Hari ini aku mengantar Finn Hartigan ke sebuah salon kecantikkan. Sementara dia sedang menjalani treatment, aku diusir olehnya untuk membawa Piggy ke dokter hewan. Kucing itu tidak sedang sakit, hanya melakukan pemeriksaan rutin saja.
Aku membawa Porsche Finn kembali ke Apartement HHS. Bertegur sapa dengan satpam penjaga gedung dan masuk ke apartemen Finn Hartigan. Tiba di sana, aku tersenyum melihat Piggy sedang cosplay menjadi spidercat. Dia sedang memanjat tirai. Memang kelakuan kucing random sekali.
"Piggy, turunlah." Aku mengguncang tirai perlahan. Sial, kucing ini tidak mau turun juga, untung saja Piggy terlihat manis jadi tidak apalah jika ia bertingkah.
Aku membujuknya turun dengan menawari makananannya, Kucing itu tidak mau turun juga. Jadwal konsultasi dengan dokter hewannya itu satu jam lagi. Jika aku terlambat dan dokter itu pergi, Finn pasti akan marah padaku.
Sudahlah, sebaiknya aku menyiapkan pet cargo dulu. Aku mengambil benda itu pada kamar khusus milik Piggy. Iya benar, kucing itu punya kamar pribadi di apartement mewah ini. Sesayang itulah Finn Hartigan pada Piggy.
Setelah menyiapkan pet cargo Piggy, aku duduk bersila di lantai sambil menatap bokong gembul kucing itu. Ekor Piggy bergoyang-goyang dengan gemas.
"Hei, kamu mau jalan-jalan tidak?"
Aku tahu, sebenarnya aku tampak seperti orang gila karena berbicara dengan kucing. Entah kenapa walaupun aku tahu dia tidak mengerti apa yang kukatakan tetap saja ada dorongan tersembunyi yang selalu membuatku ingin berbicara pada kucing manis itu. Bagi pemilik hewan peliharaan, berbicara dengan mereka memang sudah biasa tetapi, aku ini bukanlah pemiliknya benar kan?
"Eeooonggg." Kucing itu mengeong panjang kemudian, melihat ke arahku.
"Ayo sini," kataku. Kemudian, memposisikan kedua tanganku siap menangkapnya.
Ekor kucing oren itu bergoyang lebih cepat dan langsung saja dia melompat. Dia jatuh tepat. Tepat di wajahku. Kenapa di wajahku?
Ting!
Ponselku berbunyi tanda ada sebuah pesan yang masuk. Segera aku mengangkat Piggy dari wajahku dan memasukkanya ke pet cargo. Kucing itu memberontak hampir mencakarku, dia tidak suka masuk ke tempat itu. Untung saja aku berhasil tanpa lecet sedikit pun.
Aku mengambil ponsel yang berada di saku celanaku. Chaty mengirimiku sebuah foto, tidak biasanya dia mengirim foto padaku. Dia sedang berada di sebuah cafe dengan ... dengan Alee Bell? Masih tidak percaya dengan apa yang kulihat, aku memperbesar foto tersebut. Perempuan di sebelah Chaty menggunakan masker dan kaca mata hitam tetapi, aku tetap bisa tahu jika perempuan itu benar-benar Alee Bell.
Mengapa mereka bisa pergi berdua? Ini pasti karena perempuan itu ke rumahku tadi malam. Mereka berdua sudah berbincang dengan akrab dan beginilah hasilnya. Aku langsung menelepon Chaty.
"Hei bocah, di mana?" kataku langsung setelah Chaty mengangkat panggilan.
Chaty terkikik kemudian mematikan panggilan suaranya. Adik kurang ajar!
Jam pada ponselku sudah memperlihatkan bahwa aku hampir terlambat menguruh Piggy. Sudahlah. Aku harus mengurus pekerjaanku lebih dulu. Aku mengangkat pet cargo Piggy dan membawa kucing itu ke luar.
Setelah aku menutup pintu rumah Finn Hartigan, ponselku berdering. Tangan kananku yang bebas dengan cepat meraih ponsel. Chaty melakukan panggilan video. Aku menggeser bulatan hijau pada layar.
"Aku sedang di Cafe Honey bersama seorang bintang," kata Chaty. Aku mengangkat ponsel di depan wajahku sambil terus berjalan.
Alee melepaskan kaca mata hitamnya, dia melambaikan tangankemudian mengedipkan sebelah matanya padaku. Ada apa dengan perempuan ini.
"Kenapa tidak di kampus?" kataku.
"Duh, dosennya tadi tidak datang. Kebetulan Kak Alee sedang berada di dekat sini dan kami pun memutuskan untuk bertemu sebentar."
Sial, aku tidak bertanya tentang pertemuanmu bocah! "Kalau tak ada kelas pulang saja."
"Oh, aku sebentar lagi masuk kelas. Kak Alee bilang dia pergi ke sini dengan taxi. Kakak tolong jemput Kak Alee ya? Aku mau masuk kelas. Pastikan dia aman."
Adik kurang ajar! Aku sedang sibuk kenapa dia menyuruhku! "Kakak tak ada waktu."
"Dasar payah, kamu tega membiarkan seorang perempuan sendirian," kata Alee menimpali percakapan kami. Mengapa perempuan ini gemar sekali mengataiku payah?
Chaty melirik Alee dan menutup mulutnya, aku baru saja keluar dari lift. Berjalan dengan langkah lebar menuju parkiran di basement.
"Aku harus membawa Piggy ke dokter hewan."
"Kamu memelihara babi?" tanya Alee bingung.
Aku tiba di parkiran. "Ini kucing." Berjalan dengan cepat menuju mobil Finn Hartigan. "Sebentar," kataku.
Aku menaruh pet cargo di lantai. Membuka pintu belakang mobil dan menaruh Piggy di sana. Cepat-cepat aku duduk di belakang kemudi. Jika melihat layar navigasi, klinik hewan itu berada satu jalur dengan Cafe Honey. Baiklah sudah kuputuskan.
"Tunggu di sana, aku akan menjemputmu." Kemudian aku memutuskan panggilan video tersebut.
***
Di sinilah kami sekarang, berada di klinik dokter hewan. Sedang menunggu antrian. Ternyata aku tiba sepuluh menit lebih cepat.
Selama di mobil, perempuan itu diam saja. Ia tidak sekalipun berbicara. Entah mengapa diamnya Alee membuatku merasa harus lebih waspada.
Tiba, giliran kami ketika nama Piggy dipanggil. Aku meminta Alee untuk menunggu di ruang tunggu saja. Dia mengangguk masih enggan bersuara. Sungguh aku ingin tahu apa yang dipikirkan oleh perempuan itu.
Selesai diperiksa aku kembali menemui Alee. Bibirnya tersenyum, wajahnya terlihat cerah, aku diam mematung sejenak. Menunggu dan terus menunggu hingga ia mau mengatakan sesuatu. Tiba-tiba saja, Alee bergerak. Dia berdiri dan mendekatkan ponselnya di wajahku.
"Apa kamu punya waktu? Kurasa kita harus datang ke sini," katanya. Dia menunjukkan profil sebuah Cafe kucing.
"Aku harus memulangkan Piggy dan menjemput Finn Hartigan. Apakah bintang besar sepertimu tidak memiliki pekerjaan selain mengganggu orang?" Kataku. Aku memang kesal padanya, tetapi sepertinya perkataanku sedikit berlebihan.
Senyumannya hilang, wajah Alee dengan cepat berubah masam. Aku menjadi menyesal telah mengatakan hal seperti itu.
"Maksudku kamu tidak mengangganggu. Hanya saja aku sedang sibuk sekarang," kataku lembut.
Perempuan itu bersedekap dada. Dia melihatku "Noah, kamu benar-benar payah."
Aku mengembuskan napas dengan kasar, lelah dengan permainannya. Orang-orang di klinik juga sedang menatap kami berdua. Aku dengan segera menarik tangan Alee dan berjalan keluar klinik.
Di depan porsche milik Finn Hartigan aku mengatakan, "Benar. Aku memang pria yang payah karena lebih memilih bekerja dibandingkan bermain denganmu." Aku sudah lelah terlibat dengan permainan Alee.
Aku membuka pintu belakang mobil dan memasukan Piggy ke dalam.
"Noah si payah," ejeknya. Kemudian dengan semaunya dia langsung masuk ke mobil Finn dan duduk dibelakang kemudi.
Apa-apaan dia ini?!
"Hei mengapa kamu duduk disitu?" tanyaku.
"Aku ingin mengajari Noah si payah tentang cara menikmati hidup yang indah. Biarkan aku mengemudi untukmu."
Jika aku menolak dia tetap akan bersikeras bukan? Akhirnya, aku pasrah dan duduk di samping perempuan itu.
Aku meliriknya sekilas, dia tersenyum. Wajahnya tampak bersemangat.