Chapter 44 - Ibu (3)

Maryam memeriksa panas di dahinya dengan menggunakan telapak tangannya. Meski dia tidak tahu pasti berapa panas tubuhnya, tapi dia merasa bahwa panasnya telah menurun dari sebelumnya.

Dia merasa tidak enak, karena telah membuat anaknya sendiri khawatir dengan kondisi tubuhnya yang tiba-tiba jatuh sakit. Dia bahkan sampai membuat teman baik anaknya, Rio, sampai repot mengurus dirinya.

Belum lagi dia juga harus mengambil cuti dari perkerjaannya di toko. Dia hanya bisa berharap Pak Burhan tidak dibuat repot dengan ketidakhadirannya di toko. Meski saat dihubungi tadi, Pak Burhan nampak tidak masalah dengan izin tidak masuknya, tapi bisa saja itu hanya karena Pak Burhan tidak ingin membebani pikiran Maryam.

Maryam segera menggelengkan kepalanya. Jika Pak Burhan memang tidak ingin Maryam terlalu memikirkan masalah toko, seharusnya dia juga tidak boleh mengisi kepalanya dengan masalah itu. Dia hanya perlu fokus untuk menyembuhkan dirinya agar dapat pergi berkerja keesokan harinya.

Langit sudah terlihat sangat gelap saat Maryam melihat ke arah luar jendela, sepertinya sekarang sudah lewat jam makan malam. Maryam kemudian meraih nasi bungkus yang telah dibeli oleh Rio, sebelum dia pergi meninggalkannya.

Dia sebetulnya ingin memberikan uang ganti rugi pada Rio, karena telah menggunakan uangnya untuk membelikan makanan untuknya, tapi teman baik anaknya itu tidak mau menerima uangnya dan hanya pergi begitu saja. Dia tidak tahu urusan macam apa yang perlu dilakukan olehnya, tapi dia berkata akan kembali lagi ke sini untuk memeriksa keadaannya.

Sebetulnya Rio tidak perlu melakukan hal tersebut, karena dia hanya demam biasa dan tidak berbahaya baginya, tapi karena dia mengatakan bahwa dia juga ingin bertemu dengan Arya dan bermain dengannya, maka Maryam tetap mengizinkan anak itu untuk kembali ke rumahnya. Dia tidak bisa mengusir teman anaknya, apalagi jika temannya sangat baik.

Meskipun kurang nafsu makan, Maryam pada akhirnya menghabiskan semua isi nasi bungkusnya, sebelum dia meminum obatnya. Setelah itu, dia membuang sampai bekas nasi bungkusnya di tempat sampah yang berada di dapur.

Saat dirinya akan melangkahkan kakinya kembali ke kamarnya, dia tiba-tiba saja merasakan firasat yang sangat buruk. Dia tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba merasakan hal tersebut, padahal beberapa saat yang lalu dia tidak merasakan hal seperti ini.

Dia memang berada di rumah sendirian, tapi hal tersebut tidaklah membuatnya takut, meski harus dia akui bahwa dia sedikit merasa kesepian. Dia memeriksa sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada masalah di dalam rumahnya.

Maryam selalu menghidupkan lampu di rumahnya, jadi rumahnya tidaklah begitu menakutkan dan dia bisa memeriksa sekeliling dengan lebih mudah. Dia biasanya akan mematikan lampu rumahnya, sebelum dia pergi tidur, tapi biasanya dia tetap membiarkannya menyala saat Arya belum pulang ke rumah agar Arya tidak kesusahan berjalan di dalam rumah saat dia baru kembali nanti.

Karena dirinya tidak menemukan adanya keanehan di dalam rumahnya, dia merasa bahwa firasat buruk yang dia rasakan datang dari luar, jadi Maryam memberanikan dirinya untuk melangkah ke pintu depan untuk melihat apakah ada seseorang di luar sana.

Saat dia memeriksa bagian luar rumahnya, dia dapat melihat lingkungan sekitar rumahnya yang terlihat sangat sepi. Maryam merasa aneh dengan suasana di sekitar rumahnya, meskipun ini sudah malam hari, tapi ini masih belum begitu larut malam, jadi seharusnya ada orang yang lalu lalang di jalan atau sedang beraktivitas di luar rumah mereka, tapi dia tidak bisa melihat siapapun.

Grrrrzzzz!!!

Tiba-tiba saja Maryam mendengar suara guntur yang membuatnya sangat terjekut di kejauhan, lalu diikuti dengan angin kencang yang melanda dirinya. Sepertinya cuaca hari ini akan segera berganti menjadi cuaca yang buruk.

Maryam mengkhawatirkan keadaan Arya yang belum pulang dari tempat kerjanya. Bagaimana cara anaknya pulang nanti, jika hujan lebat melanda? Apakah Arya memiliki uang untuk membeli payung untuk melindungi dirinya atau memiliki teman yang bisa meminjamkan payung untuknya. Dia hanya bisa memohon supaya anaknya baik-baik saja di luar sana.

Rintikan air mulai jatuh dari langit yang menandakan sebentar lagi akan hujan. Maryam segera masuk ke dalam rumahnya, sebelum hujan semakin membesar, tapi begitu dia menutup pintu rumahnya, tiba-tiba saja seluruh lampu di rumahnya mati secara bersamaan.

Maryam hanya bisa memikirkan satu hal yang dapat membuat hal ini dapat terjadi, yaitu mati listrik. Maryam tidak yakin penyebab pemadaman listrik, apakah itu karena cuaca yang sedang buruk atau karena adanya kerusakan pada tiang listrik di suatu tempat, tapi yang jelas sekarang suasana di rumahnya semakin terlihat menakutkan. Apakah ini firasat buruk yang dia rasakan tadi? Maryam tidak dapat berhenti memikirkan hal tersebut saat dia berjalan dengan perlahan menuju kamarnya untuk mengambil lampu senter yang berada di laci dapur.

Saat Maryam tengah berjalan dengan perlahan sambil meraba dinding, dia tiba-tiba saja merasakan kehadiran orang lain yang berada di ruangan yang sama dengan dirinya. Seharusnya hanya ada dirinya sendirian di rumahnya, karena Arya saat ini sedang berkerja dan teman baiknya sudah pergi ke suatu tempat dan belum kembali. Lalu siapa orang yang dia rasakan tadi?

"Siapa di sana!?"

Maryam berteriak di dalam rumahnya sendiri untuk memanggil seseorang yang tidak dia ketahui apakah ada di dalam rumahnya atau tidak. Setelah menunggu beberapa saat, Maryam tetap tidak mendengar jawaban apapun. Apakah tadi itu hanya perasaannya saja? Pikir Maryam dalam hatinya.

Maryam kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya, tapi tiba-tiba saja dia mendengar sesuatu bergerak di dalam kegelapan.

"Siapa!?"

Keheningan kembali menyelimuti seluruh isi ruang keluarga di dalam rumahnya, setelah Maryam berteriak. Sejujurnya keheningan yang dia rasakan saat ini tidak membuatnya tenang sama sekali, dia malahan merasa sangat ketakutan dengan keheningan yang dia rasakan.

Mungkin itu hanya perasaan takut yang timbul saat sendirian di tempat yang gelap. Maryam meyakinkan dirinya bahwa itulah hal yang sebenarnya terjadi. Setelah mencoba menenangkan dirinya yang ketakutan, Marya kembali melangkahkan kakinya, tapi sekali lagi dia mendengar suara lainnya selain langkah kakinya di dalam rumahnya.

Maryam bukanlah orang yang percaya dengan keberadaan hantu dan sejenisnya, tapi suasanan menakutkan di rumahnya membuat dirinya mulai percaya akan hal tersebut. Kaki Maryam mulai gemetaran saat merasakan ketakutan yang semakin menjalar ke dalam tubuhnya, meski begitu, Maryam tetap mencoba melangkahkan kakinya ke dapur. Jika dia bisa mendapatkan lampu senternya, dia pasti bisa mengusir rasa takutnya saat ini.

Begitu sampai di dapur, tangannya langsung meraih laci terdekat yang bisa dia raih. Maryam bisa merasakan tangannya bergetar dengan hebat saat dia membuka laci tersebut. Sangat tidak beruntung baginya, karena dia tidak bisa menemukan lampur senter yang dia cari di laci pertama, jadi dia memeriksa laci di sampingnya.

Maryam dapat merasakan setiap getaran dari tangannya, setiap kali dia menyentuh benda-benda yang berada di dalam laci. Sungguh suasana di rumahnya sendiri benar-benar membuatnya ketakutkan. Apakah Arya akan tertawa saat melihat Ibunya bertingkah seperti ini?

Maryam kemudian menemukan lampu senter yang dia cari-cari, setelah meraba-raba isi laci dengan kedua tangannya. Napas lega berhembus keluar dari dalam mulutnya.

Maryam menghadap ke arah kanannya, sebelum dia menyalakan lampu senter di tangannya. Cahaya terang keluar dari lampu senter di tangannya, tapi sayangnya dia tidak bisa bernapas lega seperti sebelumnya, karena dia melihat sesuatu yang aneh di depannya menggunakan cahaya itu.

Ada seekor serigala besar di depan dirinya, tapi serigala itu nampak sangat aneh, karena dia dapat berdiri dengan kedua kakinya dan nampak sangat besar. Maryam hanya bisa menahan napasnya tanpa bisa mengeluarkan kata-kata apapun saat melihat mahluk itu.

Sedetik kemudian dia merasakan tangan raksasa yang mencengkram kepalanya dan menutupi seluruh penglihatannya. Apa yang terakhir kali dia rasakan sebelum kesadarannya menghilang adalah sesuatu yang sangat besar menembus perutnya dengan sangat mudah. Seperti penusuk tahu dengan sumpit.

Tubuh lemasnya jatuh ke atas lantai dengan benda berwarna merah yang membahasi seluruh lantai dimana tubuhnya tergeletak lemas. Tak berapa lama kemudian, Maryam sudah tidak bisa menghembuskan napas apapun dari sistem pernapasannya.