Chapter 29 - Pelayan

Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian Pelayan, Arya menunjukan penampilannya pada Ageha, Meister dan Roy. Mereka bertiga nampak mengamati penampilan Arya dari atas sampai bawah.

"Penampilanmu tidak seburuk yang kukira."

"Aku yakin pakaian pelayan pink-ku masih lebih baik dari pada seragam ketinggalan zaman itu!"

"... terlihat bagus!"

Mereka memberikan pendapat mereka secara bergantian. Bahkan tanpa melihat siapa yang mengatakannya, Arya dapat dengan jelas mengetahui siapa yang memberikan komentar seperti apa. Mereka memang memiliki kepribadian yang sangat berbeda satu sama lain.

"Lalu apa pekerjaanku di sini?"

Arya datang ke sana bukan untuk menjadi model baju pelayan, tapi untuk bekerja, jadi Arya lebih peduli pada apa pekerjaannya nanti dari pada pendapat mereka mengenai penampilannya.

"Hmm... pekerjaan apa yang cocok untuknya, ya?"

Meister nampak berpikir keras. Sepertinya dia tidak benar-benar memikirkan pekerjaan apa yang akan dia berikan pada Arya saat dia menawarkannya pekerjaan pada Arya. Itu memang bisa menjadi bukti bahwa Meister memang hanya berniat memberi bantuan pada Arya, tapi jika seperti ini Arya juga akan merasa tidak enak.

"Bagaimana kalau kau menjadi Pelayan?"

"Tidak, jika dilihat dari tingkahnya dari kemarin, dia adalah tipe yang sama dengan Roy!"

"Tipenya sama, ya... kurasa kau benar."

Tipe yang sama apanya!? Sebetulnya Arya ingin menanyakan hal itu, tapi dia memutuskan untuk tetap menutup mulutnya, karena dia sudah menyadari apa yang mereka bicarakan. Dia dan Roy adalah tipe lelaki yang pendiam.

"Mereka sulit berbicara, tidak mudah berteman, sulit memberikan senyuman, kaku, terkadang mengatakan hal yang aneh... kurasa dia memang tidak cocok untuk menjadi Pelayan."

'Bukankah yang sering mengatakan hal aneh adalah dirimu!'

Arya hanya menyimpan sangkalannya di dalam pikirannnya, karena dia tidak ingin menimbulkan keributan apapun, apalagi di hari pertamanya bekerja.

"Bukankah kau lebih sering mengatakan hal-hal aneh dari pada mereka... meski harus kuakui bahwa sisanya memang benar apa adanya!"

Meski pada akhirnya Ageha mengutarakan isi pikiran Arya dengan tepat. Arya harus mengakui bahwa hal-hal yang dikatakan oleh Meister memang ada benarnya, bahkan Roy tidak nampak bereaksi sedikitpun, Arya tidak yakin apakah itu memang hanya sifatnya atau dia juga mengakui hal-hal yang dikatakan oleh Meister tadi.

"Lalu apakah kita akan menempatkannya sebagai petugas keamanan seperti Roy?"

"Apakah kau pikir kita masih memerlukan petugas keamanan lainnya di tempat kecil ini, setelah memiliki pria yang memiliki tinggi lebih dari dua meter dan memiliki tampang seram?"

"Jangan panggil tempat ini kecil! Tapi kau benar, kita memang tidak memerlukan tambahan petugas keamanan... lalu tugas macam apa yang cocok untuknya?"

Arya sempat melihat reaksi kecil dari Roy saat Ageha menyebut tampangnya menyeramkan. Sepertinya pria besar itu sedikit tersinggung dengan ucapan Ageha. Arya memutuskan untuk pura-pura tidak menyadari hal tersebut dan fokus dengan masalahnya sendiri, meskipun terdengar dingin, tapi Arya memang tidak bisa melakukan apapun terhadap tampangnya yang seram, bahkan jika dia sangat ingin membantu pria besar itu.

"Yosh! Aku sudah memutuskan! Arya, mulai hari ini kau dipecat!"

Perasaan apa ini!? Arya bertanya-tanya dalam hatinya tentang apa yang sebetulnya nama dari perasaan yang saat ini tengah dia rasakan. Kecewa, sebal, marah, jengkel, sedih. Banyak sekali perasaan yang bercampuk aduk dalam dirinya.

"Apakah ini akan menjadi rekor dunia?"

Jika Arya memiliki rekor dunia, dia berharap bahwa dia tidak dimasukan sebagai orang tercepat yang dipecat dari pekerjaannya. Rio pasti akan menertawakannya, jika hal itu benar-benar terjadi.

"Bisakah kau berhenti bercanda! Kau yang menawarkan pekerjaan padanya kemarin, tapi kau justru langsung memecatnya di hari pertamanya!"

"Mau bagaimana lagi, jika dia tidak berguna, maka tidak ada gunanya mempekerjakannya!"

Entah mengapa Arya langsung merasa bahwa dirinya menjadi benar-benar tak berguna, hanya karena ucapan yang sembarangan dikeluarkan oleh seorang kakek. Sepertinya Arya memang tidak cocok bekerja di industri pelayanan.

"Apakah kau bisa memasak?"

"Ya, Aku tidak begitu ahli, tapi Aku bisa membuat beberapa makanan sederhana."

"Kalau begitu..."

"TIDAK BOLEH!"

Saat Ageha menanyakan apakah Arya bisa memasak atau tidak, tiba-tiba saja Meister berteriak dan menghentikan Ageha yang ingin memberikan posisi yang cocok untuk Arya. Untuk suatu alasan Meister nampak sangat marah.

"A-ada apa? Kenapa kau berteriak tiba-tiba?"

"Aku tidak akan membiarkan seorang amatir menyentuh dapurku!"

Meskipun kemampuan memasak Arya tidaklah begitu hebat atau bisa dikatakan masih amatir, tapi masakannya cukup enak, setidaknya lebih enak dari pada yang dibuat oleh Rio, jadi seharusnya tidak masalah jika Arya mencoba berkerja di dapur.

"Meskipun Aku tidak bisa membuat makanan sulit, tapi setidaknya Aku bisa membuat sandwich... kalian memiliki sandwich sebagai salah satu menu kalian, kan?"

"Tetap tidak boleh! Aku hanya mengizinkan orang-orang profesional untuk menangani semua menu yang ada di sini! Hanya orang yang sekelas diriku yang boleh memasuki dapur!"

"Karena terlalu lama tidak ada yang membantu di dapur, Aku jadi lupa sifatnya yang merepotkan ini!"

Ageha nampak menepuk dahinya. Sepertinya Meister adalah orang yang benar-benar terpaku dengan keprofesionalan. Arya tidak bisa benar-benar menyalahkannya, bagaimanapun makanan adalah hal terpenting di tempat makan manapun, jadi membiarkan orang lain dengan seenaknya menggunakan bahan makanan dan menyajikan menu adalah sebuah keputusan yang buruk. Meskipun Arya ingin menguji kemampuan memasaknya, tapi sepertinya dia harus menyerah untuk saat ini.

"Sepertinya kita harus menyerah soal ide itu, kalau dia sudah seperti ini, apapun yang kita katakan atau coba lakukan, dia tetap tidak akan merubah pikirannya! Dia benar-benar ingin memberikan yang terbaik pada para pelanggannya sampai membuat repot para pelanggannya sendiri!"

"Membuat repot para pelanggannya?"

"Dia sering menanyakan berbagai hal pada para pelanggannya, seperti bagaimana rasa masakannya, bagaimana pelayanan yang diberikannya, apakah harga makanannya sudah cocok dan berbagai hal lainnya... jujur saja, Aku sering menyeretnya agar dia menjauh dari para pelanggan dan membiarkan mereka menikmati pesanan mereka dengan tenang."

Menurut Arya pertanyaan yang diajukan oleh Meister adalah hal yang wajar dan tidak benar-benar mengganggu, malahan apa yang akan benar-benar mengganggu para pelanggan adalah adegan saat Ageha menyeret Meister menjauh dari para pelanggan mereka.

"Itu adalah apa yang diajarkan oleh buku ini untuk membuat Cafe ini berkembang! Jadi Aku hanya mengikutinya! Aku juga tak lupa selalu membawa buku ini saat menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu pada pelanggan agar Aku tidak menanyakan pertanyaan yang salah!"

Meister berkata sambil menunjukan buku berjudul 'Cara meningkatkan kualitas toko dan restoran yang bahkan bisa dimengerti oleh seekor monyet', bahkan ada ilustrasi seekor monyet yang mengenakan pakaian pelayan di cover depan buku tersebut. Arya merasa bahwa para pelanggan itu tidaklah terganggu, tapi hanya menahan tawa mereka agar tidak menyinggung perasaan Meister yang benar-benar serius membaca buku seperti itu.

Ageha mungkin menyalahartikan tubuh mereka yang bergetar saat menahan tawa sebagai bergetar karena menahan amarah. Arya yang menyadari hal tersebut tetap menyimpannya di dalam hatinya, karena dia tidak ingin menghancurkan harga dirinya dan mempermalukannya, biarkan saja dia sampai dia menyadari kesalahannya sendiri.

"Kalau kau tidak bisa menjadi Koki, kurasa kau bisa menjadi Asisten Pelayan!"

"Asisten pelayan?"

Nampaknya Ageha tidak ingin mengomentari buku yang dikeluarkan oleh Meister dan lebih memilih kembali ke topik utama, yaitu mencari tugas yang cocok untuk Arya.

Arya tidak pernah mendengar kata Asisten Pelayan, lagi pula apakah seorang Pelayan membutuhkan Asisten? Arya memiringkan kepalanya sambil bertanya pada Ageha.

"Pada dasarnya kau akan berkerja di bawah diriku dan menuruti semua perintahku! Kau bisa menganggap bahwa Aku adalah bosmu!"

"Aku adalah bos di sini!"

"Baiklah!"

Arya dan Ageha sama-sama mengabaikan protes dari Meister yang tidak penting. Arya merasa bahwa Ageha tidak akan memberikan perintah yang aneh-aneh, meskipun dia sedikit khawatir, karena wanita itu mengatakan bahwa Arya harus menuruti semua perintahnya. Arya dan Agehapun saling berjabat tangan sebagai tanda setuju atas saran dari Ageha tadi.

"Untuk perkerjaan awalmu, kau harus membersihkan semua piring di dapur! Karena kami tadi tak sempat mencuci semuanya, jadi sekarang kami tidak memiliki satupun piring bersih! Jadi kau harus bergerak cepat!"

"Baik!"

Arya segera menganggukan kepalanya. Dia tidak tahu apa yang terjadi sampai mereka kehabisan piring bersih, tapi setidaknya itu bisa menjadi perkerjaannya.

Meskipun Meister nampak tidak puas dengan sesuatu saat Ageha bertindak seperti seorang bos, tapi mereka semua mengabaikannya. Sepertinya dia ingin mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan Ageha tadi.

Dan begitulah awal mulanya Arya menjadi seorang Pelayan (lebih tepatnya Asisten Pelayan) di Cafe Heaven's Eden.