Aku tiba di lokasi syuting sangat awal, staf stylist dan make up artist langsung membawaku masuk ke ruang ganti. Mereka terlihat sangat bersemangat melakukan pekerjaannya. Aku senang bekerja dengan orang-orang seperti ini.
Aku menggunakan pakaian dengan perpaduan warna peach dan hitam. Lembut tapi juga memberikan kesan kuat di saat yang sama. Rambut panjangku dibiarkan terurai memberikan kesan tampil cantik natural. Sempurna. ketika aku siap dan keluar ruangan, Finn Hartigan sudah berada di depan kamera.
Finn, menggunakan kemeja putih panjang dengan bagian lengan yang digulung. Bisa kukatakan bahwa pria dengan kemeja memang terlihat seksi dan menggoda. Finn sedang melakukan monolog di depan kamera. Dia terlihat begitu pandai berakting. Aku tidak perlu mengkhawatirkan lawan mainku.
Aku melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Noah, tetapi tidak dapat aku temukan. Kurasa dia sedang sibuk.
Tiba-tiba ponselku mengeluarkan nada pip pendek. Sebuah pesan singkat baru saja masuk ke ponselku. Aku membukanya. sebuah pesan dari nomor tidak dikenal.
"Aku baru saja tiba, membeli ponsel dan langsung ke kantorku. Hubungi aku saat kamu tidak sibuk. Aku belum bisa ke rumahmu hari ini. - Ruby Phalosa."
Oh Ruby! Senang rasanya mengetahui dia sudah membeli ponsel. Kuharap dia tidak berencana sengaja membiarkan Archer membuangnya lagi kali ini.
Setelah membaca pesan itu, Kak Rienna datang dan seperti biasa dia akan menyimpan ponselku. Kudengar, giliranku untuk berakting akan tiba sebentar lagi.
Dareen juga sedang berada di sampingku. Pemuda yang baru terjun ke dunia akting ini terlihat terpukau oleh penampilan Finn Hartigan. Aku menyentuh bahunya dan berbisik "Kamu juga akan bisa seperti itu suatu saat nanti. Bahkan, mungkin saja lebih baik."
Dareen terkejut dan dia melihat ke arahku. "Terima kasih," katanya sambil tersenyum.
"Luar biasa hanya perlu dua kali take dan ini sudah sempurna!" kata sutradara. "Sekarang giliran July. Alee, Masuklah dari sebelah sana dan hampiri March. Ayo bersiap!"
"Aku permisi dulu," kataku pada Dareen dan pergi ke arah yang sudah ditunjukkan.
Seorang stylist mengikuti dan mencoba merapikan pakaianku sedikit. Kemudian, saat hitungan mundur di mulai, aku sedikit mengangkat dagu penuh percaya diri lalu...
"Action!"
Aku berlari terburu-buru, kemudian menabrak Finn Hartigan hingga kami terjatuh. Aku berada tepat di atas Finn. Dia menangkapku jatuh kepelukannya. Menatap tepat ke arah mataku dan berkedip beberapa kali.
"Ah! Maafkan aku! Maaf!" Kataku dan berusaha berdiri. Akan tetapi, rambutku tersangkut di kancing kemejanya. Bagian ini tidak ada dalam naskah. Terjadi begitu saja.
Aku tidak bisa bangun sendiri dengan rambut yang tersangkut. Finn yang sadar menatapku dengan tatapan datar. Kemudian dia ikut bangun bersamaku dan membantu melepaskan rambut yang tersangkut pada kancing kemejanya.
"Berhati-hatilah," kata Finn. Suaranya sungguh seksi sekali.
Aku menunduk malu. Dalam drama ini July adalah karakter wanita yang lugu tetapi cukup agresif. Sifat agresifnya belum muncul pada pertemuan pertama ini. Aku juga sudah sering mendapatkan peran gadis yang polos dan lugu. Tentu saja ini sangat mudah bagiku.
"Kamu mau ke mana sampai terburu-buru?" tanya Finn Hartigan padaku.
"Toko bahan kue di belakang sana sedang mengadakan diskon besar-besaran. Aku harus mendapatkannya!" Kataku dengan semangat. "Permisi." Lalu bersiap berlari lagi.
Finn memegang tanganku dengan cepat. "Tunggu," katanya.
Aku menatapnya dengan ekspresi bingung, gelisah dan malu. Kurasakan semua emosi July saat ini. Gadis seperti July jelas saja merasa malu dan ingin cepat-cepat kabur dari pria yang membuatnya merasa seperti itu.
"Apa di sana ada makanan?"
Benar, March saat ini sedang kabur dari rumah dan kelaparan. Akan tetapi, July sama sekali tidak mengetahui hal itu.
"Tidak, tetapi aku bisa membuatkanmu kue setelah selesai berbelanja."
"Boleh aku ikut denganmu?"
Aku mengangguk.
"Cut!"
Orang-orang bertepuk tangan menyambut kami. Hanya perlu satu kali take dan bagian ini selesai. Kak Rienna menghampiriku dan membawakan jus jeruk dalam kotak karton sekali minum.
Aku melirik, Finn Hartigan sedang berbicara pada Noah. Lalu, Finn balas menatapku. Aku tersenyum dan membentuk kata "Luar biasa" melalui gerakan bibir tanpa berbicara.
"Setelah ini giliran Savanah masuk. Kamu bisa menunggu." kata Kak Rienna menjelaskan. Aku menggangguk.
Di tengah semua ini tiba-tiba saja Noah datang menghampiriku. Dia memberikanku kotak makanan.
"Finn yang memberikanmu. Dia harap kamu mau istirahat dan makan bersamanya," jelas Noah sambil menunjuk ke arah kursi di mana Finn sudah duduk dan melambai pada Alee.
"Pergilah, tak apa. Aku perlu mengecek pakaianmu pada bagian berikutnya," kata Kak Rienna.
Aku mengangguk singkat dan berjalan menuju tempat Finn berada. Dia tersenyum senang melihat kedatanganku sedang Noah sudah menghilang pergi entah ke mana. Keadaan di sini cukup sibuk dan kurasa apa yang kulakukan kemarin sudah cukup bagus untuk mendekatinya.
Aku sudah memutuskan untuk menjadikan Finn targetku, seharusnya aku lebih banyak berbincang dengan pria itu kan?
"Kuharap kamu suka makanannya. Itu sandwich yang hanya bisa kamu dapatkan dariku. Dagingnya diganti dengan olahan kentang. Sehat dan bagus untuk tetap menjaga berat tubuhmu," kata Finn menjelaskan.
Aku duduk di sampingnya dan membuka kotak makanan yang diberikan Noah sebelumnya. Selain sandwich ada sekotak jus jeruk juga di dalamnya.
"Kudengar kamu sangat menyukai jus jeruk," kata Finn lagi. Kemudian dia meneguk air mineral.
Aku yakin dia ingin membuatku tersanjung. Bentuk perhatian kecil yang dia berikan padaku juga sudah menunjukkan bahwa ia memiliki ketertarikkan denganku. Ini tidak akan menantang. Jujur saja, mendekati orang polos seperti Noah lebih menyenangkan dibandingkan dengan harus mendekati orang yang memang tertarik padaku. Rasanya sedikit hambar untuk bermain dengan Finn. Akan tetapi, dia sesuai dengan kriteria targetku. Jadi, aku juga tidak akan melepaskan mangsaku.
"Terima kasih. Lain kali kamu tidak perlu repot seperti ini. Kak Rienna juga sudah mengatur semua kebutuhanku termasuk makananku," jelasku kemudian menggigit sandwichnya.
Oh, ini enak.
"Aku sama sekali tidak merasa repot dengan ini." Finn mengedipkan sebelah matanya padaku. Bagus juga semangat orang ini.
"Ini enak, di mana kamu membelinya?"
"Itu dari dapur manajerku. Jelas kamu tidak akan mendapatkannya di mana pun."
Artinya ini buatan Noah? Wah pria lugu itu pandai memasak ternyata. Walaupun ini hanya sandwich, tetapi ini bukanlah sandwich biasa. Rasanya benar-benar enak. Finn juga salah, tentu akan lebih baik jika aku mendekati kokinya saja daripada Finn bukan?
Perkataan Finn soal dia tidak repot ya tentu jelas saja, karena yang harus repot mempersiapkan ini kan Noah bukan dirinya. Finn hanya bermodalkan memberi perintah. Usahanya untuk mendekatiku ternyata baru seperti ini saja.
"Sampaikan terima kasihku padanya," kataku.
"Maksudmu pada manajerku? Tidakkah kamu ingin mengatakan terima kasih padaku juga?"
Oh dia ingin disanjung juga. "Ya, terima kasih, Finn." Aku tersenyum. "Walau begitu, aku lebih berterima kasih pada manajermu yang membuatkannya untukku."
Aku menutup kotak makanan tersebut, menepuk ringan pundak Finn Hartigan dan pergi berlalu.
Aku yakin setelah ini dia pasti meminta Noah untuk mengajarinya memasak.