Semua orang terkejut saat mendengar perkataan Roy, bahkan Ageha yang tadi sempat menahan tawanya, sekarang telah berhenti.
"Kau ingin melatihnya? Bagaimana?"
Roy tidak menjawab pertanyaan Ageha, dia hanya mengalihkan pandangan kepada Meister yang juga balas menatapnya.
"Ada apa?"
"Apakah Aku boleh meminjam ruangan itu?"
Arya memiringkan kepalanya karena bingung. Selain Arya, semua orang nampak langsung mengerti apa yang dibicarakan oleh Roy, jadi itu pasti adalah ruangan yang sudah diketahui semua orang selain dirinya.
"Apa kau yakin? Memangnya buat apa kau menggunakan ruangan itu?"
"Karena ruangan itu adalah yang teraman dan mudah dibersihkan."
"Tidak, Aku bertanya apa yang ingin kau lakukan di ruangan itu? Bukan kenapa kau memilih ruangan itu! Aku tahu jika ruangan itu mungkin memang ruangan teraman, tapi kenapa kau perlu ruangan yang mudah dibersihkan? Sejujurnya Aku khawatir tentang rencanamu!"
"Itu untuk latihan!"
"Sudah kukatakan, latihan macam apa yang kau ingin lakukan di ruangan itu!?"
Roy benar-benar payah dalam menjelaskan sesuatu, hal itulah yang membuat Meister menjadi semakin khawatir. Dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh orang itu.
"Aku ingin membuatnya sadar betapa lemahnya dirinya!"
"Sekarang kau malah berkata terus terang! Apakah kau benar-benar ingin menghancurkan hatinya?"
"Bukan begitu..."
Sepertinya Roy tidak berniat untuk memberitahunya latihan apa yang akan dia berikan pada Arya, jadi Meister hanya mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. Sepertinya dia memang harus memberikan izin pada Roy untuk menggunakan ruangan itu, jika dia ingin mengetahui latihan apa yang ingin diberikan oleh Roy.
Sementara itu, Arya yang merasa sedikit tersinggung dengan ucapan Roy tadi, hanya mengalihkan padanya ke arah Ageha sambil menyembunyikan perasaan tersinggungnya. Dia mungkin tidak akan mendapatkan jawaban jika bertanya pada Roy, jadi Arya memutuskan untuk bertanya saja pada Ageha yang mungkin juga mengetahui jawaban dari pertanyaannya.
"Sebetulnya ruangan apa yang dibicarakan oleh Roy tadi?"
"Oh, kalau soal itu... mungkin lebih mudah untuk menjelaskannya jika kau sudah melihat ruangan tersebut... tapi kurasa kau bisa menyingkat ruangan itu sebagai tempat latihan yang mirip dengan penjara!"
"Penjara?"
Arya langsung membayangkan tempat yang dipenuhi oleh jeruji besi, setelah Ageha memberikan penjelasan tersebut padanya. Apakah tempat itu adalah penjara bekas yang sudah tidak dikunjungi lagi? Tapi apakah ada tempat seperti itu di kota ini? Meskipun Arya sudah sejak lahir tinggal di kota ini, tapi dia tidak pernah mendengar tempat seperti itu di sekitar sini.
"Arya, Aku akan memberikan izin untuk menggunakan ruangan itu agar kau bisa berlatih... kau hanya perlu mengikuti Ageha dan Roy untuk mencapai ruangan itu... sayang sekali, Aku tidak bisa ikut dengan kalian, karena Aku masih perlu mengawasi situasi di luar sana, jadi Aku harap Aku bisa mendengar cerita tentang latihanmu, setelah kau selesai berlatih!"
"Ya, Aku mengerti..."
Meski Arya tidak sepenuhnya paham apa yang dikatakan oleh Meister, dia memutuskan hanya menganggukan kepalanya dan menuruti apapun yang direncanakan oleh mereka. Bagaimanapun dia tidak memiliki banyak pilihan di situasi seperti ini.
Setelah itu, Roy berjalan ke arah dapur, lalu diikuti oleh Ageha. Sedangkan Arya melihat ke arah Meister untuk memastikan apakah sebaiknya dia mengikuti mereka. Meister memberikan isyarat dengan tangannya untuk menyuruh Arya mengikuti mereka. Arya menganggukan kepalanya, sebelum akhirnya dia berjalan menyusul Roy dan Ageha.
Roy berdiri di depan sebuah lemari es yang berukuran cukup besar, lalu menggeser lemari es yang berukuran sangat besar itu dengan sangat mudah. Arya tidak begitu terkejut melihat hal tersebut, karena dia sudah menduga jika pria sebesar Roy pasti memiliki kekuatan yang jauh lebih besar darinya, belum lagi Roy juga bukanlah manusia biasa sama seperti Arya, jadi wajar bila dia bisa menggerakan lemari es yang lebih besar darinya itu tanpa masalah apapun.
Setelah itu Roy mengesek bagian lantai di bawah lemari es tersebut. Arya menggelengkan kepalanya saat melihat aksi Roy yang menggesek lantai tersebut. Arya menduga bahwa dia sedang mencoba mencari pintu menuju ruang rahasia di bawah sana, tapi bukankah Roy terlalu lama menggesek lantai tersebut.
"Jika kau tidak bisa membukanya, biar Aku saja yang melakukannya!"
"Maaf!"
Ageha mengambil alih posisi Roy yang sebelumnya. Dia kemudian menggunakan kekuatan anginnya, lalu membuat lantai di depannya terangkat. Arya bisa melihat tangga menuju ruang bawah tanah.
Arya mungkin saja tidak akan menemukan jalan rahasia tersebut, jika mereka berdua tidak menunjukan jalannya, karena lantai di bawah kakinya dan lantai yang terangkat tadi memiliki pola bergaris yang membuat pinggirannya tersamar dengan baik pada lantai lainnya.
Arya dapat melihat dengan cukup baik pada anak tangga yang seharusnya tertutup kegelapan. Kemampuan matanya sepertinya cukup baik, meskipun dia berada di ruangan yang sangat gelap sekalipun.
Meski begitu, sepertinya hal tersebut tidak begitu berlaku pada Ageha dan Roy, karena mereka telah membawa senter di tangan mereka untuk menyinari jalan. Sepertinya senter itu terletak di dalam dapur, karena Arya sama sekali tidak menyadari kapan mereka mengambilnya saat dirinya tengah menatap anak tangga.
Roy adalah orang yang pertama kali memasuki jalan tersebut, diikuti oleh Ageha, lalu yang terakhir adalah Arya. Meskipun penerangan mereka hanya dari cahaya senter yang tidak begitu baik, tapi Arya bisa dengan jelas melihat jalanan di depannya seperti saat tengah hari. Meski sebetulnya tidak sebagus siang hari, tapi dirinya tetap tidak menemukan masalah apapun saat melihat ataupun berjalan.
Setelah menuruni tangga cukup jauh, akhirnya Arya dapat menemukan jalanan lurus. Arya mencoba untuk mencari ujung jalan tersebut, tapi sayangnya meskipun dengan bantuan senter dan matanya yang tajam, dia masih tidak bisa melihat ujung jalan tersebut, karena kegelapan di tempat itu sangatlah pekat.
Arya tidak yakin kemana mereka akan membawa dirinya, tapi dia tahu bahwa tempat itu tidak akan berada di bawah atau di sekitar Cafe.
Tanpa mengatakan apapun, Roy kembali memimpin jalan. Ageha yang biasanya suka membuka mulutnya, tapi entah kenapa dia saat ini tidak mengeluarkan suara apapun. Apakah suasana di sekitar mereka membuatnya tidak ingin berbicara atau dia tidak memiliki topik apapun untuk dibicarakan pada Arya dan Roy yang bertipe pendiam.
Setelah berjalan cukup jauh, Arya dapat melihat pintu raksasa yang terbuat dari baja. Meskipun dia belum mengetes kekuatan dari pintu tersebut, tapi Arya yakin bahwa pintu itu sangatlah kuat dan sulit untuk ditembus oleh manusia biasa. Arya bertanya-tanya, ada apa di balik pintu yang sangat besar itu.
"Apa kau tertarik dengan apa yang ada di balik pintu ini?"
Setelah sekian lama tak membuka mulutnya, Ageha akhirnya mengeluarkan suara. Arya meliriknya sedikit, sebelum memberikan jawabannya.
"Sedikit..."
Pada akhirnya Arya akan melihat isi di balik pintu tersebut, jadi dia tidak perlu terlalu penasaran. Ditambah lagi, Arya juga sudah tahu jika di balik pintu itu adalah tempat yang bisa Arya gunakan untuk berlatih.
Roy kemudian menggeser pintu tersebut dengan tangan kosongnya. Arya kali ini tidak bisa tidak terkejut. Arya tidak menyangka bahwa pintu itu tidaklah terkunci sama sekali dan Roy bisa dengan mudah menggeser pintu baja yang sangat tebal tersebut.
Saat pintu itu tertutup, Arya tidak bisa melihat ketebalan dari pintu itu, tapi setelah pintu itu bergeser, Arya dapat melihat bahwa ketebalan dari pintu itu tidaklah kurang dari 1 meter. Ini adalah pertama kalinya melihat ada pintu baja yang setebal itu. Apakah ada pintu baja yang lebih tebal dari pada pintu di depannya? Arya tidak bisa berhenti memikirkan hal itu, setelah melihat pintu di depannya.
"Sepertinya bahkan dirimu akan terkejut, jika melihat pintu seperti itu, ya... kurasa kita tidak memerlukan kunci sedikitpun, jika kita memiliki pintu yang seberat itu!"
"Kurasa kau benar!"
Setidaknya Arya tahu bahwa tidak akan ada manusia normal yang dapat menggeser pintu itu, jadi tidak mungkin pintu itu dapat terbuka tanpa bantuan mahluk seperti Roy. Arya tidak yakin jika dirinya bisa menggeser pintu tersebut, bahkan dengan kekuatannya saat ini yang sudah melebihi manusia biasa.
"Ayo masuk!"
Ageha mengajak Arya masuk, setelah melihat Roy sudah mendahului mereka. Arya hanya menganggukan kepalanya, sebelum menyusul mereka.
Ageha menghidupkan lampu di ruangan tersebut dengan menekan beberapa tombol yang berada di samping pintu masuk. Meskipun sudah diterangi oleh beberapa lampu, tapi ruangan itu tidak sepenuhnya terang. Untung saja mata Arya sangatlah bagus, jadi dia dapat melihat seluruh isi ruangan itu dengan sangat baik.
Ruangan itu sangatlah luas, bahkan cukup luas untuk menjadi tempat penampungan saat bencana alam berlangsung. Arya menebak bahwa ruangan itu dibuat untuk berbagai tujuan, karena dia bisa melihat beberapa barang yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di dalam ruangan itu, seperti meja, bangku, peralatan makan dan lain sebagainya. Arya bahkan bisa menemukan cukup banyak rak yang berisi berbagai macam buku.
"Sepertinya Roy tidak ingin melatihmu di sini, jadi lebih baik kau segera mengikutinya ke ruangan lain!"
Setelah Ageha mengatakan hal tersebut, Arya dapat melihat Roy yang sudah berjalan cukup jauh dari tempat Arya berdiri. Arya segera berlari untuk menyusulnya.
Roy kemudian memasuki sebuah ruangan yang memiliki pintu yang cukup tebal, meski pintu itu jauh lebih tipis dari pada pintu masuk tadi, tapi Arya yakin bahwa pintu itu juga tetap sangat kuat.
"Lepas bajumu!"
Arya hanya bisa memiringkan kepalanya dengan bingung, setelah mendengar perintah Roy yang mendadak dan terdengar aneh. Kenapa dia tiba-tiba menyuruhnya melepaskan bajunya.
Baju yang saat ini Arya kenakan memang bukan pakaian miliknya, melainkan pakaian yang telah disiapkan oleh Ageha sebelumnya. Arya cukup yakin jika baju yang dia kenakan adalah baju milik Roy, karena dia ingat melihat pakaian yang dia kenakan saat ini mirip dengan yang ada di lemari Roy sewaktu Arya meminjam baju darinya. Meski begitu, bukankah tidak etis jika Roy tiba-tiba meminta balik pakaian yang dia pinjamkan pada Arya di saat Arya tidak memiliki apapun sebagai baju gantinya.
"Arya, sepertinya Roy ingin menggunakan pedangnya untuk melawanmu, jadi kurasa dia tidak ingin merusak baju tersebut saat bertarung denganmu!"
Ageha yang ikut menyusul mereka, menjelaskan apa yang dimaksud oleh perkataan Roy. Arya memperhatikan jika Roy sudah mempersiapkan pedang tiruannya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh Ageha tadi memang benar.
"Apakah Aku perlu melepaskan celanaku!"
"A-Apa yang tiba-tiba kau katakan, bodoh! Tentu saja kau tidak bisa melepaskan celanamu di hadapan seorang wanita!"
Apa yang dikatakan oleh Ageha memang benar. Dia memang tidak mungkin bisa melakukan hal tersebut, meski sebetulnya masalah akan selesai, jika Ageha meninggalkan ruangan tersebut, tapi karena Ageha nampak penasaran dengan apa yang akan Roy lakukan untuk melatih Arya, maka Arya tidak mungkin mengusirnya dari sana.
Arya dengan patuh melepaskan bajunya dan kembali memperlihatkan otot-otot di tubuhnya pada Ageha. Mungkin karena Ageha sudah terbiasa melihat tubuh Arya, makanya wanita itu tidak memiliki reaksi khusus terhadap otot-otot Arya.
Arya dan Roy berdiri saling berhadapan satu sama lain. Arya merubah tubuh bagian atasnya menjadi serigala, setelah dia merasakan bahaya dari pedang yang dipegang oleh Roy. Meskipun Roy mengatakan bahwa itu bukanlah pedang sungguhan, tapi Arya tahu bahwa pedang itu tetaplah mematikan, jika Roy yang memegangnya.
Beberapa saat setelah Arya nampak siap dengan pertarungan mereka, tiba-tiba saja tubuh Roy menghilang, lalu dalam sekejap dia sudah berada tepat di hadapan Arya. Arya bahkan tidak sempat terkejut saat pedang yang dipegang oleh Roy sudah menebas dirinya dan membuat luka menyilang di tubuhnya.
Darah langsung menyemprot keluar dari luka yang dibuat oleh Roy. Darah tersebut hanya mengotori tubuh Arya dan lantai di sekitarnya. Roy tidak terkena sedikitpun cipratan darahnya, karena pria besar itu sudah menjauh darinya.
Arya pada akhirnya hanya bisa jatuh tersungkur tanpa bisa berbuat apapun. Luka yang dibuat oleh Roy sangatlah parah dan cepat sampai-sampai Arya tidak sempat menjerit, sebelum tubuhnya terjatuh, karena kehilangan banyak darah. Setelah dirinya tergeletak di lantai, hanya butuh waktu beberapa detik saja sebelum akhirnya tubuh Arya kembali menjadi normal.
Roy tadi sempat mengatakan pada Meister bahwa dirinya berniat untuk membuat Arya sadar akan betapa lemahnya dirinya. Setelah mengalami kekalahan ini, Arya sadar bahwa dirinya tidaklah lebih dari ikan kecil di kolam yang kecil. Dia sadar bahwa dirinya jauh lebih lemah dari apa yang dia bayangan sebelumnya.