Aku dan Manajer Young menunggu di lobby. Kami duduk saling berseberangan pada sofa lembut yang di sediakan. Selain itu, ada mesin pembuat kopi otomatis juga di sudut ruangan. Hotel ini mempunyai fasilitas dan suasana yang bagus. Sangat wajar untuk sebuah hotel bintang 5.
"Manajer Young, kopi?" tanyaku, sambil menunjuk mesin pembuat kopi. Tentu saja sebagai orang yang lebih muda darinya harus akulah yang berinisiatif untuk membuat kopi. Sebuah aturan sopan santun secara tidak tertulis.
"Boleh saja," katanya.
Aku berdiri dan segera membuat kopi. Tidak sampai 10 menit kopi kami berdua sudah siap. Aku meletakkan gelas styrofoam itu ke meja. Kami menyesap kopi masing-masing.
"Ini enak, Kopi di hotel seperti ini memang berbeda," ucap Manajer Young. Aku tersenyum kikuk.
Rasanya ini canggung sekali. Kami hanya pernah berbincang di telepon. Itu pun untuk membicarakan pertemuan ini saja. Aku tidak bisa membiarkan keadaan seperti ini. Kami juga tidak tahu berapa lama Finn akan berbincang dengan Alee.
"Alee sangat ingin bermain dalam drama itu," kata Manajer Young tiba-tiba. Untunglah dia membuka pembicaraan lebih dulu.
"Begitu pula dengan Finn Hartigan. Dia tahu bagaimana kualitas Alee di dunia akting." Aku menanggapi.
"Mereka pasti akan memerankannya dengan baik." Manajer Young memutar-mutar gelas kopi di tangannya. Gerakkanya tampak canggung, kurasa dia juga merasa tidak nyaman di dekatku. Setidaknya, dia berusaha. "Jika Alee mundur, kudengar perannya akan digantikan oleh Savanah Dam," lanjutnya.
"Itu akan menjadi mimpi buruk untuk Finn."
"Kenapa?"
"Manajer Young, Anda juga tahu bukan jika Savanah mantan terburuk Finn Hartigan. Kabar putus cinta mereka meledak waktu itu." Aku menyesap kopiku. Tunggu kenapa aku jadi berbicara begini? Seakan sedang menggosipkan artis yang kutangani? Ini tidak benar. Keadaan canggung ini membuat mulutku ingin mengatakan apa saja jika itu bisa membuka topik pembicaraan.
"Oh benar, kabar itu. Aku hampir melupakannya."
Aku berdeham sedikit. "Manajer Young, kurasa aku harus pergi ke kamar kecil."
Ia mengangguk.
Aku berjalan meninggalkam Manajer Young seorang diri. Kurasa aku harus mencuci muka dan menjernihkan pikiran sedikit. Aku ini manajernya Finn, tidak seharusnya aku membicarakan dia begitu.
Aku jalan berkeliling mencari keberadaan kamar kecil. Hotel ini cukup besar, membingungkan. Cukup lama aku berputar-putar. Para stafnya pun terlihat sibuk berjalan dengan langkah lebar. Kurasa aku tidak boleh mengganggu mereka. Akan kucari sendiri jalannya. Lagipula, ide yang bagus untuk membunuh waktu. Mengingat betapa canggungnya aku dan Manajer Young.
Lama berkeliling, siapa sangka aku tiba kembali di depan Launge hotel. Tiba di sini entah mengapa aku jadi merasa khawatir. Apakah Finn sedang menggoda perempuan itu atau tidak? Kuharap tidak.
Rasa penasaran membuatku mengintip sedikit ke dalam. Finn tampak duduk sendirian, menyuap sepotong steak ke mulutnya. Ke mana perempuan itu? Sudahlah, tidak seharusnya aku mencari tahu. Jika urusan mereka sudah selesai Finn pasti menghubungiku.
Aku kembali berjalan sedikit. Lalu, secara tidak sengaja kutemukan Alee Bell sedang berdiri di ujung koridor. Sebelumnya, aku tidak sadar mengenai bagian belakang gaunnya yang terbuka. Rambut coklat panjang miliknya dibiarkan tergerai begitu saja, menutupi sebagian besar punggungnya. Walaupun begitu, aku masih bisa melihat sedikit punggung putih dan halus perempuan itu.
Tangan Alee sedang memegang ponsel ke telinga. Sepertinya ia berbincang dengan seseorang di telepon. Adanya jarak di antara kami membuatku tidak dapat mendengarkan percakapan dia. Lagipula, siapa peduli? Aku tidak harus menguping.
Oh, ada penanda kamar kecil tepat di seberang perempuan itu. Aku segera mendekat. Bukan, bukan untuk menguping, aku hanya perlu ke kamar kecil dan kebetulan letaknya berada di depan perempuan itu. Sungguh aku tidak ingin menguping.
"Sialan! ...,"
Dari jarak 8 meter aku mendengar perempuan itu mengumpat. Suaranya cukup keras saat mengatakan itu. Lalu, aku tidak mendengar jelas ucapannya lagi. Kukira dia orang yang sopan dan penuh pengertian? Ternyata dia bisa mengumpat.
"Finn Hartigan."
Jarak 5 meter. Dia menyebut nama Finn. Aku mulai penasaran. Apakah dia baru mengumpat untuk Finn? Apa yang sudah kamu lakukan Finn.
Beruntung dia sedang memunggungiku. Dia tidak tahu aku berada di sini atau dia akan menaruh curiga padaku. Ingat? Aku tidak bermaksud menguping. Tidak perlu merasa bersalah. Aku mengingatkan diri sendiri. Walaupun, rasanya aku seperti sedang mendengarkan sesuatu yang salah. Ah, dia kan sedang membicarakan Finn Hartigan. Sebagai manajer Finn haruskah aku menguping pembicaraanya sekarang? tidak, tetapi aku rasa harus. Oh tidak. Aku rasa, aku mulai gila.
"Selidiki dia. Aku harus kembali pada teman kencanku."
Aku berhasil masuk ke kamar kecil saat perempuan itu mulai memutar tubuhnya. Kurasa dia tidak melihatku. Jantungku berpacu dengan cepat.
Sebenarnya, apa itu? Dia meminta seseorang menyelidiki Finn? Kenapa?
Sudah kukatakan, intuisiku biasanya selalu benar. Perempuan itu memang mencurigakan. Aku harus mencari cara untuk menjauhkan Finn darinya. Akan tetapi, bagaimana? Mereka akan segera berperan dalam drama yang sama.
Finn itu jelas tidak akan bisa berakting dengan baik jika lawan mainnya adalah mantan pacar Finn sendiri. Bisa kupastikan jika Savanah terpilih, rating dramanya akan jatuh dan karir Finn Hartigan pun bisa terancam. Namun, jika Alee Bell terpilih perempuan itu terlalu mencurigakan. Aaarrgh! Aku bisa gila.
Segera kuselesaikan urusan di toilet. Aku bermaksud kembali ke lobby tetapi, ketika aku berjalan keluar, dia ada di sana.
"Halo, Manajer Haven." Alee Bell tersenyum padaku. Tubuhnya bersandar pada dinding.
Mengapa ia di sini? Maksudku, dia berdiri tepat di depan toilet laki-laki. Apakah dia sengaja menungguku? Apa dia tahu aku mendengarkan pembicaraannya? Jantungku kembali berpacu dengan cepat.
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Kebetulan sekali kita bertemu di sini," katanya. Dia menyelipkan rambut ke belakang telinga.
Kebetulan apanya?! Jelas-jelas dia sedang menungguku. Aku menelan ludah sebelum berbicara, "Ya? Ada yang bisa kubantu?"
Dia mengangkat ponselnya di hadapanku, "Manajer Haven tidak melupakan sesuatu?"
Aku melirik kanan kiri. Ada staf hotel yang sedang memperhatikan kami. Aku tidak ingin terlibat gosip aneh dengan perempuan ini. Aku menarik tanganya.
Menjauhi orang-orang. Kebetulan sekali ada sebuah lorong kosong beberapa meter di depan. Aku menariknya ke sana.
Perempuan itu tersenyum sambil melirik ke arah tanganku yang menggenggamnya. Aku langsung melepaskan tangannya. "Maaf," kataku.
Dia kembali bersandar pada dinding. Melipat kedua tangannya di depan dada.
Jika tebakkanku benar, dia sedang bertanya mengapa aku tidak meneleponnya bukan? Mengingat ia tidak mengatakannya secara langsung akan terlihat aneh jika aku yang mengatakannya. "Tadi, kamu ingin bertanya apa?"
"Kamu tidak meneleponku." Lihat? Tebakanku benar.
"Apakah itu perlu? Aku sudah menghubungi Manajer Young."
"Bukan Manajerku, tetapi aku."
Mengapa perempuan ini ingin sekali aku meneleponnya?
"Aku menunggu." Ia menepuk pundakku dengan pelan. Lalu, berjalan meninggalkan aku dengan penuh tanda tanya sendirian.
Apa yang diinginkan dia?