Sekian tahun berlalu, sejak cerita pesta Alona. Tak akan ada yang bisa memisahkan Citra dan Kencana, bahkan mereka tetap berhubungan erat saat SMA. Citra akhirnya bisa masuk SMA 8 Jakarta, satu sekolah dengan Ken yang saat itu sudah kelas 12.
Ken pernah menyesal menjauhi Citra, menyebabkan cowok seperti Damar bisa masuk ke dalam kehidupannya. Usai kasus pesta Alona, Citra memutuskan hubungan dengan Damar. Tak sedikitpun dia membuka peluang untuk berbaikan dengan cowok itu, meski Vincent membujuknya. Sampai Damar lulus SMP mereka, Citra tak pernah bicara dengannya.
Citra merasa tidak membutuhkan Damar, dan tidak rugi kehilangan cowok itu. Apalagi, Kencana kemudian kembali mengisi kebersamaan dengannya. Bahkan Citra sampai ikut ngekost bersama Ken, ketika kedua orangtuanya tiba-tiba bercerai. Hancur perasaan Citra saat itu, ketika mengetahui Papanya berselingkuh, dan Mamanya yang patah hati malah kabur ke Amerika. Pada masa suram itu, kala SMA, Citra merasa hanya punya Ken. Hanya Ken yang saat itu mampu mendampingi masa sulitnya.
Ken yang memeluknya setiap malam, di atas ranjang kost mereka yang dua tingkat itu. Berpelukan, sampai Citra tertidur lelap, karena terlalu lelah untuk menangis.
"Aku benci cowok, Kak Ken. Mereka semua kayak anjing nggak sih?" Kata Citra, dengan suara serak.
Ken tak menjawab, dia hanya membelai dan menciumi rambut Citra dengan penuh kasih. Dia merasa bahagia, karena Citra kini menjadikannya satu-satunya orang dalam hidupnya.
Semua kehidupan Citra, dalam perlindungan Ken. Bahkan, ketika Citra tidak mendapatkan lagi bantuan keuangan dari kedua orangtuanya, Ken mengambil alih masalah itu. Karena uang dari orangtuanya tidak banyak, demi menghidupi Citra, Ken sampai rela mengajar taekwondo untuk anak SD sepulang sekolah. Bahkan hari Minggu, diisi Ken berjualan air mineral bersama Citra di Pom Bensin, atau di area keramaian kota. Senekat itu mereka berdua, melewati begitu banyak perjuangan bersama.
Bersama Ken, nilai akademik Citra di sekolah menjadi luar biasa peningkatannya. Ken betul-betul mengarahkan Citra dengan baik. Dia menunjukkan ketulusannya, meski di sekolah dia sering mendengar selentingan negatif tentang mereka. Ken dan Citra, digosipkan sebagai pasangan Lines. Tapi Ken tak peduli, apalagi Citra. Citra hanya merasa kebahagiaannya hanya ada pada Ken.
Gosip itu makin menguat, ketika di SMA, ada banyak cowok yang naksir berat pada Citra. Sama seperti waktu SMP, Citra kembali menjadi primadona saat SMA. Dia terlihat bahkan makin rupawan. Kabar bahwa dia mantan pacar Damar, bintang film remaja yang semakin populer kiprahnya, turut mendongkrak performa Citra di mata cowok-cowok di sekolah.
Cowok yang naksir Citra, bukan tipikal cowok biasa. Ada anak pejabat, pengusaha, hingga ada juga yang sama seperti Damar, selebriti ternama. Tetapi semuanya ditolak mentah-mentah. Hal itulah, yang membuatnya dikira cewek "Les Biola", apalagi, dia sangat dekat dengan Ken yang tomboy.
"Sayang banget, cakep-cakep doyannya sesama serabi juga!" Ledek para cowok, jika melihat Citra melintas.
Awalnya, Citra hanya diam, malas bicara. Tetapi lama-lama, dia melakukan perlawanan juga.
"Masalahnya apa sih sama kalian? Kalau gue kagak suka cowok, itu bukan berarti gue Les Biola! Bokap gue selingkuh, dan mantan gue juga cabul dulu. Jadi gue trauma deket sama cowok. Paham?! Lagian pacaran dilarang agama!" Bentak Citra, membuat para cowok itu terdiam.
Teman-teman cewek Citra di sekolah juga mendukung sikap Citra, mereka malah simpati pada Citra yang menjadi korban perceraian orangtua.
Siapa yang bisa sekuat dia? Usia 15 tahun, orangtuanya kabur semua meninggalkannya. Dia bahkan terusir dari rumah yang sejak kecil ditempatinya, karena ternyata sudah dijual Papanya untuk hidup bersama pacar barunya yang seorang model seksi berusia 18 tahun. Citra yang tak tahu apa-apa, harus meninggalkan semuanya, termasuk berpisah dengan sahabat kecilnya si Vincent.
Jika bukan karena Ken, entah bagaimana nasib Citra. Meski dengan wajah secantik dia, mungkin dia sangat mudah mencari uang dari jalur haram jadi boneka pemuas para bandot tua. Tetapi Citra tak sudi jadi Oktavia, pacar Papanya yang jahanam itu. Dia tidak mau sejahat itu. Keluarganya rusak karena gadis yang dahaga akan uang, tentunya dia tak sudi melakukan hal serupa. Citra bertahan hidup susah bersama Ken.
"Janji akan selalu bersama ya, Kak Ken. Janji ya, Kak. Citra sayang banget sama Kak Ken, " bisik Citra, seraya mendekap Ken yang berdiri di depannya.
Ken mengangguk, sambil balas mendekapnya.
Tetapi itu dulu, waktu Ken masih kelas 12. Saat mereka masih sama-sama berseragam putih abu-abu. Bukan ketika Citra tiba-tiba sibuk dengan berkas-berkas di lantai, karena bersiap mendaftar jadi Polisi Wanita usai lulus SMA.
"Jadi Polwan itu impianku sejak kecil, Citra. Aku harus mampu meraihnya," kata Ken, sambil sibuk menyusun berkas-berkas itu.
"Lalu aku?" Tanya Citra, dengan suara tercekat.
Ken terdiam sesaat, lalu menatap wajah rupawan yang tampak mulai meneteskan air mata itu. Hatinya gundah. Jujur, selama ini dia merasa sangat bahagia bersama Citra. Itu impiannya. Tetapi masalahnya, menjadi Polwan adalah impiannya yang lain. Dan Ken, tidak merasa bersalah untuk memiliki semuanya.
"Citra, kau tetap akan jadi bagian hidupku. Menjadi Polwan, adalah demi masa depanmu juga. Kau bisa terus sekolah bahkan kuliah dari hasil pekerjaanku itu." Kata Ken, berusaha selembut mungkin dalam penyampaian, sebab dia khawatir Citra akan salah dalam menanggapi.
"Jdi Polwan itu sibuk lho. Sibuk banget. Soalnya, Tantenya Vincent itu Polwan. Dia bahkan kayak nggak punya waktu untuk Vincent yang dulu masih SD. Kau juga akan lama meninggalkan aku saat masa pendidikan, kalau lulus jadi Polwan."
"Kenapa bahas itu, aku kan baru mau daftar doang. Belum juga dites."
"Tapi kamu berharap lulus kan?"
"Iya, aku...."
"Kamu tega biarkan aku dikost sendiri? Sementara aku bawa teman ke kost, kamu marah."
"Eh, soal itu nanti berbeda. Kamu bisa kok bawa teman cewek, asal jangan cowok."
"Kalau aku yang main ke rumah temen?"
"I-iya, bolehlah. Masalahnya apa?"
"Dulu kamu nggak suka. Kok sekarang ngebebasin? Aneh, deh!"
"Citra..."
Citra menghela nafas,"Kamu mau kayak dulu? Kayak kita masih SMP? Saat kamu terobsesi masuk SMA 8, sampai sibuk belajar dan melupakan aku? Lalu aku terjerat dengan Damar yang brengsek itu?"
"Citra, aku..."
"Kamu pernah ninggalin aku, lho. Jangan lupa itu. Meski kamu kembali, tapi aku terlanjur trauma. Kalau inget dulu kamu pernah jahat dengan menjauhi aku, itu rasanya sakit banget!"
"Citra, please..."
"Sekarang kamu mau ngulang itu lagi?"
Ken menggeleng kuat-kuat,"Nggak! Tapi tolong, dengarkan aku. Aku cuma ingin jadi Polwan, apakah itu salah? Jika aku ingin hidupku lebih baik, apakah itu juga salah?"
"Jadi, hidup lebih baik itu tanpa aku? Melupakan aku? Egois kamu, Ken!"
"Semua orang punya cita-cita. Termasuk kamu juga nantinya, dan ini bukan berarti kita berpisah. Mengapa begitu sulit memahami hal seremeh ini. Sekarang, siapa sesungguhnya yang egois?"
Citra tak menjawab. Dia hanya berbalik dengan kesal, lalu terjun ke ranjang dan menangis sepuasnya.