Saat Arya tengah membersihkan meja yang tadi sempat digunakan oleh pelanggan, tangannya tiba-tiba saja ditarik oleh Roy dan membawanya ke lantai 2. Arya hampir saja melepaskan lap yang tadi dia gunakan untuk bersih-bersih saat Roy menarik tubuhnya dengan sangat cepat, tapi dia berhasil mempertahankan lap tersebut di tangannya dengan menggunakan cengkraman jarinya yang diperkuat.
"Ada apa? Kau benar-benar mengejutkanku?"
"Ada ATS!"
Arya langsung menunjukan wajah seriusnya saat mendengar jawaban dari Roy dan mulai menajamkan pendengarannya. Meskipun mereka saat ini berada di lantai 2, Arya masih dapat mendengar apa yang terjadi di lantai 1 berkat kemampuan monsternya. Dia bisa mendengar dua orang yang memasuki Cafe, mereka bisa saja adalah orang yang dimaksud oleh Roy tadi.
Roy membuat isyarat untuk tetap tenang dan mengikutinya pelan-pelan dengan menggunakan jarinya. Arya menganggukan kepalanya, lalu mengikuti Roy secara perlahan.
Mereka kemudian memasuki salah satu ruangan yang berada di lantai 2. Itu bukan kamar Roy yang kemarin Arya masuki, tapi kamar Meister. Kenapa Arya bisa tahu? Itu karena ada papan nama yang sangat mencolok di depan pintu kamar itu. Papan berwarna-warni dengan tulisan yang dibuat menyerupai berbagai benda dengan hiasan yang berlebihan mengingatkan Arya pada benda-benad yang biasanya dimiliki oleh orang-orang gaul zaman sekarang. Arya ingin tahu apakah ini sedang trend?
Begitu mereka masuk, Arya langsung dapat melihat sebuah monitor yang sangat besar yang menghadap ke tempat tidur, ada juga sofa kecil yang diletakan di depan tempat tidur itu. Tanpa ragu-ragu Roy duduk di sofa kecil itu, lalu dia menepuk tempat kosong di sampingnya. Sepertinya dia menyuruh Arya untuk duduk di sampingnya.
Setelah menutup pintu dengan rapat, Arya segera duduk di samping Roy, sementara pria besar itu menyalahkan monitor di depannya dan mengarahkan tampilan monitor itu ke CCTV yang terpasang di Cafe.
Menggunakan CCTV untuk mengawasi toko atau Cafe adalah hal yang wajar dan tak melanggar hukum, meskipun apa yang mereka sedang awasi saat ini adalah ATS. Sepertinya Arya dibawa ke sini untuk menemani Roy mengawasi mereka, bukan hanya untuk bersembunyi.
"Umm... Roy!"
"Apa?"
"Kenapa kau bisa mengetahui mereka adalah ATS?"
Arya hanya dapat melihat dua orang di monitor saat ini. Mereka adalah sepasang pria, satu pria muda dengan rambut hitam yang terlihat rapi dengan setelan jasnya, sedangkan satunya lagi adalah pria tua yang rambutnya sudah memutih. Mereka berdua nampak normal, kecuali wajah pria tua itu yang memiliki wajah penuh luka yang nampak tak wajar.
Roy mungkin langsung menyadari luka yang dimiliki oleh pria tua itu dan langsung menariknya ke lantai 2 untuk mengamankannya, tapi Arya merasa bukan hanya itu saja yang membuat Roy menyadari bahwa pria tua itu adalah ATS.
"Aku pernah bertemu dengan salah satu dari mereka!"
"Salah satu? Yang mana?"
"Yang tua!"
Tatapan Arya langsung terpaku pada si pria tua. Bagaimanapun kau melihatnya, si pria tua memang terlihat memiliki pengalaman yang jauh di atas si pria muda, jadi wajar bila Roy pernah bertemu dengannya.
"Nah, Roy... jika kau pernah bertemu dengannya, bukankah itu sangat gawat?"
"Ya, benar!"
Roy hanya memberikan jawaban singkat dan tenang, meskipun dia sadar bertapa buruknya situasi saat ini. Jika mereka pernah bertemu sebelumnya, itu pasti saat mereka bertarung, makanya Roy tahu bahwa si pria tua itu adalah ATS. Mungkin si pria tua itu tidak menyadari wajah Roy saat ini, karena saat itu Roy mungkin menggunakan wajah monsternya, tapi Arya yakin bahwa si pria tua itu bisa menyadari bahwa Roy bukanlah manusia biasa jika mereka bertemu kembali.
Meskipun ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan mereka (meski tidak secara langsung), tapi insting Arya mengatakan bahwa dia tidak bisa meremehkan sedikitpun pria tua di sana. Instingnya mengatakan bahwa dia adalah orang yang sangat berbahaya dan lebih baik dijauhi.
"Aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka sama sekali lewat CCTV, apakah kau bisa membaca bibir mereka, Roy?"
"Tidak!"
CCTV yang mereka saksikan tidak dilengkapi dengan alat penyadap. Arya tahu bahwa alat itu illegal, jadi mungkin itulah alasan kenapa Meister tidak melengkapi CCTV-nya dengan alat penyadap, meskipun mereka bisa menggunakan alat itu untuk mengumpulkan informasi mengenai ATS.
Setelah beberapa saat terdiam di ruangan itu, Arya menyadari jika suasana di sekitarnya saat ini sangat canggung. Tidak ada lagi di antara mereka yang membuka mulutnya sejak Roy mengatakan 'tidak'.
"Apakah kau ingin makan?"
"Ya, kurasa..."
Setelah Roy menawarkan makan padanya, Arya menyadari bahwa perutnya mulai terasa lapar. Arya hanya berharap bahwa dia tidak kehilangan kendalinya saat ATS masih berada di Cafe ini.
Setelah menganggukan kepalanya, Roy kemudian berjalan ke lemari es yang berada di ruangan ini dan mengeluarkan sebuah kotak plastik penyimpan makanan. Bahkan si kakek itu melengkapi kamarnya dengan lemari es. Arya merasa cukup iri dengan si kakek.
Arya dapat melihat daging yang memenuhi kotak plastik itu, air liur dapat terlihat di sujud mulut Arya. Mereka berdua kemudian menghabiskan semua daging yang berada di dalam kotak itu dalam hitungan detik.
"Apa kau ingin lagi?"
"Jika kau tidak keberatan!"
Tanpa seizin dari pemilik ruangan dan lemari es itu, Arya dan Roy menghabiskan segala makanan yang mereka temukan sambil mengawasi kedua anggota ATS yang berada di Cafe.
Sementara Arya dan Roy sedang pesta makan di kamar Meister, Ageha dan Meister sedang berdiskusi di dapur. Ageha telah mencatat pesanan dari dua orang pria yang baru masuk dengan aman. Mereka nampak tidak curiga bahwa Ageha bukan manusia saat Ageha menemui mereka.
Ini bukanlah pertama kalinya Ageha bertemu dengan ATS secara langsung, tapi ini adalah pertama kalinya dia melayani mereka. Jadi dia sedikit gugup saat melakukan perkerjaannya.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Kau hanya perlu mengantarkan pesanan mereka, seperti kau mengantarkan pesanan pelanggan lainnya! Kau cukup bersikap biasa dan tak mencurigakan!"
Ageha sudah mengetahui bahwa Meister akan mengatakan itu, tapi sayangnya mengatakan hal itu lebih mudah dari pada dilakukan. Meskipun mereka berdua adalah manusia, tapi salah satu dari mereka, lebih tepatnya yang tua, memiliki aura yang sangat menakutkan. Tanpa ditanya sekalipun, Ageha tahu bahwa pria tua itu sudah banyak membunuh mahluk seperti mereka.
"Kau tidak perlu takut... kau hanya perlu mengantarkan pesanan mereka, lalu langsung kembali ke sini!"
Meister tidak bisa menyalahkan Ageha, jika dia merasa sangat ketakutan saat ini, karena Meister mengetahui masa lalu Ageha dan hubungannya dengan ATS. Saat ini apa yang bisa dia lakukan adalah menenangkannya dengan memegang tangan Ageha.
"Tenang saja, jika sesuatu terjadi... di sini ada diriku dan juga Roy yang sedang mengawasi dari lantai atas, belum lagi kita baru saja mendapatkan kawan baru, jadi kami pasti bisa melakukan sesuatu!"
"Meskipun orang baru itu tidak begitu berguna!"
Ageha bisa menenangkan dirinya saat Meister menggenggam tangannya, dia bahkan dapat tersenyum saat mengatakan hal di atas. Benar sekali, saat ini mereka memiliki kawan baru yang harus dia lindungi. Jika dirinya ketakutan di sini, dia tidak bisa menunjukan sisi kerennya pada orang itu dan membuatnya merasa aman.
Setelah melihat senyum Ageha kembali muncul di wajah cantiknya, Meister kembali melanjutkan membuat pesanan dari kedua pria itu. Dua cangkir kopi dan dua porsi sandwich. Pesanan yang sederhana dan dapat dibuat dengan cepat, jadi jika dia berlama-lama lagi, mereka akan curiga padanya.
Setelah menaruh pesanan mereka di atas nampan, Ageha segera membawanya menuju meja kedua orang ATS itu berada. Ageha dengan tenang menaruh pesanan mereka berdua dan tidak membuat suatu gerakan yang mencurigakan, setidaknya menurut dirinya. Ageha sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan oleh kedua orang itu. Mereka berdua cukup mirip dengan Arya dan Roy kalau soal pikiran mereka yang sangat sulit dibaca.
Saat Ageha ingin kembali ke dapur tempat Meister berada, sebuah suara menghentikan langkah kakinya.
"Neh, Nona muda... bisakah kau menjawab beberapa pertanyaanku!?"
Ageha segera kembali berbalik ke arah mereka berdua berada, dia tak lupa menggunakan senyumnya saat wajahnya terlihat oleh mereka.
"Ya, Apa ada lagi yang bisa kubantu?"
Ageha bertanya dengan nada sesopan mungkin layaknya seorang pelayan profesional. Sepertinya pertaruhan hidup dan mati di antara mereka dan kedua anggota ATS baru saja dimulai. Jika Ageha tetap bisa bersikap tenang dan tak mencurigakan, maka mereka akan tetap aman, kalau dia tidak bisa melakukannya, maka pasti akan terjadi hal buruk. Bagaimanapun caranya dia harus bisa menghindari kemungkinan terburuk terjadi.