Entah siapa yang memulai, tetapi gosip di sekolah jadi agak aneh. Citra dan Ken, berseteru memperebutkan Damar.Anak kelas 10, ribut dengan anak kelas 12. Ternyata, Ken naksir Damar. Persahabatan putus!
Demikianlah kira-kira, bahan ghibah di sekolah itu. Lalu mereka terpecah jadi dua kubu, satu pendukung Citra, dan satu lagi rombongan Pramuka pastinya mendukung Ken. Namun hal itu, tidak mengganggu hubungan Citra dan Damar. Mereka masih nampak mesra berduaan, ke mana-mana, yang konon membuat Ken makin naik darah. Bahkan, Ken pernah menendang motor Damar di parkiran. Tetapi Damar tidak menanggapi itu, dia merasa tidak mau berurusan dengan Ken.
"Kenapa diam, takut?" Tanya Ken, saat Damar hanya mendirikan kembali motornya dengan tenang. "Sini, kalau berani!"
Damar menoleh, lalu mengangkat bahu. "Aku tak pernah melawan wanita."
"Ya, terus? Jadi kau merasa hebat jadi lelaki?" Bentak Ken.
Damar menghela nafas, lalu berjalan ke arah Ken. "Hei, Kak Ken, masalahmu apa? Aku terbiasa menghadapi penggemar yang aneh-aneh, tapi tolonglah! Jangan sampai menyakiti Citra. Dia tidak bersalah. Aku yang jatuh cinta padanya. Jadi, kalau aku tidak mencintaimu, mohon maafkanlah!"
"Aih, kepedean lo! Siapa juga yang suka sama lo!"
"Lah, terus.... ngapain kamu ngelabrak Citra?"
"Urusan Citra, adalah antara gue dengan dia, bukan sama lo!"
"Lalu, mengapa lo nendang motor gue?"
"Karena gue nggak suka lo deket dengan Citra! Tapi dengar ya, ini bukan karena gue naksir lo. Najis!"
"Ya, terus apa masalahnya gue deket dengan citra? Kami sama-sama single. Nggak ada hubungan dengan orang lain. Kamu juga cuma temannya."
Kamu bukan orang yang tepat buat dia."
"Lalu, yang tepat itu siapa? Kamu?"
"Eh, GR lo!"
Damar mengerutkan kening,"Jangan bilang ini kemunafikan, ya. Konyol tahu nggak?"
Ken menghembuskan nafas kuat-kuat, sebelum meninggalkan Damar.
Sejak hari itu, Damar jadi semakin tak nyaman berada di sekolah. Kencana, seperti terus berusaha membuat masalah dengannya. Sejauh itu, Damar sulit membela dirinya. Status Ken sebagai Kakak kelas, juga mantan Ketua Pramuka, membuat Damar seakan tak diberi kesempatan untuk melawan.
"Dia memang aneh, padahal dulu baik banget denganku. Gara-gara cemburu padamu, dia norak begitu." Keluh Citra, saat mereka mampir di cafe untuk sekedar minum dan ngobrol, usai pulang sekolah.
Damar menggaruk kepalanya dengan jenaka,"Padahal aku ini apa ya, kok ya bisa diperebutkan?"
"Ih, kamu!" Citra memukul pundak Damar dengan manja, membuat Damar tertawa.
"Cuma mau ribut sama Kak Ken, kayaknya juga salah. Karena sebentar lagi mereka ujian akhir."
"Iya, kita malah mikirin nasibnya. Nah, dia malah aneh!"
"Eh, dulu beneran dia orang yang baik gitu?"
"Aduh, Kak Ken itu baik banget. Udah kayak kakak aku banget. Pokoknya, kita itu sahabat sejati."
"Selalu bersama?"
"Tidur siang aja sering bareng. Pelukan gitu. Aku juga sering diciumnya. Katanya sih gemes. Ya, dia anggap aku adik kali ya? Cuma, aku kan nggak tahu kalau Kak Ken naksir kamu? Dia nggak cerita. Bahkan dia bilang, dulu ya...katanya dia nggak suka cowok."
"Dih, nggak suka cowok?"
"Ya, mungkin saat itu dia lagi munafik."
"Banget, kayaknya."
"Ternyata dia ngincer kamu, haha...."
"Hadeuh...."
"Bangga dong, Kak Ken kan cantik."
"Aduh, nggak deh."
"Ciyeeee...."
"Udah, jangan bahas dia."
"Aku nggak bahas, tapi tak sengaja dibahas."
"Jangan-jangan, kamu suka bahas dia?"
Citra cemberut,"Idih, kamu seneng aku bahas penggemarmu?"
"Ya, sudah. Kita bahas yang lain saja. Bagaimana, soal malam minggu nanti? Pacarnya si Vincent, Alona, kan ultah?"
"Ya, kita datang dong?"
"Pasti. Bisa ngambek Vincent, kalo kita nggak datang."
"Vincent bucin banget ya, sama Alona?"
"Iya, pacaran dari zaman Vincent dan Alona sama-sama latihan Taekwondo itu di Sampurna."
"Pas sama Kak Ken, ya?"
"Ya, sama si Ken itu."
"Tapi Kak Ken udah sabuk biru. Vincent dan Alona baru sabuk kuning."
"Hah, si Ken sudah sabuk biru?"
"Sebelum kami musuhan, setahuku Kak Ken baru naik dari Geup 6, pake sabuk biru polos Geup 5."
"Wuih, hebat! Masih belia, belum lulus SMP padahal."
"Dia memang luar biasa, banyak prestasinya. Jujur, aku sih kagum banget dulu. Aku ngidolain dia, lho. Makanya aku sedih banget pas dia menjauh. Kek nggak percaya aja gitu, sebab setahuku, aku nggak punya salah sama dia."
"Jangan dipikirinlah. Anggap aja, si Ken itu, kerikil-kerikil cinta kita."
"Aih!"
"Hahaa...."
Siang itu, seperti biasa, di atas motor ninja milik Damar yang meluncur di jalan, Citra memeluk erat pinggang cowok itu. Tubuh Damar tinggi besar, seperti anak SMA, membuatnya tampak begitu pantas membawa kendaraan itu.
Dan motor sebesar dan seberat itu, bagaimana bisa didorong Kencana hingga terguling dan lecet. Citra hanya mengetahui peristiwa itu dari Damar, dan itu membuatnya semakin takut untuk berurusan dengan kakak kelas itu.
"Tapi, Dam. Menurutmu, apa si Kak Ken nggak bakalan datang di pesta Alona? Soalnya, mereka kan pernah sama-sama di Sampurna. Istilahnya satu perguruan," tanya Citra, saat mereka tiba di depan rumahnya.
Damar mengangkat bahu,"Entahlah. Lagi pula, biarkan saja. Kayaknya sulit juga untuk menghindarinya terus. Tapi, dia sangat konyol kalau berani membuat masalah di pesta ultah temannya. Percuma dia pegang sabuk biru, kalau digunakan cuma untuk mengganggu orang?"
"Ya, mana kita tahu? Sebab semua orang, punya sisi kepribadian yang tak terduga. Seperti air dalam gelas, kita bisa mengukur ke dalamannya tanpa harus memasukkan tangan ke dalamnya. Tetapi dalamnya lautan, mana kita tahu? Kita nyebur saja belum tentu tahu."
"Ciyee, mulai bijak kata-katamu. Copas di mana?"
"Itu, kata Mamaku."
"Wow, hebat! Kapan aku bisa bertemu beliau, ya? Sibuk terus ya, Mamamu?"
"Sibuk kerjaan di kantor, samalah dengan Papaku. Bagaimana dengan orangtuamu?"
"Mereka sih, kesibukannya mengatur jadwal syutingku!"
"Wah, kamu enak banget. Karirmu dikelola orangtua, dari kecil juga kamu sudah jadi bintang iklan. Bahkan honormu bisa menghidupi keluarga. Nggak kaya aku, cuma jadi beban. Hihi..."
"Eh, kamu bisa lho kayak aku. Mau kuajak casting film? Cewek secantik kamu, pasti sulit ditolak."
"Ah, aku nggak bisa acting. Berpura-pura itu capek."
"Iya sih, tapi ini kan kerja? Dapat duit. Mau, ya?"
"Hmm.... gimana, ya?"
"Hayooo..."
"Okelah!"
Damar mengacungkan jempol, lalu kembali naik ke motornya. Masih sempat dia mengedipkan mata, sebelum memakai helmnya. Citra membalas sambil memberikan ciuman jauh dengan manja, lalu melambai mesra ketika cowok itu sudah ngebut dengan motornya.
"Waduuh.... pacaran aja!"
Citra menoleh, tampak Vincent sedang mengintip di pagar sebelah. Dia tidak memakai baju, hanya celana pendek dan tampak sedang makan pucuk daun jambu batu muda yang dicocol dengan garam halus di dalam piring kecil.
"Ya, ampun! Kamu mencret lagi, Cent? Segala daun jambu dicemil. Makanya jaga makan, dong!" Teriak Citra, seraya mendekati Vincent yang masih mengunyah.
Vincent memonyongkan mulutnya, "Pencernaanku bermasalah sejak dalam kandungan sepertinya. Sebab itu, kayaknya aku nggak bakal bisa jadi atlet Taekwondo."
"Ih, kamu! Tapi kok Alona suka ya, sama kamu?"
"Mungkin karena aku tampan?"
"Hilih! Eh, btw.... Alona party ngundang Kak Ken nggak?"
"Kenapa, kamu pengen adu tinju sama dia? Udah deh, mending baikan. Nggak usah ribut gegara rebutan Damar."
"Ih, siapa juga yang rebutan Damar? Kak Ken aja yang cemburuan. Ayo, jawab dong! Alona ngundang dia juga nggak?"
Vincent mengangguk-angguk,"Kayanya semua anak Sampurna dia undang deh. Dari sabuk putih, kuning, hijau, biru.... semua!"
"Waduh!"
"Kenapa?"
"Nggaaak....," sahut Citra, seraya menelan ludah.