Aku baru saja selesai mengantarkan Finn dan kucingnya pulang ke rumah mereka. Jika saja bisa, aku ingin langsung pergi ke halte buss dan pulang ke rumah dengan buss terakhir hari ini.
Aku ingin cepat pulang hari ini. Setelah menerima telepon dari Zoya, dia mengajakku untuk segera bertemu. Sayangnya, tidak. Tidak bisa untuk hari ini.
Finn Hartigan memintaku untuk mengajarinya membuat sandwich. Mengingat dia tidak memiliki roti dan bahan makanan lainnya di dapur, aku harus segera pergi lagi untuk berbelanja ke supermarket.
Sekarang aku sedang mengendarai mobil Finn hartigan untuk mencari super market yang masih buka. Sialnya tidak ada! Aku hanya menemukan beberapa minimarket saja. Mereka memang menjual roti tetapi tidak dengan sayurannya.
Aku menelepon Finn Hartigan tepat di depan sebuah mini market. Sambil menunggu berakhirnya nada sambung, aku keluar dari mobil dan bersandar pada bagian depannya.
"Lama sekali. Cepatlah bawa semuanya naik ke atas sini!" kata Finn langsung setelah mengangkat teleponku.
"Maaf, tidak ada supermarket yang buka Finn. Ini sudah terlalu malam," jelasku.
Dia mendengus dari seberang telepon. Nada kesal Finn Hartigan mulai memenuhi ponselku. "Baiklah, besok! Saat kita pulang ku harap kulkasku sudah terisi dengan roti, kentang dan apalah itu."
"Oke."
"Sebelum pulang, bawa kembali mobilku ke sini. Titipkan saja kuncinya pada satpam."
Panggilan pun berakhir. Sekarang sudah hampir tengah malam. Biasanya Finn akan mengizinkanku menggunakan mobilnya untuk pulang jika sudah selarut ini. Aku yakin sekali dia sedang menghukumku. Dia tahu, tidak akan ada buss pada jam-jam seperti ini. Pilihanku untuk pulang tentu hanyalah dengan menaiki taxi.
***
Aku sedang menunggu taxi di halte buss. Hari ini cukup melelahkan. Aku duduk di kursi halte dan mengeluarkan ponselku. Aku tidak sadar ada sebuah pesan singkat yang masuk sejak satu jam yang lalu. Itu dari Zoya.
"Pukul berapa kamu selesai bekerja? Aku bisa menunggumu."
Begitulah isi pesannya. Aku merasa tidak enak harus menjawab pesannya tengah malam seperti ini. Dia pasti sudah lelah dan tertidur sekarang. Lebih baik aku membalas pesannya besok pagi.
Aku kembali mengantungi ponselku dan sembari menunggu kucoba untuk mengecek jadwal Finn Hartigan yang ada pada buku catatan kecil milikku. Lebih baik menunggu taxi sambil melakukan hal yang berguna seperti ini bukan?
Belum lama aku fokus pada pekerjaan, tiba-tiba sebuah mobil chevrolet hitam berhenti di depan halte. Aku diam memperhatikan. Kacanya mulai turun dan memperlihat dua orang wanita di dalam sana. Zoya Da-Royal dan Clara Brooke. Aku terkejut mendapati kedua wanita itu saling mengenal.
"Mengapa kamu tidak membalas pesanku?" tanya Zoya.
"Kupikir kamu sudah tidur dan aku tidak ingin mengganggu," jawabku sambil berjalan ke dekat mobil.
"Aku dan temanku berencana untuk minum-minum. Jika kamu tidak keberatan ayo ikut denganku!" seru Zoya. Dia tampak sangat bersemangat sedangkan Clara Brooke hanya diam memperhatikan.
"Tidak aku harus bekerja besok."
"Satu gelas saja, apa tidak bisa?"
Aku menggeleng, "tidak, aku harus pulang."
"Baiklah kalau begitu izinkan kami mengantarmu pulang, Noah." Zoya tersenyum. "Masuklah! Aku ingin bernostalgia denganmu," katanya.
Ini sudah terlalu malam, pulang bersamanya akan lebih cepat dibandingkan harus menunggu taxi tiba. Aku menutuskan untuk ikut bersamanya.
Aku duduk di kursi belakang bersama dengan banyak paper bag belanjaan. Kurasa kedua wanita itu habis bersenang-senang hari ini. Chevrolet ini pun mulai bergerak membelah jalan raya di tengah malam.
"Di mana rumahmu Noah?" tanya Zoya padaku.
"Jalan Hortensia komplek Aster nomor 18."
"Oke! Oh iya, apa kamu mengenal temanku? Dia seorang pembawa acara gosip pagi, Clara Brooke. Clara ini temanku Noah, kuharap kamu tidak keberatan dia menumpang."
"Ya tidak masalah," kata Clara singkat.
"Bagaimana kabarmu? Kamu pasti sudah keluar dari rumah Haven," ucap Zoya.
Rumah Haven adalah cara kami menyebutkan nama panti asuhan tempat kami tinggal dulu. Daripada menyebutnya panti dan tampak menyedihkan, semua anak-anak di sana lebih senang menyebutnya Rumah Haven.
Aku menggangguk, "Ya, sudah bertahun-tahun yang lalu."
"Wah. Aku benar-benar ingin tahu bagaimana kabarmu. Aku merasa sungkan bertanya hal ini pada Chatty tadi tetapi, aku sungguh ingin tahu, benarkah tak ada orang yang mengangkat kamu dan adikmu?"
"Ya."
"Hidupmu pasti berat sekali. Andai saja aku tidak pergi ke luar negeri. Aku pasti akan membantumu. Aku sungguh menyesal," kata Zoya.
Aku tersenyum. "Tak apa. Aku memiliki pekerjaan yang bagus sekarang."
"Chatty bilang kamu seorang manajer artis? Sayangnya dia tidak mau memberitahuku siapa artis yang kamu tangani."
"Aku bekerja untuk seorang aktor, Finn Hartigan," kataku.
"Finn Hartigan? Pantas saja suaramu tidak asing untukku. Kamu pasti yang menolak tawaran agar Finn tidak tampil dalam acaraku," kata Clara tiba-tiba.
Aku hanya dapat tertawa kecil mendengarnya.
"Benarkah Finn Hartigan? Dia yang akan bermain peran March dalam drama 'Any Time Only You' benarkan? Finn yang itu?" Kata Zoya dengan nada lebih bersemangat lagi.
"Iya."
"Waaah! Kalau begitu kita pasti akan bertemu lagi besok! Kamu tidak punya alasan untuk menghindariku besok. Ini akan sangat menyenangkan."
"Besok? Aku harus bekerja."
"Apa kamu tahu bahwa aku adalah penulis buku dari drama itu?"
"APA?" Aku sedikit meninggikan suaraku karena terkejut. Setahuku nama penulis buku itu adalah Z.Da. Oh baiklah aku mengerti. Itu sebuah singkatan Zoya Da-Royal.
"Aku kembali ke sini untuk memantau pembuatan drama itu. Siapa sangka kita akan sering bertemu nantinya, Noah. Dunia ini sempit ya?"
Sangat aneh rasanya kami terhubung lagi dengan cara seperti ini. Setelah itu Zoya menceritakan padaku bahwa orang tua angkatnya adalah seorang pemilik stasiun televisi tempat Clara bekerja. Dia dan Clara juga tidak sengaja bertemu dan baru berkenalan hari ini. Lucunya mereka berdua langsung cocok antara satu sama lain.
Clara Brooke memang terkenal sebagai pembawa acara gosip dengan lidah yang mematikan. Akan tetapi, kurasa dia teman yang cukup baik jika mampu membuat Zoya merasa nyaman dan percaya padanya.
"Ah apa kamu sudah punya pacar?" tanya Zoya tiba-tiba.
Entah mengapa bayangan Alee Bell muncul dalam kepalaku. Aku menggeleng dengan cepat, mengusir bayangan perempuan itu dalam kepala. "Tidak."
"Aku juga tidak." Aku bisa melihatnya tersenyum dari cermin yang ada di mobil.
"Aku juga, seharusnya kamu ikut saja minum-minum dengan kami," kata Clara.
"Tidak terima kasih," kataku dan tersenyum ringan.
"Noah, kamu itu orang yang sangat baik dan cukup tampan. Mengapa orang sepertimu tidak punya pacar?" tanya Zoya.
"Aku tidak punya waktu untuk itu. Aku bekerja sepanjang hari. Kamu lihat sendiri, aku baru bisa pulang saat tengah malam."
Kami sudah memasuki jalanan rumahku.
"Kamu harus mencoba menikmati hidup, Noah. Cobalah mengambil cuti dan bermain denganku."
"Tidak untuk saat ini."
Sekarang kami sudah tiba tepat di depan rumahku.
"Noah, apa kamu tahu? Melihatmu secara langsung sekarang membuatku kembali menyukaimu," kata Zoya.
Aku berpura-pura tidak mendengarnya. "Kurasa Chatty pasti sudah menungguku di rumah." Aku langsung keluar dari chevrolet itu.
"Noah!" Zoya mengikutiku keluar dari mobilnya. Dia langsung menggenggam tanganku dengan kedua tangannya.
"Aku ingin pacaran denganmu!"
"Bagus sekali Zoy! Sekarang berikan priamu itu ciuman," kata Clara dari dalam mobil.
Zoya menatapku penuh harap. Aku pun balas menatapnya ...