Chapter 46 - Hujan

Arya terus berjalan dengan tubuh serigala besarnya di bawah guyuran hujan. Seluruh bulu di tubuhnya sudah basah kuyub karena tertimpa air hujan yang dingin. Sejujurnya Arya merasa kesakitan setiap kali dia berjalan, karena bulu ditubuhnya yang semakin terasa berat dan juga perasaan di hatinya yang semakin tak beraturan.

Arya sebenarnya ingin mengejar pelaku pembunuhan Ibunya, tapi dirinya tidak bisa mencium bau milik pelaku tersebut di bawah guyuran hujan yang semakin deras ini. Padahal hidungnya masih ingat betul bau milik si pelaku, tapi kenapa dia tidak bisa mencium sedikitpun bau milikinya. Seharusnya hidungnya lebih tajam dari serigala kebanyakan, karena dia adalah monster serigala. Kenapa kekuatan monsternya malah tidak bisa digunakan di saat seperti ini? Arya tidak bisa berhenti merasa kesal dan kecewa dengan dirinya sendiri.

Untuk apa dia memiliki kekuatan yang luar biasa, jika dia justru tidak bisa menggunakan kekuatan tersebut untuk melindungi orang-orang yang dia sayangi. Dia baru saja kehilangan orang yang paling disayanginya di dunia ini, tapi mengapa dia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Dia hanya bisa berjalan dengan lemah dengan keempat kakinya.

Arya melihat pantulan dirinya di genangan air yang terbentuk dari air hujan. Meskipun tetesan hujan membuat pantulan dirinya menjadi tidak begitu jelas, tapi Arya masih bisa melihat betapa menyedihkannya sosok monster yang dia miliki saat ini. Bahkan genangan air masih bisa memperlihatkan air matanya yang keluar dari mata tajam serigalanya.

Arya melihat ke sekelilingnya untuk melihat jalan mana yang harus dia pilih. Arya tidak tahu kemana dia harus pergi dan apa yang harus dia lakukan, jadi dia hanya akan memilih jalan yang terlihat paling sepi.

Arya melangkahkan kakinya sambil mengendus-endus jalanan. Kemampuan penciumannya dapat membantunya untuk mengetahui apakah ada manusia atau mahluk hidup lainnya yang mendekatinya, jadi dia dapat menghindari mereka, sebelum mereka melihatnya.

Tapi saat dia baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba kaki kanan belakangnya tiba-tiba terjatuh dan nampak lemas. Arya kemudian melihat ke arah kakinya. Darah nampak keluar dari kakinya kanannya.

Setelah menyadari luka tersebut, Arya baru sadar bahwa kakinya memang terasa sakit sedari tadi. Semua isi kepalanya membuatnya tidak sadar dengan luka yang dia alaminya sendiri. Luka itu pasti berasal dari saat dia mencoba melarikan diri dari ATS di rumahnya sendiri.

Lukanya tidak nampak menutup meskipun biasanya saat dia mendapatkan luka, maka lukanya akan sembuh dalam hitungan beberapa detik atau menit saja. Apakah ATS menggunakan peluru khusus yang menyebabkan lukanya tidak bisa disembuhkan dengan cepat? Mereka memang pasukan khusus yang dibuat untuk menangani mahluk seperti Arya, jadi wajar saja jika mereka memiliki persenjataan yang dapat melukainya secara permamen.

Arya memutuskan menyeret kakinya yang terluka ke dalam area yang tertutup bayangan hingga dirinya tidak mudah terlihat oleh orang lain. Arya tidak tahu harus melakukan apa jika ada seseorang yang melihat dirinya dalam wujud serigala, tapi dia juga tidak bisa pergi kemanapun dengan kaki yang terluka. Dia hanya berharap bahwa kakinya bisa sembuh, meski hanya sedikit, agar dia bisa pergi ke tempat yang lebih sepi dan aman dari tempatnya berada saat ini.

Arya meringkukan tubuhnya seperti anjing yang dibuang oleh pemiliknya di pinggir jalan. Jika ukurannya lebih kecil, maka mungkin orang-orang akan salah menyangkanya sebagai anjing jalanan.

"... ibu...."

Arya memanggil Ibunya. Rasa sedih kembali menusuk hatinya. Dia tahu bahwa Ibunya tidak akan pernah datang menghampirinya, bagaimanapun dia memanggil namanya, tapi Arya tetap ingin memanggil dirinya.

Dia kembali mengingat senyuman yang selalu Ibunya berikan padanya setiap hari saat dirinya akan berangkat kuliah untuk memberikannya semangat. Arya jadi sadar bahwa sejak dia berubah menjadi mahluk lain, Arya tidak pernah melihat ke arah wajah Ibunya dengan benar dan melihat senyumannya itu.

Apakah karena hal itulah yang membuat dirinya harus kehilangan senyuman Ibunya selamanya? Bukankah itu terlalu kejam!? Ibunya tidaklah salah apapun, jadi kenapa dia harus mengalami hal seperti itu?! Arya mengeraskan wajahnya saat memikirkan hal-hal seperti itu. Dia tidak tahan lagi dengan apa yang baru saja terjadi pada Ibunya. Perasaannya yang campur aduk dan tidak stabil membuat dirinya ingin mengamuk dan menghancurkan segala sesuatu di sekitar dirinya.

Tapi pada akhirnya Arya dapat menahan dirinya, dia ingat bahwa saat ini ATS mungkin masih mengejar dirinya. Dia memang sudah kabur cukup jauh dari lokasi rumahnya, tapi Arya ingat bahwa Meister dan yang lainnya pernah mengatakan bahwa mereka memiliki alat untuk melacak dirinya saat menjadi serigala, jadi lebih baik dirinya tidak membuat keribuatan atau dirinya hanya akan membuat dirinya sendiri tertangkap dan terbunuh oleh ATS. Arya hanya bisa menggertakan gigi-gigi tajamnya dan mencakar jalanan dengan cakarnya yang tajam untuk menahan amarahnya.

Arya sebetulnya tidak begitu mempermasalahkan, jika dirinya terbunuh oleh mereka, tapi saat dia memikirkan perasan orang-orang yang dikenalnya saat dirinya meninggal, entah mengapa Arya tidak bisa membawa dirinya untuk menyerahkan hidupnya pada mereka. Terutama saat dia teringat dengan seseorang yang mau marah dan menangis untuknya. Mereka memang baru bertemu, tapi dia entah mengapa sangat peduli pada dirinya.

Saat mengingat tentangnya, entah mengapa Arya mulai merasa lebih tenang. Dia menutup matanya dan merasakan setiap tetesan air hujan yang jatuh menimpa dirinya.

Saat Arya mengingat segala hal terjadi setelah dia bertemu dengan orang itu, tiba-tiba saja tetesan hujan berhenti mengenai kepalanya dan sebagian tubuhnya. Hal itu tentu saja membuatnya kebingungan, maka dari itu Arya membuka matanya dan melihat apa yang terjadi.

"Apa yang sedang kau lakukan? Di tengah hujan seperti ini, kau malah berdiam diri seperti anjing yang tersesat, apa yang kau pikirkan?!"

Seseorang berdiri di depannya sambil memegang sebuah payung yang menutupi kepala dan sebagian tubuh Arya. Meski kata-katanya sedikit kasar, tapi raut wajah khawatir dapat terlihat jelas di wajahnya saat dia bertanya.

Arya nampak sangat terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Arya bahkan tidak merasakan kehadirannya ataupun mencium baunya. Saat Arya memperhatikan baik-baik orang di depannya, Arya menyadari bahwa semua tetesan air hujan menghindar darinya, seperti ada penghalang yang menghalangi air-air itu untuk menyentuh dirinya. Itu pasti karena kekuatannya.

"Kenapa...?"

Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan pada orang di depannya, seperti kenapa dia bisa ada di sini? Kenapa dia tahu bahwa Arya adalah serigala di depannya? Apa yang dia lakukan di sini? Apakah dia mencari-carinya di tengah hujan? Apakah kau mengetahui apa yang baru saja terjadi? Dan banyak pertanyaan yang menumpuk lainnya, tapi Arya hanya bisa mengatakan satu kata itu.

"Kenapa? Apa maksudmu!? Kenapa Aku ada di sini? Kenapa Aku tahu kau itu Arya? Atau apa? Katakan dengan jelas!"

Kata-kata yang kasar. Yah, Arya tidak mengharapkan orang di depannya untuk mengeluarkan kata-kata penghibur, meskipun hal yang sangat buruk baru saja terjadi padanya. Mungkun kata-kata kasarnya lebih cocok untuk menghiburnya dari pada omong kosong, seperti kau akan baik-baik saja atau Aku akan selalu ada untukmu apapun yang terjadi.

Arya mengalihkan pandangannya dari orang di depannya, tapi orang di depannya malah berjongkok untuk mendekatkan dirinya pada Arya.

"Apakah kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"

"Mengatakan apa?"

Arya tidak tahu apa yang harus dia katakan situasi saat ini, bahkan dia tidak tahu apapun yang sebaiknya dia lakukan. Apa yang sebenarnya orang itu inginkan dari Arya di situasi seperti ini?

"Seperti tolong Aku! Atau bisakah kau membantuku?"

Arya terdiam sejenak. Apakah sebaiknya dia meminta bantuan padanya? Apakah dia memang membutuhkan bantuan? Pertanyaan seperti itu bermunculan di kepala Arya. Ada banyak hal di dalam kepala Arya saat ini, jadi dia tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Memangnya apa yang bisa kumintai bantuan? Dan apa yang bisa kau lakukan untukku?"

"Entahlah... memangnya apa yang ingin kau lakukan? Kita bisa memikirkan caranya, setelah kau tahu apa yang kau inginkan!"

Arya terdiam. Dia sebetulnya tahu apa yang dia ingin lakukan, tapi apakah dia bisa mengatakannya pada orang di depannya secara terang-terangan? Apakah akan baik-baik saja, jika dia mengatakannya? Setelah berpikir selama beberapa saat, Arya akhirnya membuka mulutnya.

"Aku ingin balas dendam!"

Suasana kembali hening. Hanya suara tetesan hujan yang dapat terdengar di sekeliling mereka. Orang itu menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat dimengerti oleh Arya.

"Apakah itu yang sunguh-sunguh kau inginkan?"

"Hn!"

Setelah beberapa saat terdiam, orang di depannya akhirnya kembali membuka suaranya, Arya hanya menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari orang itu. Arya sadar bahwa apa yang dia katakan bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan, jadi wajar bila orang tersebut ragu-ragu saat menanyakan keputusan Arya.

"Kalau itu yang memang kau inginkan, mungkin Aku bisa sedikit meminjamkan kekuatanku padamu!"

Meskipu begitu, orang di depannya tidak nampak ingin menceramahinya. Dia hanya mengelus bulu-bulu Arya yang sudah basah kuyup karena terkena air hujan dengan satu tangannya yang tidak memegang payung.

"Apakah kau bisa kembali ke wujud manusiamu?"

"Aku tidak tahu..."

Arya bahkan tidak yakin kenapa dia bisa berubah secara sepenuhnya menjadi serigala, jadi mana mungkin dia tahu caranya kembali ke wujud manusianya. Mungkin jika dia kehabisan tenaganya, dia akan kembali ke wujud manusianya? Atau mungkin dia harus melakukan menenangkan hatinya terlebih dahulu?

"Bagaimana kalau sekarang?"

Tiba-tiba saja orang itu memeluk tubuh serigalanya dengan tubuhnya yang kecil. Dia melepaskan payung yang menutupi bagian kepala Arya dan membiarkan payung tersebut terbang terbawa oleh angin.

Meskipun tidak ada benda apapun yang melindungi mereka, tapi tidak ada satupun tetesan hujan yang mengenai mereka. Sepertinya orang yang sedang memeluknya sedang menggunakan kekuatannya agar mereka tidak kebasahan.

Pelukan hangat yang diberikan oleh orang itu membuat perasaannya menjadi lebih tenang. Perlahan-lahan, Arya mulai kehilangan semua kekuatan di dalam tubuhnya dan tenggelam dalam pelukannya, lalu tubuhnya juga mulai kehilangan bulu-bulu lebatnya dan kembali menampakan wujud manusianya.

Arya kemudian kehilangan kesadarannya dalam pelukan hangat yang sangat sederhana, tapi mampu menyelamatkan dirinya.