Setelah selesai mengobrol dengan Ageha, Arya berjalan menuruni tangga untuk bertemu dengan Meister, diikuti oleh Ageha yang berjalan di belakangnya. Suasana di antara mereka menjadi agak tidak nyaman, setelah Arya menegaskan jika niatnya untuk balas dendam tidaklah berubah. Ageha memang tidak mengatakan apapun mengenai hal tersebut, tapi Arya tahu bahwa dia tidak menyukai ide tentang balas dendam.
Arya langsung dapat menemukan Meister yang sedang menyapu di Cafe, begitu dia turun ke lantai pertama. Meister menghentikan gerakan menyapunya, begitu melihat keberadaan Arya yang berjalan mendekatinya.
"Oh, Arya... apa kau sudah baikan?"
"Ya, kurang lebih!"
Arya segera mengambil tempat duduk di salah satu bangku di bar, begitu dia selesai memberikan jawabannya. Sedangkan Meister meletakan peralatan menyapunya di gudang penyimpanan alat, sebelum akhirnya mengambil tempat duduk di dekat Arya.
Arya bisa melihat Roy yang duduk di tempat biasanya dia duduk sambil mengawasi sekeliling mereka. Lalu yang terakhir duduk adalah Ageha yang memilih duduk di samping Arya. Meskipun dia belum membuka suaranya pada Arya sejak mereka keluar dari kamar, tapi sepertinya dia tidak masalah berada di dekat Arya.
"Sepertinya kau ingin menanyakan banyak hal padaku, ya?"
"Ya... bisakah kau menjelaskan apa yang terjadi tadi malam?"
Ada banyak sekali yang tidak Arya mengerti, jadi dia ingin mendengar situasi yang terjadi kemarin malam.
"Hmmm... dari mana Aku harus memulainya, ya? Sejujurnya Aku juga tidak begitu mengerti apa yang terjadi, karena kejadian itu begitu tiba-tiba... kurasa pertama-tama Aku akan menjelaskan apa yang terjadi, sebelum Aku mengirim pesan pada Ageha!"
"Waktu itu kau mengatakan bahwa kau mengalami sedikit masalah dan tidak dapat pulang tepat waktu sebelum makan malam, jadi kau menyuruh Aku dan Arya untuk makan duluan, kan?"
Arya tidak pernah membaca pesan tersebut, tapi Arya bisa menebak sebagian besar isi pesan itu. Meister mengalami masalah, dia kemudian meminta bantuan dari Roy, lalu menyuruh Arya dan Ageha untuk makan malam tanpa mereka. Dia mungkin menyuruh mereka melakukan itu, karena dia mungkin tahu bahwa mereka berdua tidak akan pulang dalam waktu yang cepat.
"Begitulah... sebetulnya Aku tidak ingin melibatkan kalian dalam masalah itu, terutama Arya, tapi sayangnya keputusanku malah membuatmu kehilangan sesuatu yang sangat berharga."
Jika itu memang untuk kebaikannya, Arya tidak akan menyalahkan Meister atas keputusannya, meski hal itu berakhir buruk untuk Arya.
"Tidak apa-apa, Aku tidak menyalahkanmu!"
"Terima kasih..."
suasana hening untuk sementara waktu, sampai Ageha memecahkan keheningan tersebut.
"Jadi masalah apa yang sedang kau hadapi? Kenapa kau tidak memberitahu kami yang sesungguhnya?"
"Hmm... bagaimana Aku mengatakannya, ya? Sejujurnya Aku pikir itu bukanlah masalah yang besar, karena Aku pikir itu hanya rumor, tapi sepertinya Aku memang terlalu meremehkan rumor tersebut."
"Rumor? Apa yang sedang kau bicarakan?"
"Saat Aku sedang berbelanja kemarin, Aku tiba-tiba mendengar rumor bahwa ada seekor serigala yang terlihat di kota... Aku pikir bahwa itu mungkin hanya anjing yang berukuran besar dan bukan serigala asli, tapi Aku ingat dengan cerita Arya tentang seorang wanita yang dapat merubahnya menjadi manusia serigala... jadi Aku memutuskan untuk menghubungi Roy dan menyuruhnya untuk membantuku untuk mencari serigala itu sebelum sesuatu yang buruk terjadi."
"Begitukah? Jadi itulah 'sedikit' masalah yang kau bicarakan... kenapa kau tidak mengatakan hal itu dari awal?"
"Sudah kukatakan bahwa Aku tidak ingin membuat kalian berdua khawatir tentang hal seperti itu, karena itu hanyalah rumor, Aku hanya ingin memastikan bahwa keadaan baik-baik saja, sebelum memberitahukannya pada kalian!"
"Tapi pada akhirnya keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja!"
"Kau benar... maafkan Aku!"
Arya sedari awal memang tidak menyalahkan Meister sedikitpun, jadi Arya tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi permintaan maaf dari Meister. Jadi Arya hanya menggeruk pipinya dengan menggunakan jari telunjuknya dengan perasaan yang canggung untuk sementara waktu.
"Kau tidak perlu meminta maaf, itu bukanlah salahmu!"
"Tidak, izinkan Aku untuk meminta maaf padamu... Aku seharusnya bisa menghindari kejadian yang buruk terjadi, tapi Aku malah membiarkannya terjadi! Maaf!"
Arya melihat ke arah Ageha untuk meminta bantuannya mengatasi Meister. Dia jadi merasa tidak enak dengan pria tua itu, jika dia terus meminta maaf.
"Kau tidak perlu terus meminta maaf, beritahukan saja apa yang terjadi setelah kau mengirimkan pesan padaku!"
"Kau benar, maaf! Aku juga sebaiknya menceritakan bagian itu juga!"
Arya tidak tahu bahwa Meister bisa meminta maaf dengan tulus seperti itu. Meskipun itu adalah pemandangan yang cukup menyegarkan baginya, tapi Arya tidak bisa merasa terhibur sedikitpun. Lidahnya masih merasakan perasaan yang sangat tidak enak dan nyaman.
"Setelah Aku mengirim pesan padamu dan menyuruh Roy untuk pergi mencari serigala itu, Aku secara tidak sengaja menguping pembicaraan dari ATS yang sedang menyamar... sejujurnya saat Aku bertemu dengan mereka, Aku langsung tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres... sepertinya serigala itu memang nyata apa adanya... hal itu menjadi pasti saat Aku mendengar bahwa target mereka yang selanjutnya adalah serigala yang berukuran besar!"
"Aku tidak menyangka kau bisa menguping pembicaraan mereka!"
"Meskipun Aku terlihat seperti seorang badut yang lucu dan imut, tapi sebenarnya Aku sangat ahli dalam menyelinap!"
"Aku akui bahwa kau memang seperti badut, tapi Aku tidak yakin dengan bagian lucu dan imutnya!"
'Jadi kau tidak menyangkal bahwa Meister memiliki kemampuan menyelinap yang baik!'
Arya hanya mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam sejak tadi. Jika Ageha mengakui bahwa kemampuan menyelinap Meister memang bagus, maka Arya bisa berasumsi bahwa Meister memang ahli dalam perkerjaan itu.
"Lalu apa yang terjadi?"
Setelah mendengar pertanyaan Arya, Meister menampakan wajah menyesal.
"Aku tentu saja segera menghubungi Ageha untuk memberitahukanmu untuk tidak bergerak dari Cafe, tapi nampaknya Aku terlambat memberitahukanmu! Maaf!"
"Kau tidak perlu meminta maaf berulang kali... lagipula tidak hasilnya akan sama saja!"
Meskipun Arya tetap di dalam Cafe, Ibunya tetap akan terbunuh juga pada akhirnya. Meski, mungkin jika Meister menghubunginya saat dia mendengar rumor tersebut, Arya bisa segera pulang ke rumahnya dan melindungi Ibunya. Arya tidak tahu apa hasil akhirnya, jika dia sampai bertemu dengan pembunuh Ibunya waktu itu, tapi setidaknya Arya yakin bahwa kemungkinan Ibunya selamat masih lebih tinggi dari pada jika dia tidak berada di sana.
"Aku tidak menyangka bahwa ATS akan menyerang rumahmu... sungguh sebuah tragedi yang tidak disangka-sangka!"
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Meister, Arya merasa ada yang tidak beres. Mungkin itu hanya perasaannya saja, tapi lebih baik dia menanyakannya.
"Nah, Meister... apakah kau tahu apa yang terjadi di rumahku?"
"Hmm, ada apa? Bukankah Ibumu terbunuh saat ATS menyerang rumahmu?"
"Tidak, bukan itu yang terjadi!"
Mungkin agak meleset sedikit dari perkiraan awal Arya, tapi dia benar, Meister tidak benar-benar mengetahui apa yang terjadi di rumah Arya. Awalnya dia berpikir bahwa Meister tahu bahwa ada manusia serigala yang dia dengar datang menyerang rumahnya, lalu ATS menyerbu rumahnya untuk menyerang manusia serigala itu, meski dia melewatkan beberapa detail kecil sampai Arya harus melarikan diri dari ATS. Tapi dia salah besar, ada yang tidak beres dia dengan cerita Meister.
"Ada apa Arya? Kenapa kau terlihat sangat marah!?"
Meister nampak sangat terkejut, begitu juga dengan Ageha, meski dia tidak mengatakan apapun. Sedangkan Roy yang berada sedikit jauh dari mereka masih nampak tenang seperti biasa.
"Apa kau tahu bagaimana Ibuku terbunuh?!"
"Iya, Aku tahu... kematian Ibumu bahkan masuk berita di koran dan TV... katanya dia terbunuh karena ada hewan buas yang menyerangnya, tapi kami tahu bahwa itu hanya cerita bohong yang dibuat oleh ATS untuk menutupi aksi mereka!"
"Tidak, itu salah... berita itu benar... Ibuku memang terbunuh, karena ada hewan buas yang menyerangnya, tapi bukan hewan buas biasa!"
"Maksudmu?"
"Memang benar, jika ATS menyerang rumahku, tapi itu karena ada mahluk lain yang seperti kita di rumahku! Mahluk itulah yang membunuh Ibuku!"
Mereka semua yang mendengar Arya nampak terkejut. Bahkan Roy yang juga sedikit merubah ekspresi wajah mereka.
"Tunggu, Arya! Jadi maksudmu dengan balas dendam adalah kau ingin balas dendam pada mahluk itu!? Bukan pada ATS?!"
Ageha sekarang nampak yang paling terkejut di antara mereka semua. Di antara mereka bertiga, hanya Ageha yang tahu bahwa Arya berencana untuk balas dendam, sedangkan yang lain mungkin tidak mendengar apapun dari Ageha mengenai hal tersebut.
"Balas dendam? Apa yang sedang kau bicarakan?"
Meister nampak bingung dengan topik pembicaraan yang tiba-tiba diangkat oleh Ageha. Dia tidak pernah mendengar sedikitpun tentang hal tersebut.
"Saat Aku menemukannya kemarin, Aku mendengar bahwa dia ingin balas dendam... awalnya Aku mengira bahwa dia ingin balas dendam pada ATS, tapi Aku ternyata salah sangka!"
"Begitukah... kurasa memang sudah wajar, jika kau ingin balas dendam saat seseorang yang kau cintai dibunuh oleh orang lain... itu memang sudah sering terjadi."
DI luar dugaan Arya, Meister nampak tenang saat mendengar penjelasan Ageha. Sepertinya dia memang sering bertemu dengan orang yang seperti Arya sebelumnya. Tapi bukan itu masalah utamanya saat ini, karena ada hal yang mengganjal di pikiran Arya.
"Nah, Meister... bolehkan Aku menanyakan sesuatu padamu?"
"Apa itu, Arya?"
"Bagaimana kau tahu bahwa rumah yang diserang oleh ATS adalah rumahku?!"
Suasana di sekitar Arya langsung menegang begitu pertanyaannya meluncur dari mulutnya. Tatapan Arya yang tajam juga sangat mendukung suasana tegang tersebut.
"Nah... Arya... mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi apa mungkin kau mencurigai kami?!"
Tanpa basa-basi, Meister mengatakan apa yang dia pikirkan saat mendengar pertanyaan Arya barusan. Dia tidak bisa berpikir bahwa Arya tidak mencurigai mereka saat mendengar suara dinginnya saat menanyakan pertanyaan tersebut.
"Ya, itu benar!"
Dan Arya tanpa ragu-ragu sedikitpun mengakuinya.