Chapter 47 - Balas Dendam (1)

Arya membuka kedua matanya, lalu memeriksa ruangan tempatnya berada saat ini. Langit-langit di atasnya terlihat cukup familiar untuknya, tapi itu bukanlah langit-langit kamarnya.

"Dimana ini?"

"Oh, kau sudah sadar rupanya... saat ini kau berada di salah satu kamar kosong di Cafe!"

Arya tidak mengharapkan pertanyaannya dijawab oleh seseorang, tapi suara dari seorang wanita yang familiar dapat terdengar menjawab pertanyaannya. Arya kemudian mengalihkan pandangannya dari langit-langit di atasnya, menuju si pemilik suara yang berada di samping kanannya.

Arya dapat melihat Ageha yang sedang membahasi sebuah handuk. Arya merasa bahwa tubuhnya memang habis dibersihkan oleh seseorang, jadi kemungkinan besar Ageha baru saja atau sedang membersihkan tubuhnya.

Arya kemudian mencoba bangun dari posisi tidurnya.

"Hati-hati, kau baru saja sadarkan diri!"

Ageha yang khawatir dengan keadaan Arya membantunya untuk duduk di atas kasur dengan memegang bagian punggung dari pemuda itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Berapa lama Aku tertidur?"

Arya tidak yakin jam berapa saat ini, karena ruangannya berada saat ini tidak memiliki jendela yang dapat menunjukan keadaan di luar ataupun jam dinding yang dapat menunjukan waktu. Meski begitu, dia cukup yakin bahwa waktu telah berlalu cukup lama sejak terakhir kali dia sadarkan diri.

"Meski belum 24 jam, tapi hari sudah berganti sejak terakhir kali kau sadarkan diri... saat ini, sudah hampir waktu makan malam!"

Begitukah? Tak heran jika dia sudah merasa sangat lapar. Mungkin karena tubuhnya terasa sangat lelah, makanya dia tidak mengamuk dan masih dapat mengendalikan dirinya dengan baik.

"Meski belum waktu makan malam, tapi tunggu sebentar!"

Setelah mengatakan itu, Ageha memindahkan baskom berisi air yang berada di atas meja di samping tempat tidurnya ke bagian bawah tempat tidurnya, lalu berjalan ke lemari es yang berada di ruangan itu. Saat Ageha membuka lemari es tersebut, Arya dapat langsung mengerti apa yang ingin dia ambil dari lemari es itu. Sepotong daging dan segelas susu yang sudah mendingin.

"Meskipun ini sudah menjadi sangat dingin, tapi seharusnya kau akan baik-baik saja saat memakannya!"

Ageha berkata sambil meletakan nampan yang dia bawa dari kulkas di atas meja yang tadi dia gunakan untuk menaruh baskom. Setelah berubah menjadi mahluk yang berbeda dari manusia, tubuh Arya bisa menerima segala jenis daging yang ada, baik yang matang atau mentah, baik yang hangat atau dingin. Selama itu adalah daging asli, dia bisa tetap memakannya tanpa masalah apapun.

Arya kemudian menyibak selimut yang selama ini menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan. Dia dapat melihat bahwa saat ini dia hanya mengenakan celana dalam yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Sepertinya Roy meminjamkannya agar Arya memiliki sesuatu untuk menutupi bagian pribadinya.

Sejak dirinya berubah, otot-otot di tubuh Arya berkembang dengan sendirinya dan saat ini dia memiliki tubuh yang cukup kekar. Arya kemudian memperhatikan jika paha kanannya sedang diperban. Sepertinya itu adalah bekas luka dari peluru yang mengenai dirinya kemarin.

"Lukamu seharusnya sudah sembuh, karena manusia serigala memiliki kemampuan penyembuhan yang sangat cepat!"

Ageha yang memperhatikan jika Arya sedang menatap perban yang menempel pada pahanya, segera memberikan penjelasan singkat.

"Bolehkan Aku bertanya?"

"Silahkan!"

"Meskipun Aku memiliki kemampuan penyembuhan yang sangat cepat, tapi kenapa kemarin lukaku tidak bisa menutup sedikitpun?"

"Itu karena peluru yang mengenai dirimu terbuat dari perak!"

"Perak?"

Ageha terdiam sejenak sambil memasang pose berpikir. Sepertinya dia sedang menyusun kata-kata untuk menjelaskannya pada Arya. Arya hanya menunggu dengan sabar sampai Ageha memberikan penjelasan yang lebih detail.

"Hmm, setiap mahluk memiliki beberapa kelemahan yang berbeda tergantung jenis mereka... Aku tidak bisa memberikan penjelasan tentang kelemahan dari mahluk lainnya, karena membicarakan tentang kelemahan dari mahluk kepada mahluk berjenis lain adalah tindakan yang tabu, tapi Aku bisa menjelaskannya kelemahan dari manusia serigala padamu, karena kau adalah manusia serigala!"

Arya sebetulnya penasaran kenapa membicarakan tentang kelemahan dari mahluk lain adalah tindakan yang tabu, tapi Arya tetap menutup mulutnya dan mendengarkan penjelasan Ageha dengan baik. Lagipula dia dapat menebak apa yang menjadi alasan di balik hal tersebut.

"Apakah kau pernah mendengar dongen tentang manusia serigala yang lemah dengan perak?"

"Ya, Aku pernah!"

"Cerita itu benar apa adanya, meskipun manusia serigala memiliki kekuatan yang luar biasa, tapi jika dia terkena luka dengan benda yang terbuat dari perak, maka lukanya akan sulit disembuhkan, lalu jika dia tertembak oleh peluru yang terbuat dari perak dan peluru tersebut tetap bersarang pada tubuh si manusia serigala, maka lukanya tidak akan menutup sampai peluru itu dikeluarkan dari tubuhnya, meskipun berhasil dikeluarkan, manusia serigala tetap membutuhkan waktu cukup lama sampai lukanya bisa sembuh dengan sempurna, jika dibandingkan menyembuhkan luka yang disebabkan oleh benda lain!"

Meskipun Arya penasaran kenapa manusia serigala bisa lemah terhadap perak, tapi dia menyikirkan pertanyaan itu untuk sementara, karena ada hal aneh yang dia sadari dari isi pembicaraan mereka.

"Nah, tidakkah kau merasa ada hal yang aneh?"

"Hal yang aneh? Apanya yang aneh dari penjelasanku?"

"Bukan! Bukan penjelasanmu yang aneh, tapi alasan kenapa mereka bisa menggunakan peluru perak!"

"Apa maksudmu?"

Ageha nampak cukup kebingungan dengan arah pembicaraan Arya. Dia masih tidak mengerti apa yang coba Arya katakan padanya.

"Kenapa mereka bisa langsung tahu bahwa Aku adalah manusia serigala dan langsung menggunakan peluru perak untuk melawanku? Menurut penjelasanmu, seharusnya setiap mahluk memiliki kelemahan mereka masing-masing, jadi seharusnya tidak semua mahluk memiliki kelemahan terhadap perak, kan?"

"Ya, tentu saja... Aku mulai mengerti apa yang ingin kau sampaikan!"

"Mereka sudah langsung bersedia dengan peluru perak mereka di senjata masing-masing, Aku tidak melihat atau mendengar mereka menganti jenis peluru mereka dan Aku juga baru berubah menjadi manusia serigala di dalam rumahku, jadi kenapa mereka bisa tahu bahwa mereka perlu menggunakan peluru perak sedari awal?"

"Kurasa untuk menjawab pertanyaanmu, kau harus mempertanyakannya pada Meister, karena dia yang mengetahui keadaan yang sesungguhnya di luar sana.... Aku hanya disuruh untuk merawatmu dan tidak terlalu sering keluar rumah... dia juga hanya memberikan sedikit penjelasan bahwa saat ini ATS sedang mencari keberadanmu dan keadaan di luar sana cukup berbahaya!"

"Meister kah... ?"

Kalau diingat-ingat Mesiter memberikan pesan pada Ageha kemarin dan tidak pulang ke Cafe sampai Arya meninggalkan Cafe. Arya tidak tahu apa isi pesan tersebut, tapi dia bisa menebak bahwa itu berkaitan dengan menyuruh makan malam duluan, itu artinya Meister kemungkinan mendapatkan masalah yang menyebabkannya tidak bisa pulang dengan cepat.

"Lalu dimana mereka berada?"

"Mereka ada di Cafe, tapi kurasa kau lebih baik menghabiskan makan malammu dulu... kau belum menyentuhnya sedikitpun, meskipun makanan itu memang sudah dingin sejak awal, tapi Aku berpikir bahwa kau sebaiknya segera memakannya!"

Setelah Ageha mengatakan hal tersebut, Arya jadi teringat dengan nampan yang dibawa oleh Ageha. Karena kepalanya berisi banyak sekali pertanyaan, dia jadi lupa bahwa dia sama sekali belum makan dari kemarin. Isi pikirannya benar-benar mempengaruhi nafsu makannya, sepertinya hal tersebut tetap tak berubah, meski dia sudah bukan manusia lagi.

Arya kemudian mengambil daging yang berada di piring dengan tangannya, lalu langsung melahap daging itu dengan mulutnya. Meskipun saat ini gigi Arya sudah kembali terlihat seperti gigi manusia biasa, tapi kekuatannya sudah jauh melebihi manusia biasa, jadi Arya bisa mengoyak dengan baik daging tersebut. Setelah itu, dia langsung meneguk habis susu yang berada di gelasnya.

Setelah dia selesai makan, Arya langsung ingin melanjutkan pembicaraan mereka, tapi Ageha segera menghentikan Arya sebelum dia bisa membuka mulutnya dengan menggunakan isyarat tangannya yang menutup mulut Arya.

"Sebelum kita membahas hal lainnya, ada hal yang ingin kutanyakan padamu!"

"Apa?"

"Apa kau masih ingat dengan apa yang kau katakan kemarin?"

Arya langsung mengerti arah pembicaraan Ageha tanpa menanyakannya lebih lanjut. Tentu saja dia masih mengingat apa yang mereka bicarakan, sebelum dia kehilangan kesadarannya.

"Ya, tentu Aku ingat!"

"Apa kau serius?"

"Ya, tentu!"

Arya mengatakan hal itu sambil menajamkan matanya, bahkan bentu bola matanya telah berubah menjadi bentuk mata serigala. Dia benar-benar serius ingin membalas dendam. Hanya dari tatapannya Ageha sudah dapat mengetahuinya.