Chapter 27 - Hari lainnya

Arya seperti biasanya duduk sambil membaca bukunya saat berada di kampusnya. Entah beruntung atau tidak, hari ini Dosen yang mengajarnya tidak masuk, jadi Arya memiliki sedikit waktu luang sampai mata kuliahnya yang selanjutnya.

Arya sebetulnya lebih suka jika Dosennya datang dan mengajar, tapi karena Arya kemarin melupakan tasnya, jadi saat ini dia hanya memiliki buku yang berada di rumahnya dan pulpen cadangannya, sedangkan buku catatan utamanya dan beberapa buku penting lainnya tertinggal di tasnya, jadi Arya mungkin bisa mengatakan bahwa dia sedikit beruntung, meski dia masih memiliki satu mata kuliah lagi hari ini, sebelum dia bisa bebas.

"Yo, Arya... Apa kabar?'

"Baik!"

Rio datang dan menyapanya. Sepertinya dia juga tidak memiliki kelas saat ini atau mungkin Dosennya juga tidak hadir seperti Arya, atau mungkin dia sedang bolos. Apapun itu alasannya Arya sama sekali tidak peduli, dia masih sibuk dengan buku yang berada di tangannya.

"Nah, Arya... kemarin Aku mencoba untuk mengirim pesan dan menghubungimu, tapi kau sama sekali tidak membalas pesanku atau menjawab panggilanku, apakah terjadi sesuatu?"

Meskipun Arya adalah orang yang dingin, tapi dirinya tidak pernah lupa untuk membaca dengan membalas pesan yang dia terima, meski dia terkadang memang suka tidak menjawab panggilan dari seseorang dengan berbagai alasan yang bisa diterima. Jadi pasti ada semacam alasan Arya tidak menjawab panggilannya atau membalas pesannya.

Arya teringat kembali kejadian kemarin dan smartphone-nya yang hancur. Arya bertanya-tanya apakah dia harus menjawabnya dengan jujur atau mengelak darinya? Setelah beberapa detik berpikir, Arya kemudian untuk menjawabnya dengan jujur.

"HP-ku Hancur!"

"Hancur? Bukan rusak?"

"Hn!"

Arya menganggukan kepalanya. Rio tidak bisa mengetahui apakah Arya saat ini sedang bercanda atau tidak, karena saat ini dia nampak sangat tenang dan tidak nampak seperti seseorang yang telah kehilangan smartphone-nya (dalam kasus Arya, hancur). Rio kemudian melihat ke sekeliling Arya dan tak menemukan benda apapun yang nampak seperti smartphone ataupun benda yang nampak dapat menyimpannya, bahkan baik kantong celana atau baju sama sekali tidak terlihat menyimpan benda apapun.

"Apa yang terjadi?"

"Akan sangat membantu jika kau tidak bertanya lebih jauh!"

Arya nampaknya tidak ingin membicarakannya lebih lanjut. Rio kemudian duduk di samping Arya, lalu mengubah topik pembicaraan mereka.

"Aku juga tidak melihat tasmu, apakah kau meninggalkannya di dalam kelas?"

Rio dapat melihat reaksi kecil dari tubuh Arya yang nampak terkejut. Meskipun dia tadi hanya bertanya untuk basa-basi, tapi sepertinya dia telah menanyakan sesuatu yang akan membuat suasana menjadi lebih menarik. Rio akhirnya mengeluarkan senyum jahil.

"Nah, Arya... jangan katakan padaku bahwa kau telah menghilangkan tasmu!"

"Tidak hilang!"

"Kalau begitu, jangan-jangan kau meninggalkannya di suatu tempat dan lupa membawanya, benar, kan?"

Tubuh Arya langsung menegang saat mendengarnya. Bagaimana mungkin sahabatnya itu bisa menebak hal tersebut? Apakah karena mereka memang sudah lama berteman, makanya dia bisa menebak hal tersebut dengan mudah. Meskipun Arya berusaha menutupinya, Rio sudah bisa mengetahui bahwa tebakannya benar, karena Arya tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Tenang saja... kau tidak usah malu... siapapun pasti pernah lupa atau melakukan kesalahan!"

Rio berkata sambil menepuk-nepuk punggung Arya. Arya memberikan tatapan mematikan pada Rio yang nampak puas meledeknya.

"Aku hanya lupa membawanya, karena Aku terlibat dengan sedikit masalah... Aku akan mengambilnya setelah pulang dari kampus!"

"Sedikit masalah?"

"Bukan masalah penting dan tak ada hubungannya denganmu!"

Meskipun Rio masih menampilkan wajah yang bertanya-tanya, tapi dia memutuskan untuk tidak menanyakan lebih lanjut, tapi sebagai gantinya, dia merubah kembali wajahnya menjadi wajah usil.

"Nah, Arya... apakah kau ingin bersenang-senang lagi, setelah kau mengambil tasmu? Aku akan mentraktirmu makan lagi, tapi kau juga harus ikut dengan acaraku!"

"Maaf, Aku sudah memiliki rencana setelah mengambil tasku!"

"Rencana? Apa kau berencana untuk mengambil alih dunia dan membuat semua orang menjadi kutu buku sepertimu!?"

"Tentu saja tidak! Untuk apa Aku mengusai dunia hanya untuk membuat orang-orang menjadi suka membaca buku!"

"Benar sekali, itu hanya akan menjadi dunia yang membosankan!"

"Apa maksud ucapanmu itu?!"

"Kau membosankan!"

Arya berusaha menenangkan dirinya atas ledekan dari Rio. Dia sadar bahwa Rio hanya mencoba untuk memancing emosinya, jadi jika kau bisa menahan emosimu, maka kau bisa menghilangkan senyum menyebalkan di wajahnya.

"Maaf, tapi Aku tidak terpancing dengan perkataanmu!"

"Kalau begitu, kenapa kau meremas bukumu?"

Arya melihat bukunya saat mendengar ucapan Rio. Benar sekali, dia saat ini tengah meremas bukunya dengan sangat kencang. Buku yang cukup besar itu dapat dia remas dengan mudah, padahal dia tidak mengerahkan kekuatan yang besar. Sepertinya Arya harus lebih berhati-hati lagi atau dia bisa-bisa merusak bukunya yang berharga.

"Aku sedang tidak ingin bercanda dan Aku juga benar-benar tidak bisa ikut denganmu, karena Aku harus berkerja!"

"EH?! Berkerja? Bukankah Ibumu membencimu, jika kau harus berkerja?"

Rio sudah mengenal cukup baik Ibu Arya, jadi dia juga sudah tahu kalau Ibu sahabatnya itu ingin Arya fokus dengan pendidikannya dulu dari pada mencari perkerjaan. Rio bertanya-tanya apa yang membuat Ibu sahabatnya itu mengizinkan sahabatnya berkerja saat ini?

"Dia tidak benar-benar akan membenciku, jika Aku berkerja, dia hanya ingin Aku lebih fokus dengan pendidikanku, jadi selama Aku memiliki alasan yang kuat untuk berkerja, Ibuku tidak akan melarangku berkerja!"

"Alasan? Apakah kau memiliki alasan untuk berkerja?"

"Kau tahu bahwa HP-ku hancur, kan? Aku perlu uang untuk membeli yang baru, jadi Aku memutuskan untuk mencari perkerjaan, lalu secara kebetulan menemukan perkerjaan yang cukup bagus dan Akupun diterima di tempat itu!"

"Apakah ada kebetulan yang seperti itu? HP-mu tiba-tiba hancur, lalu kau langsung mendapatkan perkerjaan... ini sulit dipercaya!"

"Dunia ini memang dipenuhi oleh hal yang tidak dapat dipercaya!"

Kalimat Arya tadi sebetulnya mengandung arti lain yang tidak disadari oleh Rio. Karena dirinya hanya menganggap bahwa apa yang dikatakan Arya hanya sebatas candaan, jadi dia tidak memikirkan lebih lanjut mengenai perkataan itu dan melanjutkan pembicaraan mereka.

"Kalau kau mau, Aku bisa memberikan HP lamaku padamu!"

"Kau tahu kalau Aku tidaku suka mendapatkan sesuatu tanpa berkerja, kan?"

"Kau bisa berkerja padaku!"

"Entah mengapa Aku merasa bahwa Aku akan terlibat dengan sesuatu yang menyebalkan jika Aku menerima ajakan itu, jadi Aku akan dengan senang hati menolaknya!"

Sejak awal Rio memang tidak serius ingin memperkerjakan Arya, jadi dia hanya mengangkat bahunya dan nampak tidak begitu peduli.

"Jadi dimana kau berkerja?"

"Aku tidak ingin memberitahumu dan Aku juga tidak perlu tumpanganmu!"

"Aku belum mengatakan apapun!"

Meskipun Rio belum mengatakannya, tapi Arya sudah bisa menebak bahwa Rio ingin mengatarnya ke tempat kerjanya. Arya benar-benar tidak ingin Rio mengetahui tempat kerjanya atau dia akan sering datang ke tempat itu sambil membawa teman-temannya hanya untuk membuat Arya kesusahan, jadi dia akan menghindari hal tersebut sampai terjadi dengan segala cara.

"Biar kutebak! Kau pasti berkerja di tempat yang berhubungan dengan daging, kan? Kemarin kau sampai memakan 4 porsi steak, bayangkan 4 porsi sekaligus! Kalau seperti itu kau akan cepat gemuk!"

Arya menahan amarahnya sebisa mungkin, dia tidak ingin mematahkan leher sahabatnya sendiri hanya karena ledekannya. Lagi pula hal itu memang benar, jadi dia tidak bisa membalas perkataannya sama sekali.

"Bagaimana Arya? Apakah kau sekarang merasa lapar?"

"Tidak, Aku tidak merasa lapar sedikitpun!"

Tepat setelah dia mengatakan itu, dia menyadari sesuatu hal yang aneh. "Dia tidak merasa lapar". Arya pagi ini hanya memakan telur tanpa nasi yang dia masak sendiri, jadi bagaimana mungkin dia tidak merasa lapar sama sekali? Kalau tubuhnya masih normal, hal itu memang masih mungkin saja terjadi, tapi tubuhnya saat ini telah berkembang menjadi sesuatu yang lain dan telah menjadi lebih mudah merasa lapar, jadi bagaimana mungkin dia bisa puas hanya karena sebutir telur, belum lagi dia memakannya bahkan sebelum Ibunya bangun dari tidurnya, jadi hal itu telah berlalu cukup lama.

Arya tidak begitu ingat dengan apa yang dia lakukan saat malam hari, tapi dia ingat dengan samar-samar bahwa dia pergi ke dapur dan memakan sesuatu. Dia tidak ingat apa yang dia makan saat itu, tapi lidahnya saat ini mengatakan bahwa makanan itu sangat enak. Hal pertama yang ada di pikiran Arya adalah daging, tapi keluarganya tidak mungkin dapat membeli daging di saat seperti ini, jadi apa yang dia makan tadi malam? Arya berharap bahwa itu bukanlah benda aneh yang akan menimbulkan masalah.

"...ya... oi Arya!"

"Ah, ya... ada apa?"

Arya akhirnya tersadar saat mendengar suara Rio yang memanggilnya. Dia benar-benar tenggelam di dalam pikirannya sampai suara Rio tidak dapat dia dengar. Arya harus melupakan masalah itu untuk saat ini, apapun yang dia makan tadi malam, pasti bukanlah benda aneh dan tidak akan menimbulkan masalah yang besar.

"Ada apa? Seharusnya itu yang kutanyakan! Kau tiba-tiba saja terdiam dan nampak memikirkan sesuatu yang serius, sebetulnya apa yang terjadi padamu?"

"Tidak ada... Aku hanya lupa bahwa Aku meninggalkan buku tugasku di tasku!"

"Apa-apaan itu!? Kembalikan rasa khawatirku!"

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk khawatir!"

Arya menyadari bahwa Rio mengkhawatirkannya, makanya dia hanya menjawab asal pertanyaan Rio tadi. Arya kemudian melihat ke arah jam yang berada tak jauh darinya, sebentar lagi mata kuliahnya akan dimulai, jadi Arya segera membereskan buku-buku dan pulpennya yang dia letakan di meja yang tak jauh darinya.

"Apa kau sudah mau pergi?"

"Ya, sebentar lagi jam kuliahku akan dimulai... sebaiknya kau juga bersiap atau kau akan telat!"

"Sebetulnya hari ini Aku tidak memiliki jam kuliah!"

"Lalu untuk apa kau datang ke sini?"

"Tentu saja untuk berburu ayam!"

Rio membentuk tangannya menjadi seperti pistol dan mengarahkannya pada Arya, sementara Arya hanya memandangnya dengan pandangan bosan. Apakah dia belajar dengan benar saat berada di kampus? Sambil menyimpan pertanyaan itu di dalam pikirannya, Arya berjalan meninggalkan Rio yang masih duduk di tempatnya.

Dan begitulah hari Arya yang lain berlalu di kampus. Tidak ada perubahan apapun yang mencolok dan dia bisa hidup dengan normal tanpa menyebabkan masalah apapun.