak telat pa?!!" Kata Vindi yang langsung melakukan protes untuk penolakan yang dilakukan oleh Bastian.
"Iya mas, kasian anak-anak kalau telat nyampek ke sekolah nya kan? Lagian mobil aku cukup kok untuk kita!" Sambung Zara lagi meyakinkan Bastian agar menerima tawaran yang diberikan nya tanpa ragu lagi.
"Oke kalau gitu kita numpang sama tante Zara ya biar kalian nggak terlambat!" Bastian mengiyakan kata-kata Vindi.
"Yauda aku sama anak-anak pergi bareng kamu" kata Bastian sambil berjalan menggandeng Vino dan Vindi masuk ke dalam mobil Zara.
"Okey kita berangkat!" Kata Zara langsung melajukan mobil nya sambil tersenyum bahagia karna akhir nya Bastian menerima pertolongan yang ditawarkan nya.
Berjarak tiga puluh menit mereka sampai di sekolah Vino dan Vindi. Setelah menurunkan Vino dan Vindi Zara langsung melajukan lagi mobil nya untuk melanjutkan perjalanan.
"Oh ya mas, kamu mau aku anterin kemana ni?" Tanya Zara pada Bastian sambil melirik ke arah Bastian dari kaca mobil nya.
"Ke tempat mobil ku tadi lah!" Bastian menjawab dengan santai sambil memandang ke arah luar jendela mobil Zara.
"Hah?! Yang bener aja dong mas, jangan becanda ah pagi-pagi, nggak lucu!" Kata Zara sambil menghentikan laju mobil nya dan melihat ke arah Bastian.
"Siapa yang bercanda? Ya aku serius, antarkan aku balik ke tempat mobil ku tadi, karna aku nggak mungkin ninggalin mobil aku di sana begitu saja kan?" Jawab Bastian dengan santai.
"Wah nggak bener ni! Ya kalau misalkan kamu nggak mau ninggalin mobil kamu disana, terus tadi ngapain kamu ikut di mobil ku mas?!" Kata Zara dengan nada bicara yang terdengar mulai kesal.
"Loh kok nyalahin aku? Kamu kan tadi yang maksa banget biar aku ikut mobil kamu!" Kata Bastian lagi.
"Ya iya, tapi kan maksut aku ngasih tumpangan biar kamu dan anak-anak nggak telat! Ya kalau kamu nggak mau ninggalin mobil kamu di sana, seharus nya kamu nggak usah ikut dong mas! Biar anak-anak aja yang ikut bareng aku!" Kata Zara yang merasa jengkel dengan sikap Bastian.
"Oh ya nggak bisa gitu dong! Mana mungkin aku percayain kedua anak aku dengan orang asing begitu saja, tentu aku harus ikut dong! Dan resiko kamu juga untuk antarin aku kemana pun aku mau, kan kamu yang maksa banget nawarin bantuan tadi? Aku sih nggak minta!" Kata Bastian dengan sangat santai menanggapi Zara yang sudah sangat jengkel terhadap tingkah nya.