Terlihat seorang gadis cantik berambut panjang yang sedang tertidur dengan nyenyaknya di pagi yang begitu cerah dimana ia sedang larut dalam mimpinya yang indah. Lihatlah bagaimana gadis cantik itu tersenyum dalam tidurnya menandakan bahwa mimpinya benar-benar indah.
"DILA BANGUN!" Terdengar suara teriakan dari luar kamarnya yang membuat gadis cantik bernama Dila itu tampak terusik dalam tidurnya.
Ia tampak menggeliat saat suara itu benar-benar mengganggunya yang ia yakini pasti itu suara dari Ibunya yang senang sekali membangunkannya di pagi hari.
Seseorang tolong sadarkan Dila kalau apa yang dilakukan Ibunya itu memang harus dilakukan atau ia bisa saja terlambat untuk pergi ke tempat kerjanya. Ya mau bagaimana, Dila itu orangnya sedikit susah kalau bagun pagi. Bahkan ia terkadang tidak bangun saat alarmnya berbunyi begitu nyaring memenuhi seisi kamarnya.
Seperti saat ini, ia hanya merasa terusik tanpa berniat untuk membuka matanya.
"DILA!"
BRAK!
"Astaga anak ini!" Gerutu sang Ibu yang saat itu langsung saja menerobos masuk ke dalam kamar sang anak karena anaknya itu tidak kunjung keluar dari kamarnya.
"Astaga, bu. Lima menit lagi." Keluh Dila yang kembali mencari posisi nyamannya.
"Yaish! Buka matamu dan lihat jam itu!" Katanya yang sama sekali tidak digubris oleh Dila.
Melihat kelakuan anaknya, ia hanya bisa menghembuskan napasnya secara kasar dan pergi berlalu dari sana yang sebelumnya ia berkata, "Terserah! Jangan salahkan ibu jika kau terlambat, ibu sudah memperingatimu." Ia benar-benar keluar dari kamar sang anak setelah mengatakan hal itu.
Setelah dua menit kepergian sang Ibu, tampak Dila mulai membuka matanya dan meraih jam yang ada di atas nakasnya demi melihat pukul berapa saat ini.
Dila dengan kesadarannya yang masih melayang itu langsung saja terlonjak kaget, bahkan matanya tadi yang sayu kini sudah terbuka lebar saat melihat arah dari jarum jam yang menunjukkan pukul setengah sepuluh. Dila tentu saja langsung lompat dari tempat tidurnya dan berlari menuju ke kamar mandi yang tidak lupa ia membawa handuk bersamanya.
Sepertinya ia mandi bebek.
Lihatlah bahkan ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk mandi dan ia langsung saja bersiap-siap. Keterlambatannya membuatnya harus ekstra cepat hingga ia telah selesai bersiap dan langsung berlari keluar dari kamarnya menuju ruang makan.
Ia harus mengisi perutnya sebelum berangkat atau ia bisa dalam masalah.
Saat ia telah sampai di ruang makan, ia dapat melihat seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sana yang saat ini sedang menatap ke arahnya.
"Oh, kau sudah selesai?"
"Hum, aku harus berangkat sekarang." Kata Dila berpamitan mencium tangan Ibunya.
"Makan dulu sarapanmu."
"Aku tidak punya waktu lagi, bu. Aku sudah terlambat dan harus berangkat sekarang, kalau tidak bos ku bisa marah nantinya. Sampai nanti, bu." Kata Dila berpamitan dan langsung saja pergi dengan berlari menuju halte bus yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Saat ia hampir sampai di halte bus, ia melihat bus itu yang hampir saja melaju dimana saat itu juga Dila semakin mempercepat larinya seraya berteriak, "TUNGGU SEBENTAR!"
Untung saja teriakannya dapat didengar oleh supir bus tersebut yang membuat bus itu tidak jadi melaju dan menunggu Dila yang saat itu hampir sampai.
Sesampainya ia berada di depan bus tersebut, Dila langsung saja naik ke bus yang dimana saat itu ia tidak mendapatkan tempat untuk duduk mengingat bus tersebut ramai dengan orang-orang yang sepertinya hendak pergi ke sekolah dan ada juga yang pergi ke kantor melihat bagaimana cara mereka berpakaian. Untuk itu kenapa saat ini Dila berdiri selama perjalanan.
Sebenarnya ia kelelahan, tapi mau bagaimana lagi?
Dila Agustian, seorang gadis cantik yang memiliki rambut panjang yang begitu indah dimana saat ini ia telah menginjak usia ke dua puluh dua tahun. Dila sendiri memiliki postur tubuh yang begitu bagus dimana banyak orang yang iri akan postur tubuhnya. Orangnya ramah dan ceria.
Dila hanya memiliki Ibu sebagai orang tuanya dimana Ayahnya telah meninggal dunia saat ia duduk di kelas dua SMA dan saat ini Ibunya sedang sakit-sakitan.
Dila juga memiliki seorang adik laki-laki yang saat ini sedang menjalani pendidikannya di kelas dua SMA. Adik Dila juga sangat baik dan ceria sama sepertinya.
Semenjak Ibunya sakit-sakitan, Dila sendiri memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dimana ia lebih memilih adiknya yang melanjutkan pendidikannya.
Semua itu tentu saja membutuhkan banyak biaya. Untuk itu, ia harus bekerja demi membiayai pengobatan Ibunya, biya sekolah adiknya, serta biaya kehidupan mereka sehari-hari. Ia harus menjadi tulang punggung keluarganya menggantikan sang Ayah yang telah lama pergi meninggalkan mereka dimana ia juga sebagai anak pertama yang harus bisa menghidupkan keluarga mereka.
Ia tidak mungkin menyuruh adiknya untuk bekerja sekalipun adiknya seorang laki-laki. Ia tidak ingin adiknya bernasib sama sepertinya dan ia ingin adiknya mampu membanggakan kedua orang tua mereka walau Ayah mereka tidak dapat melihat kesuksesan anak-anaknya.
Dila tentunya sangat bersyukur dengan kehidupannya, ia tidak mengeluh sama sekali tentang bagaimana kehidupannya saat ini. Dia selalu bersyukur karena dia percaya suatu saat nanti kebahagiaan itu akan datang menghampirinya serta keluarganya.
Dila hanya perlu kesabaran yang lebih besar sampai waktu itu tiba.
Setelah memakan waktu yang cukup lama dalam perjalanan, akhirnya ia telah sampai pada pemberhentian kedua dimana itu menjadi tempat pemberhentiannya. Dila saat itu juga turun setelah bus itu benar-benar berhenti yang setelahnya ia berlari ke tempat kerjanya yang memang tidak jauh dari sana.
Dila saat ini bekerja di sebuah restauran yang jaraknya tidak terlalu jauh maupun dekat dari rumahnya.
Dila yang saat itu sudah berada di sana langsung menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam kerjanya yang setelahnya Dila langsung pergi ke dapur.
Untungnya saat itu Dila tidak terlambat dan ia sampai tepat waktu yang dimana ia sampai pukul setengah sembilan sementara restauran buka pukul sepuluh.
Sesampainya di dapur, ia duduk di salah satu kursi yang ada di sana dan saat itu juga seseorang datang kepadanya serta bertanya, "Telat bangun lagi?"
Dila yang mendapat pertanyaan itu hanya menjawab dengan cengengesan.
"Hehehehe... Tepat sekali, aku telat bangun hari ini dan untungnya Ibuku membangunkanku. Kalau saja Ibuku tidak mrmbangunkanku, mungkin aku belum berada di sini."
Teman Dila sendiri langsung menepuk jidatnya dan berkata, "Kau ini kebiasaan, untung saja kau tepat waktu. Kalau tidak kau bisa mendapat peringatan dari bos, oh atau lebih parahnya kau bisa saja langsung dipecat." Katanya yang membuat Dila menatap temannya itu dengan cemberut mendengar pernyataan temannya itu.