"Aku ingin mengajari Noah si payah tentang cara menikmati hidup yang indah. Biarkan aku mengemudi untukmu," kataku pada Noah.
Laki-laki itu tampak lelah tetapi, dia pasrah juga dan mengikuti permainanku. Aku tersenyum kecil, kemudian mulai menjalankan mobil.
Noah Rann Haven, dia hanya laki-laki biasa. Aku mendekati Noah tanpa maksud untuk menjadikan dia targetku. Alasanya? Tentu saja, karena dia orang biasa. Permainan ini tidak akan menyenangkan jika lawanku hanyalah orang biasa. Aku mendekati Noah untuk memutuskan hubungan di antara dia dan Finn Hartigan. Hal kacau apalagi yang bisa menghancurkan hubungan kedua laki-laki selain perempuan?
Kemarin malam, aku sudah melihat data milik Dafinn Shaz Hartigan, 30 tahun. aku menyadari dia orang yang bersih dari hukum. Hanya ada kasus kesalah pahaman saja seperti yanh pernah disebutkan oleh Ruby. Tentu saja orang akan salah paham, dia memiliki kebiasaan pergi ke pub setidaknya dua kali seminggu. Menurut data yang aku baca saat itu, di pub tersebut sedang ada pesta obat-obatan terlarang. Untung saja Finn tidak sebodoh itu untuk bergabung mengkonsumsi barang tersebut. Selain itu, Finn gemar sekali merendahkan orang. Selama 15 tahun dia berkarir di dunia hiburan, sudah tercatat 20 kali berganti manajer. Lalu ada catatan daftar 30 orang staf yang mengundurkan diri setelah bekerja dengan Finn Hartigan. Entah karena apa, Noah bisa menjadi orang yang bekerja paling lama bersama Finn Hartigan. Noah juga orang yang giat dan kompeten dalam pekerjaanya. Waaah!
Ada banyak data yang dikumpulkan Ruby, salah satunya adalah pembicaraan orang-orang di sosial media mengenai Finn Hartigan. Mereka berkata tidak tahan diperlukan seperti sampah oleh Finn Hartigan tetapi, tidak ada satu orang pun yang mempercayai mereka. Agensi Finn juga sangat cepat dan tanggap dalam hal menjaga citra diri bintangnya. Makanya, hal seperti itu belum pernah sampai ke publik.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk ini," kata Noah.
Aku meliriknya sekilas. "Kamu punya," kataku sambil tersenyum.
Aku memang sedikit merasa bersalah pada laki-laki di sampingku ini. Maaf saja, kamu harus ikut dalam permainanku. Mau bagaimana lagi? Anggaplah kamu tidak beruntung karena bekerja dengan orang yang salah. Setidaknya, kamu akan bebas dan merasa lebih hidup setelah aku selesai menghancurkan Finn Hartigan.
"Aku harus mengantar Piggy pulang dan menjemput Finn Hartigan," kata Noah.
Aku menepuk bahunya pelan. "Kamu punya waktu kok. Aku jamin."
Noah terlihat ragu. Dia diam tidak menjawab. Aku tebak, pikirannya sedang penuh dengan pertanyaan bagaimana cara menghentikan Alee Bell? Topik yang jelas sekali terbaca di wajahnya.
"Bisakah kamu menelepon Finn, sekarang?" Aku melirik Noah, air mukanya terlihat kebingungan. "Lakukan saja," tambahku.
Laki-laki itu mulai bergerak mengeluarkan ponselnya.
"Jangan lupa speaker."
Beberapa saat kemudian, terdengar sebuah nada sambung. Keheningan merayap di antara kami seraya menunggu. Entah apa yang membuat Finn Hartigan begitu lama mengangkat panggilan teleponnya.
"Heh! Sudah selesai dengan Piggy? Aku hampir selesai di sini. Lebih baik kamu cepat ke sini."
Akhirnya diangkat! Suara Finn terdengar memenuhi mobil. Kebetulan sekali sekarang sedang lampu merah. Aku menghentikan mobil dan melihat ke arah Noah.
Laki-laki itu siap membuka mulutnya, aku dengan sigap menutup mulut Noah dengan tangan kananku. Tangan kiri kugunakan untuk menunjuk diriku sendiri, memberi isyarat pada Noah bahwa akulah yang akan berbicara pada Finn. Noah mengangguk kecil.
"Finn," panggilku dengan lembut.
"Alee? Kamu sedang bersama manajerku? Bagaimana bisa?" tanya Finn bingung.
"Hanya kebetulan," jawabku seadanya. Malas memberikan penjelasan lebih. "Bisakah kita bertemu malam ini?"
Noah menatapku dengan curiga. Aku tertawa kecil tanpa suara. Lucu sekali ekspresi wajah Noah. Rasanya aku ingin memotret dia dan memasukkannya ke dalam album kumpulan laki-laki polos, andai saja aku punya.
"Tentu, tentu bisa. Bagaimana mungkin aku menolak bertemu seorang dewi," jawab Finn.
Aku tertawa untuk Finn. Tawaku kali ini hanyalah sebuah akting untuknya. Aku sudah terlalu sering mendengar kata dewi belakangan, jujur saja aku mulai muak tetapi, laki-laki ini sedang mencoba menggodaku bukan? Aku harus menunjukkan reaksi yang sewajarnya.
"Masalahnya, mungkin saja aku akan berada di kantor agensiku sampai malam hari ini," sambung Finn. "Apakah manajerku tidak memberitahumu?"
Noah diam, dia hanya terus memperhatikan.
"Mudah saja, aku akan menemuimu di sana. Hanya jika kamu mau meminjamkan manajermu padaku sebentar." Aku mengedipkan sebelah mata pada Noah.
"Boleh aku bertanya alasannya?"
"Aku butuh seorang pria menemaniku belanja. Kamu tahulah, akan ada banyak barang dan sebagainya."
"Oh, gunakan saja dia sesukamu."
Dengar itu? Kata-kata Finn seakan menunjukan bahwa laki-laki di sampingku ini adalah barang. Kepribadian Finn Hartigam luar biasa baik sekali. "Terima kasih."
"Apakah dia ada disitu?" tanya Finn.
Oh, lampu lalu lintas sudah berubah hijau. Aku menjalankan kembali porsche milik Finn Hartigan.
"Ya, ada apa?" jawab Noah pada Finn.
"Jaga dia baik-baik untukku. Lakukan apapun yang dia inginkan. Ingat itu, apapun." Panggilan pun berakhir.
Sangat tipikal Finn sekali. Aku yakin dia ingin membuatku tersanjung dengan berkata seperti itu pada Noah sayangnya, dia salah. Sebaliknya, perkataan Finn hanya menambah nilai sisi buruknya di mataku.
Aku sedang fokus menyetir ketika merasakan tatapan Noah yang seakan bisa melubangi kepalaku. Aku meliriknya sekilas dan dengan lembut berkata, "Apa ada yang ingin kamu katakan?"
"Aku penasaran tentang satu hal," katanya. Aku kembali meliriknya, Noah masih menatapku. "Kamu meminta izin untuk membawaku tetapi, kenapa tidak dengan porsche ini? Maksudku, kamu tidak lupa jika mobil ini milik Finn bukan?"
Aku tertawa ringan. "Oh, sayangnya aku memang lupa. Kurasa itu sangat jelas karena keberadaan kamu di sini jauh lebih penting bagiku dibandingkan mobilnya Finn."
Dia terbatuk. Astaga, mengapa reaksi Noah semanis ini?
***
Awalnya, aku berpikir menyita sedikit waktu Noah untuk pergi ke cafe kucing. Akan tetapi, kami sekarang memiliki banyak waktu dan aku mengubah tujuan. Aku ingin membuat Noah terkesan dan mengingatku dengan baik.
Pertama, kami tiba di tempat penitipan hewan. Lalu, aku meminta Noah menitipkan babi kecil Finn di sini. Tentu saja Noah protes, tetapi kukatakan padanya bahwa aku tak ingin kencan kami diganggu seekor kucing. Dia ingin kembali menentang ucapanku walaupun, pada akhirnya dia hanya diam mengikuti apapun yang aku inginkan.
"Apakah aku boleh menyetir sekarang?" tanya Noah. "Aku merasa buruk jika membiarkan seorang wanita menyetir untukku seharian."
Aku tersenyum, "Baiklah. Lagipula, kamu tidak mungkin berusaha kabur dariku sekarang bukan?"
"Tidak," katanya sambil membukakan pintu untukku.
"Terima kasih," kataku dan masuk ke mobil. Dia mengitari mobil dan duduk di kursi pengemudi. "Harimu milikku, Noah."
Kencan kami pun benar-benar di mulai.