"Melihat kau mampu menyelesaikan berkas ini, aku akan memberikanmu pekerjaan yang baru untukmu. Tapi ingat, ini berkas rahasia untukmu memenangkan kerjasama dengan perusahaan luar negeri. Fortune Company." Katanya mengambil berkas yang ada di laci tepat di depannya.
"Kau harus menyelesaikan berkas ini sebelum minggu depan, aku percayakan berkas ini padamu karena aku melihat kalau kau bagus dalam bekerja." Lanjutnya yang kala itu langsung menyerahkan berkas tersebut pada Rian.
"Baik bos, saya janji tidak akan mengecewakan anda. Berkas ini akan selesai sebelum minggu depan sesuai permintaan anda." Kata Rian mengambil berkas itu dari tangan sang atasan. "Kalau begitu saya izin undur diri untuk kembali ke ruangan saya." Lanjutnya seraya membungkuk hormat.
"Ya, silahkan." Jawab atasannya memberikan Rian izin untuk meniggalkan ruangan tersebut dan kembali melihat ke arah laptopnya demi melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Setelah Rian keluar dari ruangan atasannya itu, ia tampak mengeluarkan seringainya seraya menatap berkas yang saat ini ada di tangannya dan kemudian pergi dari sana menuju ruangannya.
"Memang dia sangat bodoh untuk seseorang yang memimpin perusahaan ini." Gumam Rian membuka ruangannya dan masuk ke dalam.
Rian tampak melihat kembali berkas itu dimana berkas itulah yang menjadi incarannya di sini dan dia sudah mendapatkannya. Ia berjalan lebih dalam ke ruangannya dan duduk di kursi kebanggaannya.
"Tugasku telah selesai di sini setelah berkas ini sampai ke perusahaanku. Berkas ini sudah cacat." Kata Rian merogoh kantong celananya untuk mengambil handphonenya.
Ia tampak sedang menghubungi seseorang sampai dimana sambungan itu terhubung.
"Aku ada tugas untukmu." Kata Rian langsung seraya menatap berkas yang saat ini berada dalam genggamannya.
"Apa yang harus saya lakukan untuk anda?" Tanya orang dari sebrang sana.
"Aku sudah mendapatkan berkas kerja sama yang akan diberikan Prachaya Company kepada Fortune Company. Untuk itu temui aku untuk mengambil salinan dari berkas ini dan aku tidak perlu memberitahumu apa yang harus kau lakukan dengan berkas ini bukan?" Kata Rian dengan seringai yang masih tercetak dari bibirnya.
"Baik bos, saya akan mencari tempat untuk bertemu dengan anda supaya tidak ada satu orangpun yang dapat mengenali anda saat anda memberikan berkas itu kepada saya." Sahutnya.
"Bagus, lakukan tanpa ada kecacatan sedikitpun." Kata Rian tanpa memberikan kesempatan kepada orang itu untuk membalasnya dimana Rian langsung saja mematikan sambungan itu secara sepihak dan langsung saya meletakkan handphonenya di atas meja kerjanya.
"Akhirnya aku akan keluar dari perusahaan sampah ini dan kembali lagi ke perusahaanku yang nyaman." Ucap Rian menghelakan napasnya lega. "Huh, aku sudah sangat muak selalu diperintahkan ini dan itu oleh tua bangka itu." Katanya mengepal tangannya tanda ia sedikit emosi karena selalu diperintahkan untuk mengerjakan ini dan itu dimana posisinya yang sebenarnya lebih besar dari atasan perusahaan ini.
Saat ia berada di perusahaannya, tentu saja semua orang akan tunduk padanya dan tidak ada yang berani untuk memerintahnya bahkan untuk sekedar bicara padanya saja mereka begitu segan. Ia bisa memerintahkan semua orang ayang ada di perusahaannya, bukan seperti saat ia menyamar di perusahaan ini.
-EWC-
Saat itu waktu telah menunjukkan jam makan siang dimana Rian mendapatkan pesan dari salah satu anak buahnya untuk segera datang ke tempat pertemuan mereka. Mendapat pesan seperti itu, Rian langsung saja membereskan semua berkas yang sedikit berantakan di atas mejanya yang setelahnya ia bersiap untuk pergi.
Menuju ke tempat dimana ia memarkirkan mobilnya dan setelahnya ia mengendarai mobilnya ke arah dimana bawahannya itu memintanya bertemu di sebuah restauran sesuai yang ada di pesan yang telah ia sampaikan sebelumnya.
Saat ia masuk, di sana ia melihat anak buahnya yang sudah menunggu kedatangannya. Rian langsung saja berjalan demi menghampiri anak buahnya itu.
Saat ia telah berada tepat di depan anak buahnya itu, tentu saja bawahannya itu langsung berdiri demi memberi hormat pada Rian sebagai atasannya.
Rian tidak memperdulikan itu, ia langsung saja duduk di kursi tepat di depannya dan mengeluarkan berkas dari dalam tasnya.
"Ini berkasnya." Kata Rian menyerahkan berkas itu.
"Kau harus membuat berkas yang jauh lebih baik dari ini, mengerti?" Perintah Rian. "Aku tidak ingin ada kata kegagalan dalam kerja sama ini." Lanjutnya seraya menatap intens ke arah anak buahnya yang saat itu duduk tepat di seberangnya.
"Kerja sama ini sangat menguntungkan kita, jadi jangan sampai gagal. Paham?" Sekali lagi Rian menekankan kalimatnya supaya tidak ada kata gagal di kedepannya karena ia sangat membenci kegagalan.
"Saya mengerti, saya tidak akan mengecewakan anda." Katanya menerima berkas yang diberikan Rian kepadanya dan memasukkannya ke dalam tas yang memang sengaja ia bawa.
Setelah ia memastikan berkas itu aman, ia kembali menatap Rian dan berkata. "Tentang pembelian narkoba kemarin-- dia meminta untuk bertemu malam ini."
Rian yang mendengarnya menatap anak buahnya itu sejenak. "Perintahkan seseorang untuk menjemputku malam nanti. Aku lagi malas mengemudi." Katanya memberikan perintah.
"Baik bos!"
Rian hanya mengangguk menanggapi hal itu.
"Apa kau sudah memesan makanan?" Tanya Rian yang mendapat gelengan kepala dari anak buahnya itu.
Hei, dia mana berani memesan makanan kalau atasannya belum memesan makanannya bahkan saat itu atasannya itu belum datang. Ia tidak mau cari masalah, dia lebih memilih untuk mencari aman.
"Belum tuah karena saya menunggu kedatangan anda." Jawabnya.
"Kalau begitu pesanlah sekarang karena aku sudah sangat lapar." Kata Rian yang membuat anak buahnya itu langsung memanggil pelayan yang ada di sana.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya seorang pelayan wanita yang saat ini berdiri dihadapannya dengan buku menu dalam genggamannya.
"Saya ingin memesan makanannya sekarang." Katanya kepada pelayan itu.
"Oh, silahkan dilihat dulu menunya tuan." Kata pelayan itu menyerahkan buku menu yang ada dalam genggamannya kepada anak buah Rian dan di siap untuk mencatat pesanan pelanggannya saat itu juga.
Anak buah Rian tentu saja menerima buku menu itu dan menyodorkannya kepada Rian. "Tuan ingin makan apa?" Tanyanya kepada Rian karena ia tidak tahu apa makanan yang ingin dimakan bos nya saat ini.
Rian melihat buku menu itu dan memberitahu apa yang ingin ia makan saat itu yang setelahnya giliran anak buahnya yang memesan makanan untuk ia makan.
Tentu saja pelayan itu mencatatnya. "Baiklah tuan, kami akan menyiapkan makanan anda. Tunggulah sebentar, permisi." Katanya pamit undur diri dan beranjak dari sana menuju ke dapur untuk memberikan kertas orderan yang ada di tangannya saat ini.
Rian dan anak buahnya hanya diam tidak menanggapi dimana mereka terlibat dalam percakapan ringan.