Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Air Mata Raya

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉNayla_Ahmad08
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.6k
Views
Synopsis
Maksud hati ingin memperbaiki perekonomian keluarga yang dikampung. Namun kenyataan pahit harus Raya alami. Raya baru dua bulan kerja sebagai asisten rumah tangga di Ibu kota direnggut kesuciannya oleh anak dari majikannya itu. Meminta tanggung jawab pun sulit. Raya tidak menerima keadilan dari majikan yang lelaki. Sebenarnya majikan yang perempuan akan menikahkan Raya dan putra yang telah merusak masa depan Raya itu. Namun, tetaplah sang majikan lelaki yang berkuasa. Raya selayaknya sampah yang dibuang begitu saja. Raya kembali ke kampung dan menanggung aib yang begitu menghinakan sendirian. Setelah lahirnya bayi yang tak dinantikan itu Raya berniat akan membalaskan dendamnya! Berhasilkan Raya memberi pelajaran kepada mantan majikannya itu?
VIEW MORE

Chapter 1 - Kehancuran

"Tuโ€”an, anda mau aโ€”pa?" tanya Raya dengan penuh rasa takut. Kedua tangannya saling menyilang di depan dada. Saat anak tunggal majikannya menarik lengan Raya yang berniat kembali ke kamar setelah membukakan pintu.

Lelaki yang ditanya tetap diam, mengunci pintu dan membuang kuncinya kesembarang arah. Raya membulatkan mata sempurna degup jantungnya semakin berirama tinggi.

Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Raya. Aroma alkohol yang begitu menyengat membuat Raya hendak mengeluarkan semua isi perutnya. Sebisa mungkin Raya tahan.

Brugh

Raya berhasil menumbangkan lelaki yang terlihat mengerikan kali ini. Namun, lelaki itu bisa bangkit dan mengejar Raya yang sedang berlari berusaha menyelamatkan diri.

Raya menjerit sejadinya sambil berlari menaiki anak tangga. Kaki Raya digenggam erat hingga wanita yang mengenakan baju tidur berwarna merah muda itu tersungkur.

"Aw!"

"Ha ha ha,"

Tawa menggelegar dari lelaki yang bernama Axel Bryan. Raya terus menjerit minta tolong. Suara jeritannya terhenti manakala Axel sudah membekap mulut Raya.

Raya menendang berkali-kali berharap lelaki yang akan menerkamnya itu kesakitan. Namun, semakin Raya menendang Axel malah semakin beringas.

Axel meracau terus menyebut nama Kia. Setelah berhasil menodai mahkota Raya Axel mengecup kening Raya.

"Terima kasih sayangku Kia,"

Dengan sempoyongan Axel membawa Raya ala bridal style. Raya yang tak sadarkan diri tak berkutip sedikit pun saat raganya diletakan di atas kasur Axel.

Axel terus tersenyum dan ikut tidur disamping Raya dengan posisi memeluk dari samping.

"Aaaaaa!" Raya menjerit setelah kesadarannya pulih. Dia menyingkirkan tangan Axel dan bangun.

Raya menangis sejadinya saat menyadari mahkota yang selama ini dia jaga direnggut secara keji. Axel mencoba membuka mata yang berasa berat itu.

"Hahhh, kenapa kamu ada disini!" heran Axel seraya mengguncang badan Raya yang duduk memeluk kaki itu.

"Cuih," Raya meludah tepat diwajah Axel. Axel marah, matanya memerah dan menarik rambut Raya.

"Heh, luh yang tidur dikasur gue, kenapa luh yang marah!" bentak Axel dengan menarik rambut Raya semakin kuat.

"Tuan, telah merusak masa depan saya, hukhukhuk," lirih Raya, tangisnya pecah dan itu membuat Axel melepas tangannya.

"Maksud kamu?" Axel yang masih merasa pusing seamkin bertambah heran dengan semuanya. Kemudian Axel memijit keningnya.

Tak menghiraukan pertanyaan Axel, Raya berlari sambil menahan rasa sakit dibagian area sensitivenya. Membuka pintu kamar dan menguncinya. Raya nangis dengan badan tersungkur dilantai.

Axel mengetuk pintu kamar Raya meminta penjelasan. Raya memukul lantai dan meminta Axel pergi dibalik pintu yang tetap terkunci itu.

Suara bel rumah yang berbunyi berkali-kali menggangu Axel yang sedang bersiap akan kuliah. Axel bingung dan mengingat-ingat menaruh kunci dimana.

Mamah Axel menelpon dengan segera Axel mengangkat telpon.

"Lama bangat sih, buka pintunya!" omel nyonya Amel disebrang sana.

"Kuncinya nggak ada Mah," jawab Axel bingung.

"Raya mana emangnya,"

"Nggak tahu Mah. Dari pagi dia di kamar nggak mau keluar. Aku sarapan aja nyari sendiri untung ada roti tawar,"

"Apa! Benar-benar itu anak. Sudah soal Raya ntar itu urusan Mamah. Sekarang kamu ambil kunci serep di kamar Mamah. Dilaci lemari baju main ya,"

"Yang mana sih Mah,"

"Yang dekat pintu kamar mandi,"

"Ok,"

Bu Amel mematikan semua lampu yang semuanya masih menyala setelah masuk rumah. Memesan makanan lewat online dan mulai menaiki tangga.

"Raya ... Raya, buka pintunya!"

Tak ada sahutan apalagi dibuka. Bu Amel kembali mengetuk dan semakin kencang ketukannya.

"RAYA!" jerit Bu Amel karena kesal tak ditanggapi.

Mendengar kebisingan Axel menghampiri. Bu Amel meminta Axel agar mendobrak pintu. Tanpa membantah sedikit pun Axel berusaha mendobrak.

Pertama tidak berhasil, kedua juga sama saja dan diusaha yang ketiga akhirnya pintu terbuka lebar. Raya yang meringkuk dilantai dengan rambut acak-acakan terlihat sangat kacau.

Bu Amel memerintah Axel untuk memindahkan badan Raya dikasur. Menelpon dokter pribadi dan memintanya supaya ke rumah.

"Dibawa kerumah sakit aja ya!" perintah dokter setelah memeriksa Raya.

"Iya dok. Apa sakitnya parah,"

"Di rumah sakit aja nanti saya jelaskan. Sekalian akan dicek. Kalau dirumah sakit kan ada alatnya,"

Bu Amel kembali keluar karena Raya yang masih terdiam dengan tatapan kosong tak bisa diajak bicara sedikit pun. Bahkan Bu Amel berniat memberinya minum dengan mengarahkan sedotan ke mulutnya tapi, Raya tetap diam.

"Raya kenapa Xel?"

"Mana Axel tahu Mah," sahut Axel dengan mulut yang penuh makanan.

"Bi Nasmi belum pulang aja lagi. Gini Xel kamu telepon Oma, minta satu asisten rumah tangga buat gantiin bi Nasmi paling dua hari aja. Bi Nasmi kan sedang ngehadirin pernikahan ponakannya itu. Mamah gak bisa nanganin rumah sendiri. Kan Raya nya lagi kurang sehat,"

Bu Amel kembali lagi ke kamar Raya. Lalu memanggil Axel agar sehari ini aja untuk tidak kuliah dulu.

"Emangnya kenapa?"

"Kita harus segera bawa Raya ke rumah sakit!"

"Iya Mah,"

Raya menjerit dan mendorong Axel saat hendak mengangkat Raya. Axel dan Bu Amel kebingungan mereka saling menatap.

"Pergi, pergi, pergiii!" bentak Raya dengan jari telunjuk tertuju ke Axel.

Bu Amel menatap nyalang Axel dan menarik lengannya keluar kamar.

"Apa yang udah kamu lakuin Xel?" curiga Bu Amel seraya memberi tatapan penuh amarah.

"Apa sih Mah, aku nggak ngelakuin apa-apa," kilah Axel.

"Semalam kamu minum?"

"Hee, iya Mah. Habisnya dipaksa Edward Mah. Pesta untuk memeriahkan kembalinya Edward ketanah air,"

Bu Amel terdiam. Memindai Axel dari ujung rambut hingga kakinya. Lalu meminta Security masuk dan membawa Raya.

Tak membuahkan hasil. Raya tetap menjerit ketakutan. Hingga Bu Amel berinisiatif meminta tolong tetangga yang perempuan untuk membopong Raya.

Berkat bantuan tetangga akhirnya raya berhasil masuk mobil. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan Bu Amel sendiri yang membawa mobil.

Axel diperintahkan menjaga rumah sampai orang yang akan menggantikan bi Nasmi tiba.

Raya diperiksa dan diam saja. Bu Amel mulai menitikkan air mata. Rasa bersalah kian menjalar diseluruh aliran tubuhnya.

Bu Amel menutup mata lama, setelah tahu bahwa Raya korban tindakan asusila. Bu Amel meraup wajah kasar dan gelisah luar biasa.

"Apa yang harus aku katakan sama Ayahnya Raya," lirih Bu Amel sambil terus memijit kening sendiri.

Setelah berhasil membawa Raya pulang lagi ke ruamg. Bu Amel berjalan ke ruang kerja suaminya yang sedang ke luar negeri itu.

Membersihkan debu yang mulai membandel. Padahal baru dua hari ditinggal sang pemilik untuk mengibarkan sayap perusahaan ke kancah internasional.

Bu Amel lalu membuka laptop dan menyetel hasil cctv dari kemarin. Bu Amel membuka mata lebar dan juga mulut saat melihat.