Chereads / Dunia Monster : Kehidupan Manusia Serigala dimulai / Chapter 39 - Rapat membahas rencana kedepan (2)

Chapter 39 - Rapat membahas rencana kedepan (2)

"...kita tidak memiliki pilihan lain, selain kabur!"

Setelah mendengar jawaban Meister, mereka semua langsung melihat Arya yang nampak pucat. Mereka sadar bahwa orang yang paling kesulitan saat hal itu terjadi adalah Arya. Selain Arya, mereka semua tinggal di tempat ini. Jadi saat mereka dalam keadaan genting, mereka bisa langsung membawa barang mereka dan pergi dari sana, sedangkan Arya perlu pulang ke rumahnya untuk melakukan hal tersebut, lalu jika dia melakukan itu dia bisa membahayakan keluarganya.

Bukan hanya itu, meskipun Arya tidak memiliki banyak teman, tapi dirinya tetap memilikinya. Dia bisa saja melibatkan mereka dalam masalah ini dan membuat mereka berada dalam bahaya. Maka dari itu, Meister memprioritaskan keselamatan Arya dari pada yang lain.

"Kau seharusnya tahu Arya, kau adalah orang yang akan mengalami kerugian terbesar jika kita sampai ketahuan oleh mereka!"

"Ya, Aku mengerti..."

Arya menghapus keringat yang membasahi seluruh wajahnya. Dia sadar betul akan resiko yang harus dia ambil. Jika dia menginkan keamanan, maka lebih baik dia tetap bersama dengan mereka, tapi jika salah satu dari mereka sampai ketahuan oleh ATS bahwa mereka bukanlah manusia, melainkan mahluk lain yang menakutkan bagi mereka, maka identitasnya juga mungkin akan ketahuan dan dia terpaksa untuk meninggalkan kota yang sudah menjadi tempat tinggalnya sejak dia lahir.

"Apa yang akan terjadi pada Ibuku, jika Aku pergi meninggalkannya, setelah identitas kita ketahuan?"

Arya sama sekali tidak mengharapkan jawaban dari siapapun, tapi Meister tetap menjawabnya.

"Ibumu, ya? Sepertinya kau hanya tinggal dengan Ibumu... hmm, jika seperti itu, maka Ibumu mungkin akan kesepian, karena ditinggal oleh satu-satunya anaknya!"

Arya sudah tahu itu. Dia memang sudah bisa menebak bahwa Ibunya akan merasa kesepian, jika Arya harus pergi meninggalkannya, apalagi jika dia meninggalkannya secara mendadak. Tapi bukan itu jawaban yang dia inginkan dari pertanyaannya tadi.

"Kau sepertinya tidak puas dengan jawabanku, ya? Aku tidak tahu harus mengatakan ini atau tidak jadi, Ageha... kau saja yang mengatakannya!"

"Kenapa harus Aku!?"

Sepertinya ekspresi tidak puas bisa dilihat dengan jelas dari wajah Arya. Meister sebetulnya sudah tahu jawaban macam apa yang ingin didengar oleh Arya, dia pasti ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh ATS pada Ibunya, tapi dirinya tidak bisa membawa dirinya mengatakan hal seperti itu saat melihat Arya yang nampak sangat depresi saat ini, jadi dia ingin melimpahkan tugas tersebut pada Ageha.

"Kau tidak perlu menjawab pertanyaan itu... Aku sudah mengerti jawaban macam apa yang ingin kalian katakan!"

Meskipun mereka belum mengatakan apapun, tapi dari reaksi mereka, Arya sudah tahu jawaban apa yang mungkin mereka akan katakan. Hal itu pasti bukanlah sesuatu yang menyenangkan, jadi Arya memutuskan untuk tidak memaksa mereka untuk mengatakannya. Dia juga sebenarnya jadi tidak ingin mendengarnya saat melihat reaksi mereka.

"Ibumu akan diburu oleh mereka!"

Meski begitu, nampaknya Ageha telah menguatkan tekadnya dan mengatakan kebenarannya pada Arya. Ageha merasa bahwa Arya perlu mendengar jawaban yang sebenarnya, karena hal itu sangatlah penting. Dia tidak boleh mengalihkan pandangannya dari kenyataan.

Arya tertegun sesaat saat mendengar jawaban dari Ageha. Dia lalu memandang wanita itu sebagai tanda bahwa dia memperhatikannya dan ingin mendengar kelanjutan dari jawabannya. Meskipun dia merasa takut untuk mendengar kelanjutannya, tapi dia merasa bahwa Ageha ingin dia untuk mendengar jawabannya secara lengkap.

"Mereka tidak akan main-main saat melakukan perkerjaan mereka! Meskipun perkerjaan mereka terlihat sangat kejam dan tak berperasaan, tapi mereka melakukan itu untuk melindungi orang banyak, jadi mereka tidak akan ragu-ragu untuk membunuh Ibumu, jika mereka curiga bahwa Ibumu juga adalah mahluk yang sama dengan dirimu!"

Baik Meister ataupun Roy tidak membantah perkataan Ageha, jadi bisa dipastikan bahwa Ageha memang mengatakan yang sebenarnya. Meskipun dia tahu itu, tapi entah mengapa Arya tidak bisa menerima kenyataan itu.

"Kenapa mereka harus melakukan hal itu?! Bisa saja Aku adalah mahluk setengah manusia, kan!? Bisa saja Ibuku hanyalah manusia biasa dan tidak ada kaitannya dengan kami, kan?! Tapi mengapa mereka harus melakukan hal seperti itu!? Aku sama sekali tidak mengerti kenapa mereka harus melakukan hal seperti itu, meski mereka ingin melindungi orang lain!"

"Itu karena nyawa banyak orang lebih berharga dari pada nyawa satu orang!"

Meskipun Arya ingin membantahnya sekuat tenaganya, tapi satu kalimat dari Ageha telah membuatnya terdiam membeku. Sebetulnya bukan isi perkataannya yang membuatnya membeku, melainkan nada dinginnya saat dia mengatakan hal tersebut. Ageha seakan-akan tidak memiliki emosi sedikitpun saat mengatakannya.

Arya bisa menebak bahwa sesuatu yang mengerikan memang pernah terjadi pada dirinya di masa lalu, hanya dari mendengar nada suaranya. Arya tidak tahu masa lalu macam apa yang dimiliki oleh Ageha, tapi dia tahu bahwa itu cukup untuk membuat wanita yang penuh emosi seperti Ageha dapat menjadi dingin saat mengingatnya.

"Maaf, Aku sedikit emosi."

Arya meminta maaf dengan jujur. Dia seharusnya tahu bahwa orang yang berada dalam bahaya bukan hanya dirinya, tapi justru dia malah bersikap egois, padahal mereka sudah sangat peduli dan mengkhawatirkannya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu!"

Siapapun pasti akan emosi saat mengetahui hal seperti itu, jadi Ageha tidak bisa menyalahkan Arya jika pemuda itu kehilangan kendalinya. Malahan reaksi Arya tidak seburuk yang Ageha pikirkan. Dia pikir Arya akan lebih mengamuk dan mulai berdebat dengan dirinya.

"Kau tidak perlu cemas Arya, itu hanya terjadi jika identitas kita semua ketahuan... meski mungkin mereka akan langsung mencurigai kita semua saat salah satu dari kita ketahuan, tapi mungkin saja kita bisa beralasan dan hanya menyerahkan orang itu..."

"Meister, kurasa hal itu tidak akan berkerja!"

"Kau benar... maaf..."

Meskipun Meister ingin memenangkan suasana hati Arya, tapi sayangnya saran yang dia katakan tadi tidak mungkin mereka lakukan. Ageha tidak akan mau menyerahkan salah satu dari kita, meskipun hanya identitas orang itu yang ketahuan, dia akan tetap berjuang bersamanya. Ageha yakin bahwa semua orang yang berada di dekatnya saat ini juga berpikiran sama.

"Aku tahu bahwa Aku tidak berhak mengatakan ini, tapi apakah kalian mau menolongku mencari tempat yang aman untuk Ibuku?"

Arya tahu bahwa permintaannya adalah permintaan yang egois. Dia tidak begitu berharap bahwa mereka mau melakukan hal tersebut demi seseorang yang baru saja mereka temui kemarin.

"Aku tahu beberapa orang yang mungkin bisa menolong Ibumu, tapi jangan terlalu berharap banyak... orang-orang itu bukanlah manusia, jadi mereka mungkin tidak terlalu suka dengan ide menolong Ibumu, mereka mungkin menyakiti Ibumu atau menyerahkannya pada ATS... meski mengetahui hal tersebut, apakah kau masih ingin meminta bantuan dari mereka?"

"Meski begitu, jika ada kemungkinan bahwa Ibuku selamat, maka Aku akan tetap ingin meminta bantuanmu dan teman-temanmu... Aku mohon!"

Arya menundukan kepalanya ke arah Meister. Karena saat ini dia duduk di tempat tidur Meister dan Meister duduk di sofa kecil yang berada di depan tempat tidur tersebut, maka Meister tidak bisa melihat Arya tanpa menengokan kepalanya, tapi dia bisa merasakan perasaan Arya, jadi dia menganggukan kepalanya.

"Aku mengerti... Aku akan mengusahakan apa yang kubisa untuk membantumu!"

"Terima kasih banyak!"

Arya tidak bisa lebih berterima kasih lagi pada Meister, jika dia bisa membantunya menyelamatkan Ibunya di saat identitas mereka ketahuan. Mungkin masalah memang tidak akan begitu rumit bagi Arya jika dia menghilang saja dari kehidupan Ibunya, tapi dia tahu bahwa Ibunya tidak ingin berpisah dari Arya, setidaknya tidak untuk saat ini. Jadi dia harus tetap menemaninya di saat dia memiliki waktu.

Arya dapat merasakan senyuman hangat dari orang-orang di sekitarnya saat ini. Meskipun mereka baru bertemu kemarin, tapi mereka benar-benar peduli dan baik padanya. Arya tidak bisa merasa lebih bersyukur lagi.

"Kau tidak perlu berterima kasih, kami hanya ingin membantu teman kami yang kesusahan, tapi sebagai gantinya, kau lebih baik membalas budi pada kami dengan membantu kami sekuat tenagamu!"

"Ya, Aku mengerti!"

Setelah mengatakan hal tersebut, mereka kembali melanjutkan pembahasan mereka. Mereka baru membahas masalah Arya, jadi ini adalah saatnya mereka membahas masalah yang lain dan langkah macam apa yang harus mereka ambil untuk menghadapinya.