Sejenak Rian tidak bereaksi, tapi ia seketika tersadar bahwa mereka sedang berada di tempat umum yang membuat Rian kini menghentikan aksi dari anak buahnya itu. Saat ini semua mata tertuju ke arah mereka dan Rian tidak ingin jika ada yang mengenalinya di sana.
"Sudahlah, sebaiknya kita pergi dari sini." Kata Rian langsung pergi meninggalkan tempat kejadian
"Baik tuan." Jawabnya melepaskan Dila dengan kasar hang membuat Dila terjatuh dan ia berjongkok tepat di depan Dila seraya berkata, "Kau selamat kali ini dan seharusnya kau berterimakasih pada orang-orang yang ada di sini. Kalau tidak-- bisa saja nyawamu melayang detik ini juga." Bisiknya membuat Dila benar-benar ketakutan saat itu.
Dila membeku di tempatnya setelah mendengar perkataan dari anak buah Rian. Ia terdiam seribu bahasa di sana sampai seseorang tiba-tiba saja memegang pundaknya dan berkata, "Dila kamu tidak apa-apa?" Tanyanya yang membuat Dila tersadar saat itu juga yang tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja.
Secara Refleks Dila langsung memeluk Mita orang itu tidak peduli siapa, tapi dari postur serta aromanya itu pastilah Mita.
"Aku takut Mit." Lirihnya yang membuat Mita jadi kasihan pada temannya itu.
Ia mendekapnya dan secara perlahan membantunya bermaksud untuk membawa Dila ke dapur. Mita menuntun Dila begitu hati-hati, ia tidak mungkin membiarkan temannya menjadi bahan tontonan para pengunjung yang ada di restauran itu.
"Ada apa denganmu?" Tanya Mita setelah mereka sampai di dapur dan mendapat tempat yang cukup nyaman untuk mereka.
Dila tampak menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sengaja menumpahkan minuman itu ke salah satu pelanggan." Jawabnya dengan isakan yang masih terdengar dari mulut Dila.
Posisinya saat itu Mita baru saja mendapat kabar kalau Dila terlibat dalam pertengkaran dari salah satu teman kerjanya dimana saat ia datang, semua telah berakhir menyisakan Dila yang terduduk di sana.
"Dia-- tadi dia mengatakan kalau-- kalau dia ingin membunuhku." Kata Mita begitu ketakutan, bahkan tubuhnya saat itu ikut bergetar karena rasa takut yang melandanya saat ia mengingat kembali apa yang dikatakan orang itu padanya.
Mita sedikitnya terkejut atas apa yang ia dengar, tapi ia harus bisa mengesampingkan itu. Ia harus menenangkan temannya saat ini. "Ssttt... Tenanglah, mungkin saja dia hanya ingin menggertakmu saja. Tidak perlu memikirkannya ok? Jangan khawatir, aku ada di sini." Katanya berusaha membuat Dila merasa lebih baik.
Dila kembali menggelengkan kepalanya saat ia mengingat suatu kejadian yang tidak pernah ia lupakan sampai saat ini.
"Aku langsung mengingat bagaimana dulu ayahku-- dia juga sering mengatakan hal-hal yang mengerikan dan itu tidak hanya sekedar perkataan. Dia-- dia melakukannya." Kata Dila membuat Mita menatap sendu ke arab temannya itu.
Ia mengetahui kejadian itu.
"Kau tahu kan kalau semasa ayahku ada, aku-- dia selalu memukulku. Dia juga mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti saat itu. Dia-- dia terus memukulku seraya mengatakan hal-hal mengerikan. Semenjak itu aku sangat takut, aku takut saat seseorang berbuat kasar padaku. Aku takut, bayangan itu datang. Dia-- ayahku datang untuk memukulku kembali." Kata Dila menangis tersedu-sedu.
Mendengar itu Mita langsung memeluk Dila, membawanya ke dalam dekapan hangat demi menyalurkan ketenangan pada temannya itu.
"Sstt... Semua akan baik-baik saja. Tenanglah, ada aku di sini bersamamu." Kata Mita berusaha untuk menenangkan temannya.
Mendengar apa yang dikatakan Mita barusan membuat Dila mengeratkan pelukannya untuk mencari kenyamanan dimana detik berikutnya ia merasa sedikit tenang. "Terimakasih." Ucapnya.
Di saat bersamaan dengan tempat yang berbeda, terlihat Rian begitu kesal yang saat itu baru saja keluar dari restauran.
"Sialan! Kenapa setiap kali aku bertemu dengannya selalu saja sial." Umpat Rian tidak peduli jika seseorang mendengarnya, ia sangat kesal.
"Kalau saja tidak berada di tempat umum, mungkin aku sudah memerintahkan anak buahku untuk menghabisi nyawamu!" Geramnya sambil mengacak-acak rambutnya karena ia merasa dipermainkan oleh takdir setiap kali bertemu dengan Dila.
"Dan kau--" Kata Rian seraya menunjuk anak buahnya dengan tatapan seakan ia ingin membunuh siapapun orang yang menjadi lawan bicaranya.
Anak buahnya itu membalas dengan memberi hormat pada Rian, ia yakin kalau tuannya akan meluapkan amarahnya kepada dirinya.
"Apa kau gila ingin membunuhnya di tempat umum seperti tadi hah?!" Katanya Rian yang membuat anak buahnya itu kembali menunduk dimana rasa takut mulai menghantuinya. "Apa ingin membeberkan identitas yang selama ini aku jaga hah?!" Lanjutnya.
"Maafkan saya tuan, saya tidak bermaksud untuk melakukannya saat itu." Jawabnya yang saat itu masih dengan posisi menunduk, ia tidak berani untuk menatap tuannya.
"Cih!"
Sesaat suasana menjadi lebih mencengkam dimana tidak ada satupun dari mereka berniat untuk mengeluarkan suaranya sampai akhirnya Rian yang terlebih dahulu memecahkan keheningan yang ada. Hanya keheningan, tidak dengan suasana yang mencengkam itu.
"Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku melakukan sesuatu yang fatal padamu." Kata Rian memperingati seraya meredam emosinya yang masih menggebu-gebu.
"Baik tuan." Katanya langsung saja pergi dari hadapan Rian, dia masih sayang nyawa.
"Hah! Lebih baik aku kembali ke kantor aja." Gumam Rian beranjak dari sana menuju ke mobilnya dan setelahnya ia langsung saja mengemudi untuk sampai ke kantornya.
Sesampainya ia di kantor, Riang langsung saja pergi ke dalam ruangannya. Tidak perlu memakan waktu lama hingga akhirnya ia telah sampai di ruangannya sendiri dimana saat itu ia dikejutkan dan tampak bingung mendapatkan seorang wanita yang tengah duduk di kursi miliknya.
"Siapa kau?" Tanya Rian pada wanita yang saat itu telah lancang dudul di kursinya.
Rian dapat melihat denan jelas wanita itu sedang tersenyum ke arahnya.
"Perkenalkan, aku Raina anak dari pemilik perusahaan ini." Kata wanita itu yang diketahui bernama Raina dengan senyuman yang begitu buruk di mata Rian.
"Apa yang kau lakukan di sini hah?" Tanya Rian tidak memperdulikan perkataan Raina saat itu.
"Well, aku hanya ingin mengatakan padamu kalau aku sudah lama memperhatikan dan sepertinya aku mulai tertarik denganmu." Kata Raina berjalan mendekati Rian yang masih berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Raina merupakan anak bungsu dark pemiliki Prachaya Company yang dimana ia memiliki seorang kakak laki-laki. Hal ini tentu saja membuat mereka memanjakan Raina mengingat dia anak perempuan di keluarganya yang harus mereka lindungi dimana itu membuat mereka menjadi lebih arogan.
Mereka selalu melakukan berbagai cara untuk membuat Raina tetap aman.
Raina sendiri selalu mendapatkan apa saja yang ia inginkan, permintaan Raina akan selalu disanggupi oleh ayahnya maupun kakak laki-lakinya.
Mereka melakukan apapun itu untuk Raina.