Chereads / Everything Will Change / Chapter 4 - EWC 04

Chapter 4 - EWC 04

Rian berjalan menuju mobilnya yang saat itu sudah ada bawahannya yang sedang menunggu kedatangannya.

"Berikan kuncinya, aku akan pulang sendiri." Kata Rian pada bawahannya saat itu.

"Tapi tuan--"

"Apa kau tidak mendengar apa yang barusan aku katakan?" Tanya Rian dengan nada rendahnya yang saat itu tidak memberikan bawahannya untuk protes.

Rian juga memberikan tatapan yang tajam membuat bawahannya itu menciut dan tertunduk.

"Ti-tidak tuan." Jawabnya langsung memberikan kunci mobil itu pada Rian dengan sopan yang setelahnya ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan menghidupkannya yang kemudian ia langsung pergi dari sana meninggalkan tempat tersebut.

Rian yang saat itu tengah mengemudi, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari seseorang yang tidak tahu siapa. Untuk itu ia meraih ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya dimana ia dapat melihat bahwa itu anaknya.

Di sana tertera nama sang anak, seseorang yang sangat berharga baginya, anak satu-satunya yang ia punya.

Rian meminggirkan mobilnya demi mengangkat telepon dari sang buah hati.

"Hall sayang, ada apa hm?" Tanya Rian begitu lembut dan itu hanya berlaku untuk sang anak, tidak pada orang lain.

"Halo Dad, Daddy ada dimana?" Bukannya menjawab, sang anak malah memberikan pertanyaan balik pada Rian dengan suara khas anak-anak.

"Daddy sedang jalan ke rumah sayang, memangnya ada apa hm? Tumben sekali menelpon Daddy seperti ini. Apa putri Daddy menginginkan sesuatu?"

Rian dapat mendengar kekehan kecil sang anak dari sebrang sana. "Hum! Aku sangat ingin makan es krim yang biasa kita makan itu." Katanya bersemangat menyampaikan keinginannya.

Mendapat permintaan itu, Rian melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Tapi ini sudah jam delapan sayang, mungkin saja toko es krimnya sudah tutup." Kata Rian mencoba memberi pengertian pada sang anak yang setelahnya ia melajukan kembali mobilnya, ia tidak bisa berhenti di sana terlalu lama.

Ia harus kembali, anaknya pasti menunggu kehadirannya.

"Tapi Dad, aku sangat menginginkannya." Katanya lagi yang kini nada suaranya terdengar kecil di telinga Rian dimana ia sangat tahu kalau anaknya sedang bersedih saat ini.

"Tapi princes, toko es krimnya udah tutup. Lagi pula ini sudah malam, tidak baik makan es krim tengah malam. Nanti kalau putri Daddy sakit gimana? Daddy pasti sedih."

"Kali ini aja, plis~" Katanya dengan nada memohon supaya sang ayah mau memberikan apa yang ia inginkan.

Rian hanya bisa menghelakan napasnya mendengar nada memohon dari sang anak, ia tidak bisa melihat sang anak memohon seperti itu.

"Baiklah, baiklah, Daddy akan membelikannya. Tapi itu harus di makan besok pagi, deal?" Tawar Rian mencoba untuk bernegosiasi dengan sang anak."

"Tapi Dad--"

"Iya atau tidak sama sekali hm?"

"Huh, baiklah. Tapi Daddy harus beli yang banyak kalau gitu, ya, ya, ya Daddy." Jawabnya yang juga ikut bernegosiasi pada sang ayah.

Dasar, anak dan ayahnya tidak beda jauh.

"Deal! Baiklah kalau begitu Daddy matikan dulu teleponnya ya karena Daddy lagi menyetir."

"Hum! Siap bos! Hati-hati di jalan Dad!"

Setelahnya sambungan telepon itu terputus karena Rian mematikannya secara sepihak yang setelahnya ia meletakkan kembali ponselnya.

Kini ia melajukan mobilnya dengan rute yang berbeda dimana ia harus pergi ke super market yang masih buka demi mencari es krim kesayangan yang diinginkan oleh anak kesayangannya itu yang untung saja ia menemukan supermarket tidak jauh dari tempatnya berada tadi.

Rian langsung memarkirkan mobilnya dan beranjak untuk masuk ke dalam supermarket. Di sana ia langsung mengambil sedikitnya lima es krim sesuai permintaan sang anak yang setelahnya ia langsung menuju ke kasir untuk membayarnya.

Setelah ia selesai melakukan transaksi, Rian kini kembali ke mobilnya untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah dimana sang anak pasti sedang menunggu kepulangannya.

Di sisi lain seorang gadis sedang berjalan ke arah supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-harinya sebelum ia melanjutkan perjalanannya ke rumah.

Itu Dila, ia telah sampai di supermarket dimana ia langsung mengambil troli dan beberapa barang sesuai dengan keperluannya yang saat itu sudah ia list supaya tidak ada yang tertinggal.

Ia menyusuri setiap lorong yang ada di supermarket itu demi mengumpulkan semua barang yang ingin ia beli dan setelahnya ia pergi ke kasih untuk membayar semua barang belanjaannya.

Setelah semuanya selesai, ia berlalu dari sana bermaksud ingin melanjutkan perjalanannya sampai dimana ia dapat melihat seorang wanita paruh baya dengan seseorang yang misterius.

Ia ingin menolongnya, tapi ia sudah keduluan sama seorang pria yang tidak ia kenal. Namun tidak tahu apa yang terjadi, dari ekspresinya Dila seperti salah paham atas kejadian yang baru saja ia lihat.

Itu Rian, saat ia hendak melajukan mobilnya tadi tanpa sengaja ia melihat wanita paruh baya yang sepertinya membutuhkan pertolongan. Untuk itu mengapa ia berada di sana.

Rian memukul para pencuri itu cukup brutal yang setelah puas, ia langsung mengambil tas wanita itu.

Di saat Rian ingin memberikan tas tersebut, tiba-tiba saja ia mendengar suara teriakan dimana Rian tahu kalau jaraknya cukup dekat.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Itu Dia yang langsung melangkahkan kakinya untuk menghampiri mereka yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya berdiri saat itu.

Tidak tahu apa yang ada dipikiran Dila saat melihat seorang pria yang tampak mencurigakan yang sedang memegang tas wanita dengan seorang wanita paruh baya yang tengah terduduk di tanah itu.

Dila langsung menghampiri wanita paruh baya itu dan berkata, "Ibu baik-baik saja?" Tanya Dila seraya membantu wanita paruh baya itu berdiri yang setelahnya ia menoleh ke arah Rian.

PLAK!

Bunyinya sangat nyaring dimana Rian mendapat tamparan dari Dila yang seketika membuat wajah Rian menjadi merah akibat tamparan itu.

Sementara Rian hanya diam menatap ke arah Dila dengan perasaan yang tidak dapat diprediksi, ia tidak bisa menyakiti perempuan yang tidak bersalah.

Bullshit!

"Bagaimana bisa seorang laki-laki yang tampak beribawa sepertimu mencuri dari wanita tua ini hah?!" Kata Dila tidak menanyakan dulu kebenaran yang ada.

Ia melakukan itu atas apa yang ia lihat.

"Apa yang baru saja kau katakan?" Tanya Rian menekan emosinya supaya tidak meledak.

"Kau bertanya apa yang aku lakukan? Hah! Lucu sekali! Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan?! Berani sekali kau merampok tas ibu ini! Seharusnya kau malu!" Mendengar jawaban itu membuat Rian benar-benar ingin meledak yang untung saja wanita paruh baya itu memberikan isyarat agar Rian tenang atau tidak ia bisa kebablasan.

"Bukan seperti itu kejadiannya nak--"

"Ibu tenang saja, tidak perlu takut. Aku akan melindungi ibu." Kata Dila memotong perkataan wanita itu.

Sementara Rian hanya diam menatap Dila dengan kegiatannya yang masih berusaha untuk menekan emosinya supaya tidak meluap.