"Kurasa kita akan tutup cepat hari ini! Aku sudah tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun lagi!"
"Benar, Aku juga sama!"
Setelah Meister menyarankan untuk menutup Cafe, Ageha segera menyetujuinya, lalu membalik papan tanda buka di depan pintu ke tanda tutup dan tak lupa untuk mengunci pintu depan, dia tak ingin ada tamu tak diundang seperti dua pelanggan mereka tadi. Begitu menyelesaikan tugas sederhananya, Ageha kembali ke tempat Meister berada.
"Apakah kau ingin mengecek keadaan Arya dan Roy di atas, Meister?"
"Ya, kurasa kita lebih baik membahas masalah ini dengan mereka juga!"
Setelah mengatakan hal tersebut, mereka segera menaiki tangga menuju lantai 2. Mereka tidak perlu memeriksa setiap kamar untuk menemukan orang yang mereka cari, karena mereka sudah tahu kamar mana yang mereka tempati saat ini.
Hanya ada satu kamar yang memiliki perlengkapan untuk menonton keadaan di cafe, yaitu Kamar Meister, jadi mereka berdua pasti memilih kamar itu agar mereka masih bisa mengawasi keadaan di cafe, meskipun mereka berada di tempat yang berbeda.
Saat mereka membuka pintu kamar itu, mereka melihat beberapa piring yang bekas dipakai. Mereka juga dapat menemukan kedua orang yang mereka cari sedang memakan mengunyah sesuatu di mulut mereka.
"Hei, A-Apa... Apa yang kau makan itu?!"
Meister nampak membeku untuk suatu alasan. Arya yang mendengar pertanyaan itu hanya memeringkan kepalanya, sebelum memberikan jawabannya.
"Daging."
"Bukan itu maksudku! Kalian berdua... kalian jangan-jangan telah memakan daging wagyu A5-ku!"
Arya mengetahui apa itu wagyu. Wagyu adalah daging sapi mahal asal Jepang dengan kualitas yang luar biasa. Pantas saja saat Arya memakannya dia merasa bahwa daging itu terasa lebih enak dari pada daging biasa.
"Begitukah? Pantas saja rasanya sangat enak."
"Bagaimana kau bisa sangat santai setelah memakan daging orang lain tanpa bertanya dulu!?"
Meister nampak sangat marah dengan Arya dan Roy, dia juga memeriksa lemari esnya untuk memeriksa apakah masih ada daging wagyu yang tersisa, tapi sayangnya dia tidak menemukan apapun di sana. Benar, bukan hanya daging wagyu A5 miliknya, tapi berbagai bahan makanan lainnya juga lenyap dari dalam lemari esnya.
"A-apa yang terjadi di sini?"
"Karena Roy nampak sangat lapar, Aku memutuskan untuk memasak untuknya, tapi karena terlalu asik memasak, Aku jadi menghabiskan semua bahan di sana."
Hal itu sama sekali tidak mengejutkan, karena Roy memang memiliki tubuh yang sangat besar. Meski begitu, Meister tetap tidak percaya bahwa mereka berdua bisa menghabiskan semua persediaan makanannya.
"Roy, Arya... apakah kalian tidak ingin meminta maaf padaku, setelah mengosongkan lemari esku!"
"Maaf!"
"Maaf."
Arya dan Roy meminta maaf di saat yang hampir bersamaan. Mereka juga nampak menundukan sedikit kepala mereka untuk menunjukan bahwa mereka benar-benar meminta maaf. Meski mereka telah meminta maaf padanya, tapi kemarahan dari Meister nampak belum reda.
Padahal dia dan Ageha sedang mempertaruhkan nyawa mereka dengan menemani kedua pelanggan mereka yang berbahaya, tapi Arya dan Roy di kamarnya malah sibuk menghabiskan isi lemari esnya. Dia mulai merasa menyesal karena telah membela mereka.
"Nah, Meister... bolehkah Aku bertanya satu hal padamu?"
"Ada apa, Ageha? Apakah kau ingin bertanya titik kelamahan Roy dan membantuku untuk melenyapkan mereka berdua?"
"Bukan itu... tapi kau tadi mengatakan wagyu A5, kan?"
"Ya, tentu... tak salah lagi Aku memang mengatakannya!"
"Lalu bolehkah Aku menanyakan hal lainnya?"
"Bukankah tadi kau berkata kau ingin bertanya satu hal? Aku tidak keberatan, sih... jadi apa yang ingin kau bicarakan?"
"Dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli daging itu?"
Tubuh Meister nampak membeku saat mendengar pertanyaan Ageha. Karena dia terlalu terkejut dengan isi lemari esnya yang lenyap tak berbekas, Meister jadi lupa bahwa dia menutupi bahwa dia telah membeli daging itu secara diam-diam dengan uang yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki beberapa bagian cafe yang sudah mulai nampak rusak dan menambah aksesoris di cafe agar pelanggan lebih betah saat berada di cafe.
"Seseorang memberikannya padaku!"
"Benarkah? Kalau dilihat dari keadaan kamar ini dan mereka berdua yang nampak sangat puas... Aku rasa ada banyak daging wagyu yang tersimpan di kamar ini... Aku tidak menyangka ada orang yang sangat baik yang mau memberikan hal mahal pada orang sepertimu!"
"Kau benar... Aku sangat beruntung karena telah bertemu dengan orang tersebut... Aku tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang memiliki hati seperti malaikat."
"Begitukah, syukurlah kalau begitu... kau sungguh orang yang sangat beruntung, Kakek Meister! Jadi bolehkah Aku menanyakan hal lainnya?"
"Hm... te-tentu saja... se-selama Aku bi-bisa menjawab pertanyaannya, A-Aku akan menjawabnya!"
Meister nampak sangat gemetar sambil menunggu Ageha mengatakan pertanyaannya.
"Bisakah kau menjelaskan kenapa uang simpanan cafe nampak selalu berkurang setiap harinya?"
"Maaf, Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu! Pasti ada fenomena supranatural yang sedang berkerja di cafe ini!"
"Lalu bisakah kau mengatakan apa nama dari fenomena supranatural itu?"
"Jack Teach Swallowtail!"
"SIAPA ITU!?"
Untuk suatu alasan yang Arya tidak ketahui, Ageha nampak sangat marah. Arya sedikit merasa bersalah, karena telah menghabiskan makanan orang lain tanpa seizin orang yang memilikinya. Biasanya dia tidak akan melakukan hal seperti ini, tapi karena dia tidak bisa melawan instingnya yang terus menyuruhnya untuk memakan semua daging yang dia temui, pada akhirnya dia tidak bisa berhenti makan.
"Arya dan Roy! Aku tahu kalian mungkin tidak bisa melawan insting kalian yang selalu ingin makan, tapi kalian juga harus tahu cara untuk menahan diri kalian! Kalian seharusnya menyisahkan daging itu, setidaknya cukup untuk diriku!"
"Aku akan mengingatnya!"
"Maaf."
Ageha nampak tidak marah pada Arya dan Roy. Dia sadar betul bahwa mahluk seperti mereka memang membutuhkan banyak makanan, jadi dia tidak bisa mengeluh pada mereka. Insting mereka pasti menyuruh mereka untuk terus makan.
"Tunggu dulu, Ageha! Kenapa kau marah padaku, tapi tidak pada mereka!? Mereka juga salah, kan?"
"Aku marah padamu, karena kau telah mengambil uang simpanan secara diam-diam!"
"Tapi mereka tetap salah, kan?"
"Kau benar?"
"Lalu kenapa?"
"Karena mereka telah meminta maaf dengan jujur!"
"Maaf."
"Maaf."
Meister hanya bisa menangis di dalam hatinya atas perlakukan tidak adil yang dia terima. Kenapa mereka bisa dimaafkan, hanya karena mereka meminta maaf. Mereka bahkan hanya mengatakan satu kata.
Setelah berpikir selama beberapa saat tentang perlakuan tidak adil terhadapn dirinya. Dia akhirnya menyadari satu hal dari perkataan Ageha tadi.
"Tunggu dulu, Ageha!"
"Ada apa?"
"Apakah kau tadi menyuruh mereka untuk setidaknya menyisahkan bagian untuk dirimu?"
"Ya. ada apa?"
"Apakah itu artinya kau juga ingin memakan daging itu?"
"Ya, tentu saja! Siapa yang tak ingin memakan daging yang berkualitas tinggi!"
Meskipun apa yang dikatakan oleh Ageha memang masuk akal, tapi entah mengapa Meister merasa ada yang aneh dengan perkataannya tadi.
"Sudahlah! Dari pada membahas hal itu, ada hal lainnya yang lebih penting untuk dibahas, kan! Lagu pula kita ke sini memang bukan untuk membahas hal itu!"
Sebelum Meister menyadari apa yang aneh dari perkataan Ageha tadi, Ageha segera mengganti topik pembicaraan mereka.
"Apa kau ingin membahas kedua pelanggan tadi?"
Ageha menganggukan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan Ageha tadi. Dia segera mengambil tempat duduk di pinggir tempat tidur Meister, dia kemudian menjatuhkan punggungnya pada tempat tidur seperti dia telah kehilangan tenaganya.
Sementara itu, Arya berjalan ke mesin pembuat kopi, lalu menuangkan kopi yang telah dia buat ke dua cangkir baru. Dia kemudian meletakan kedua cangkir itu pada meja kecil yang sedari awal sudah dia dan Roy gunakan untuk menaruh makanan mereka.
"Aku sudah membuat kopi, jika kalian mau, kalian bisa meminumnya!"
"Meskipun kau mengatakan seperti itu, tapi itu adalah kopiku, kan?"
"Ya, tentu saja!"
Meister yang menyadari bahwa tidak ada gunanya untuk terus mengeluh dan menangisi apa yang sudah lenyap, memutuskan untuk mengambil tempat duduk di samping Roy, lalu mengambil gelas kopi yang sudah disediakan oleh Arya.
"Untuk seorang pemula, kau boleh juga!"
"Terima kasih!"
Meister memberikan komentarnya, setelah menyesap kopi yang dibuat oleh Arya. Sementara Arya hanya menganggukan kepalanya dan berterima kasih atas pujian(?) yang diberikan oleh Meister.
"Lalu kita bahas mulai dari mana?"
Setelah menanyakan itu, Ageha mengambil bangku kecil yang ada di ruangan itu sebagai tempat duduknya, dia menempatkan dirinya di dekat Arya. Dia duduk sendirian di bangku kecilnya, sementara para pria duduk di sofa kecil dengan berhimpitan.
Merasa tidak nyaman dengan tempat duduknya, Arya segera beranjak dari tempat duduknya, lalu mendudukan dirinya di atas tempat tidur, lalu memposisikan dirinya ke arah yang lainnya berada. Arya membiarkan Roy dan Meister untuk tetap duduk di sofa kecil. Arya tahu dia tidak sopan, tapi dia merasa itu adalah pilihan terbaik, karena dia tidak menemukan adanya bangku lainnya di kamar itu yang dapat dia gunakan.
"Pertama, untuk saat ini kita masih aman!"
Orang yang menjawab pertanyaan Ageha adalah Meister. Dia nampak tidak mempermasalahkan Arya yang duduk di tempat tidurnya, jadi Arya bisa menganggap itu sebagai persetujuannya pada Arya untuk menggunakan tempat tidurnya sebagai tempat duduk Arya.
"Apa kau yakin mereka tidak akan menyerang tempat ini?"
Arya bertanya dengan ragu. Ini wajar saja, karena memang bukan tidak mungkin ATS tiba-tiba menyerang mereka, karena hal itu memang sudah pernah terjadi sebelumnya pada orang lain, selain mereka. Tapi sepertinya kekhawatiran Arya tidaklah perlu untuk saat ini.
"Kau tidak perlu khawatir... mereka tidak akan menyerang secara tiba-tiba saat mereka tidak memiliki bukti yang kuat! Ingat, meskipun nama organisasi mereka sudah diketahui oleh orang banyak, tapi mereka tetaplah organisasi rahasia, jadi tindakan mereka tidak boleh sampai diketahui oleh orang umum... hal ini akan membatasi apa yang bisa mereka lakukan di tempat umum!"
"Begitukah? Jadi mereka tidak menemukan bukti apapun? Lalu kenapa pembicaraan mereka sangat panjang?"
"Orang itu sangat menyebalkan, lebih baik kalian berhati-hati saat bertemu dengannya, karena dia akan memeriksa kalian dengan rinci! Kalau kalian sampai salah berbicara dan membuatnya yakin bahwa kalian bukan manusia, maka kalian akan langsung dibunuh olehnya!"
Arya, Ageha dan Roy menganggukan kepala mereka sebagai bukti bahwa mereka mengerti peringatan yang diberikan oleh Meister.
"Tapi apa yang kau katakan agar dia tidak curiga?"
"Hal-hal bodoh!"
Orang yang menjawab pertanyaan Arya adalah Ageha, meskipun pertanyaan itu ditunjukan pada Meister. Arya sedikit memiringkan kepalanya karena dia tidak mengerti apa yang Ageha maksud dengan hal-hal bodoh. Arya sadar bahwa Miester mungkin mengatakan hal bodoh untuk mengalihkan perhatian lawan bicaranya, tapi Arya tidak tahu hal bodoh macam apa yang harus dia katakan untuk bisa mengalihkan perhatian lawan bicaranya.
"Kau tidak perlu memikirkannya terlalu dalam, Arya!"
Ageha yang menyadari bahwa Arya memikirkan perkataannya dengan sungguh-sungguh segera menyuruhnya untuk berhenti. Dia sudah mendengarkan isi pembicaraan Meister, jadi dia tahu betapa tidak bergunanya sebagaian besar isi pembicaraan mereka. Meski ada beberapa hal bagus dari perkataan Meister yang dapat membuatnya tersenyum, tapi dia tidak akan pernah mengatakan hal tersebut.
"Kau hanya perlu jadi dirimu untuk membuat orang lain tidak curiga! Kau hanya perlu menutupi kebenaran tanpa harus berbohong, jika kau tidak ingin membicarakan sesuatu!"
Setelah mengatakan hal itu, Meister menjelaskan bagaimana caranya untuk mengalihkan perhatian lawannya dan memimpin arah pembicaraan pada Arya dan Roy yang nampak payah dalam hal berkomunikasi. Mereka mungkin akan jauh lebih parah dari pada Ageha, jika mereka ditempatkan di tempat yang sama dengan Ageha tadi.