Suasana semakin menegang setelah Arya mengeluarkan pernyataan bahwa dia mencurigai mereka. Mata Arya saat ini telah berubah seperti mata serigala dan tengah menatap tajam pada Meister yang duduk di sebelahnya.
"Arya, apa kau benar-benar tahu apa yang kau katakan tadi?!"
"Ya, Aku sadar!"
Meister nampak menghela nafasnya saat berhadapan dengan tuduhan Arya. Dia tidak nampak terancam atau terintimidasi sedikitpun, meskipun Arya saat ini menatapnya dengan tatapan tajam yang menakutkan.
"Sebetulnya apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
"Kau bisa jelaskan dulu, kenapa kau tahu itu adalah rumahku?"
"Jika kau bisa berpikir dengan tenang, maka jawabannya sederhana... Aku hanya mengikuti para ATS, lalu mengawasi tempat tujuan mereka dari jauh... Aku juga telah melihat seekor serigala yang kabur dari rumah itu dengan sangat cepat... Aku sudah tahu bahwa kau adalah manusia serigala, jadi kurasa aman jika Aku berasumsi bahwa itu adalah dirimu, jadi kurasa kau tidak mungkin keluar dari rumah yang bukan rumahmu... kurasa begitulah alasan kenapa Aku bisa menyimpulkan bahwa itu adalah rumahmu!"
Apa yang dikatakan oleh Meister memang benar, dia tidak bisa menyangkal hal tersebut, tapi dia tetap tidak puas dengan jawaban tersebut.
"Lalu kenapa kau berpikir bahwa serigala yang kau lihat itu adalah diriku?! Bukankah kau mendengar rumor bahwa ada manusia serigala lainnya yang berkeliaran di kota, kan? Kenapa kau tidak berasumsi bahwa serigala yang kau lihat itu adalah dia!"
"Tapi Aku benar, kan? Serigala itu adalah dirimu!"
"Itu memang benar, tapi..."
"ARYA!"
Arya segera menghentikan kalimatnya saat mendengar suara Ageha yang berada di sisi lain darinya. Dia mengalihkan perhatiannya dari Meister ke wanita muda itu.
"Aku tahu kau saat ini sedang berkabung, tapi itu bukanlah alasan yang baik untuk menuduh temanmu sendiri!"
Arya hanya dapat menggigit bibirnya sendiri saat mendengar perkataan Ageha. Arya sadar bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang berlebihan dan tak baik, tapi dia tidak bisa menghilangkan kecurigaan yang dia miliki di hatinya.
"Lalu... bisakah kalian mengatakan mahluk apa kalian...?"
Arya berkata dengan suara yang terdengar putus asa. Dia ingin mendengar jawaban mereka dan menghilangkan kecurigaannya. Jika ada salah satu dari mereka adalah manusia serigala yang sama sepertinya, maka dia mungkin tidak akan bisa mempercayai orang itu, tapi jika tidak ada satupun di antara mereka yang merupakan manusia serigala, maka mungkin dia bisa mempercayai mereka.
"Nah, Arya.... mungkin kau tidak tahu soal ini, karena kau baru di dunia ini, jadi Aku tidak akan menyalahkanmu, karena menanyakan hal tersebut, tapi ada beberapa hal tabu bagi kami untuk dilakukan... salah satunya adalah menanyakan mahluk apa kami sebenarnya!"
Tapi harapan yang dimiliki oleh Arya untuk mempercayai mereka dihancurkan oleh perkataan Meister. Jika mereka tidak mau mengatakan mahluk apa mereka sebenarnya, maka Arya sepertinya tidak akan bisa mempercayai mereka.
"Tidak masalah jika kau mengetahui hal tersebut, karena orang itu sendiri yang memberitahumu atau karena kau telah melihat wujud aslinya, tapi jangan pernah menanyakan hal tersebut langsung pada orang tersebut siapa sebenarnya dirinya... karena hal itu sangat menyakitkan bagi kami!"
Arya bisa mengerti alasan di balik kenapa hal tersebut bisa menjadi tabu. Apa yang dikatakan oleh Meister memang benar, tapi dia tidak tidak bisa menghilangkan kecurigaannya, jika dia tidak mengetahui kebenarannya.
"Apa kau mengerti, Arya... kecuali kau memiliki alasan yang sangat kuat, kau tidak boleh..."
"Manusia kalajengking!"
Sebuah suara tiba-tiba saja memotong penjelasan yang diberikan oleh Meister. Semua orang memandang ke arah orang yang mengeluarkan suara tersebut. Roy nampak dengan santai mengatakan identitasnya yang sebenarnya.
"Kalajengking?"
"Ya, Aku adalah manusia kalajengking!"
Arya tidak pernah mendengar manusia kalajengking sebelumnya, tapi karena Roy nampak tidak berbohong sedikitpun, dia cukup yakin bahwa dia telah mengatakannya yang sebenarnya.
Setelah mendengar jawaban dari Roy, sebuah senyum muncul di wajah Ageha, lalu dia juga mengatakan identitasnya yang sebenarnya pada Arya.
"Mungkin kau sudah tahu hal ini, karena kau telah melihat pertarunganku sebelumnya, tapi Aku adalah seorang peri, lebih tepatnya adalah peri angin!"
Arya menganggukan kepalanya saat mendengar jawaban dari Ageha. Dia sudah mengira hal tersebut saat melihat pertarungannya sebelumnya, bahkan lawannya sudah mengatakan bahwa Ageha adalah peri, jadi Arya yakin bahwa Ageha mengatakan yang sebenarnya. Dia juga tidak menyangkal apa yang dikatakan oleh Roy sebelumnya atau menampak wajah yang meragukan Roy, jadi sekarang Arya sangat yakin bahwa Roy memang tidak berbohong padanya.
"Kenapa kalian mengatakan identitas asli kalian yang sebenarnya dengan begitu mudahnya, kalian seharusnya tahu resiko yang harus kalian tanggung jika ada orang lain yang mengetahui diri kalian yang sebenarnya, kan?"
Meski Ageha dan Roy sudah mengatakan hal yang identitas mereka yang sebenarnya, tapi Meister masih nampak tidak puas dengan sesuatu. Arya tidak bisa menyalahkannya, karena Arya juga sudah sadar bahwa ada banyak kerugian yang harus mereka tanggung, jika mereka mengungkapkan identitas mereka yang asli pada dirinya.
"Tidak masalah, kan? Jika kita ingin percaya pada Arya, maka kita harus percaya padanya terlebih dahulu!"
Semua mata sekarang memandang pada Meister, menunggu pria tua itu mengungkapkan identitas rahasianya. Meister langsung mendapatkan tekanan yang sangat besar dari tatapan mereka semua yang seakan menusuk tubuhnya.
"Baiklah! baiklah! Aku mengerti!"
Karena tak tahan dengan tatapan mereka semua, akhirnya Meister menyerah. Memang tidak adil baginya, jika hanya dia yang menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya.
"Aku adalah manusia macan kumbang!"
Sekali lagi mahkluk yang tidak pernah didengar oleh Arya kembali terdengar. Arya melihat ke arah Ageha untuk memastikan bahwa apa yang dikatakan oleh Meister memang benar, wanita itu mengganggukan kepalanya tanda bahwa Meister tidaklah berbohong.
"Dari pada itu, Arya, apakah kau yakin dengan keputusanmu!?"
Suasana kembali menegang saat Meister menanyakan pertanyaan tersebut. Meister yang biasanya suka melakukan tindakan konyol, tapi saat ini dia sama sekali tidak nampak menunjukan wajah konyol atau ingin bercanda. Matanya menatap lurus pada Arya, menunggu jawaban dari pemuda tersebut.
"Aku tahu jika apa yang ingin kulakukan adalah sesuatu yang berbahaya dan mungkin tidak berguna, karena meskipun Aku membunuhnya, itu tidak akan mengembalikan Ibuku!"
"Jika Kau mengerti hal tersebut, lalu mengapa...?"
"Karena Aku merasa bahwa Aku akan kehilangan arah tujuanku untuk hidup, jika Aku tidak melakukan hal tersebut!"
Meister terdiam saat mendengar jawaban dari Arya. Dia sudah memikirkan banyak nasehat yang ingin dia katakan pada Arya, tapi semua itu menghilang dari kepalanya saat mendengar jawaban Arya.
"Apa kau serius?"
"Ya!"
"Kau tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak, kan? Bisa saja dia sudah dibunuh oleh ATS di suatu tempat!"
"Apakah ATS masih berpatroli di sekitar sini?"
"Ya, tentu saja... mereka masih... memangnya ada apa?"
"Itu berarti dia masih hidup di suatu tempat! Jika ATS sudah berhasil membunuhnya, mereka tidak akan berpatroli seperti ini, kan?"
"Ya, kau mungkin benar... tapi mereka bisa saja masih mencari dirimu, bukan dia, kan?"
"Itu tidak mungkin! Aku tidak yakin mereka mengetahui perbedaan antara diriku dan manusia serigala lainnya, jadi mereka mungkin mengira bahwa target mereka hanyalah satu! Mereka mungkin akan mengira bahwa mereka telah menyelesaikan misi mereka, begitu mereka membunuh salah satu dari kami!"
"Kau tidak bisa mengetahui hal tersebut, mereka itu profesional! Mereka mungkin akan sadar bahwa target mereka ada dua!"
"Meski begitu, Aku tidak yakin mereka telah membunuhnya!"
"Sepertinya apapun yang kukatakan tidak akan merubah pendirianmu, jadi apa rencanamu? Aku akan mengatakan ini dengan jelas, kau itu lemah! Kau hanya akan terbunuh, jika kau bertemu dengannya!"
Arya hanya bisa membuang muka dan menggigit bibirnya saat mendengar kalimat terakhir Meister tadi. Meister benar-benar menusuknya sangat dalam dengan kalimat itu. Arya benci mengakuinya, tapi dia mungkin memang akan terbunuh, jika dia pergi mencarinya dengan keadaannya saat ini.
Ageha nampak menahan tawanya di samping Arya. Sepertinya wanita itu menemukan bahwa ekspresi Arya saat ini sangat lucu. Ini memang memalukan, setelah semua yang dia katakan barusan, tapi pada akhirnya dia tetap tidak memiliki rencana apapun.
"Aku akan latihan!"
"Latihan? Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Apa kau pikir kau bisa latihan menggunakan kekuatan serigalamu di situasi seperti ini? ATS akan segera memburumu, jika kau berani latihan di pertengahan kota seperti ini... hutan juga berada cukup jauh dari sini, jadi sangat sulit untuk menemukan tempat latihan yang cocok tanpa membuat orang curiga!"
Sekali lagi, Arya dibuat terdiam. Sementara itu Ageha nampak semakin kesulitan untuk menahan tawanya. Apakah melihat Arya kesusahan sangat menarik baginya?
Arya harus mengakui bahwa dirinya tidak mungkin latihan di saat ATS sedang berpatroli di berbagai tempat. Dia mungkin perlu menunggu selama beberapa minggu, sebelum akhirnya dia bisa mencari tempat latihan yang cocok di kotanya berada. Untuk saat ini, sepertinya bersembunyi adalah pilihan yang paling tepat untuknya.
Saat Arya akan menyerah tentang ide latihannya, tiba-tiba saja Roy berdiri dari tempat duduknya. Semua mata langsung tertuju pada pria besar itu.
"Apakah kau benar-benar ingin balas dendam?"
"Ya, Aku ingin!"
"Apa kau mempunyai tekad yang kuat?"
"Ya... kurasa..."
"Apakah kau mempunyai tekad yang kuat?!"
"Ya, Aku punya!"
Arya sedikit terkejut saat Roy tiba-tiba saja memberikan pertanyaan seperti itu padanya, tapi Arya tahu apa yang ingin dilakukan oleh Roy.
"Kalau begitu, Aku akan melatihmu!"
Seperti dugaannya, Roy memang berniat untuk melatihnya.