Chereads / Everything Will Change / Chapter 17 - EWC 17

Chapter 17 - EWC 17

"Sial! Dasar tua bangka kurang ajar! Apa dia sudah tahu kalau aku mata-mata atau dia hanya ingin mengujiku saja?!" Rian berteriak sangat jengkel di dalam hatinya, ia terlalu kesal.

"Padahal aku sudah sangat senang akan pergi dari kantor busuk itu dan kembali ke kantorku. Tapi-- sial! Bisa-bisanya tua bangka itu mengacaukan segalanya yang bahkan sudah aku rencanakan sejak awal!

Tapi tidak apa, wanita bodoh ini masih bisa aku manfaatkan. Dia akan membatu semua rencanaku tanpa ia sadari sampai semuanya sesuai dengan apa yang telah aku rencanakan."

Disaat Rian masih dengan pemikirannya yang berkecambuk itu, kini makanan telah datang dan Riani memanggil Rian yang saat itu juga membuat Rian tersadar dari lamunannya dimana semua pemikirannya menguap entah kemana.

"Sayang, ayo makan." Kata Riani seraya memegang tangannya Rian.

"Oh, ayo kita makan." Jawab Rian tersadar.

Saat itu juga mereka memulai acara makan mereka seraya melakukan sedikit perbincangan. Walaupun saat itu Rian terlihat sedikit kesal karena harus menjawab setiap ocehannya Riani, tapi ia harus tetap melakukannya mengingat ia masih membutuhkan Riani demi melancarkan rencananya.

Kegiatan itu berlangsung beberapa menit sampai dimana mereka telah selesai dengan acara makan siang mereka dan kemudian mereka langsung saja kembali ke kantor.

Sesampainya di kantor, mereka tampaknya berpisah dimna Rian yang masih kesal itu langsung saja pergi ke ruangannya dan Riani pergi ke ruangan ayahnya.

Dalam hal ini, ada hal yang hendak Riani sampaikan pada ayahnya saat itu dan itulah mengapa ia pergi ke sana.

Di sisi lain, Rian telah berada di dalam ruangannya yang bahkan ia telah duduk di kursi kebanggaannya, mungkin?

Diam sejenak dan kemudian ia mengambil dokumen yang diberikan oleh atasannya beberapa hari yang lalu untuk ia selesaikan.

Rian menatap kesal ke arah dokumen itu. "Kau menipuku dengan dokumen ini huh?! Dasar tua bangka! Apak kau sudah bosan untuk hidup?!" Kesal Rian melihat dokumen itu sejenak dan membanting dokumen itu ke atas mejanya begitu saja.

"Kalau begitu caramu bermain, baiklah! Aku akan mengikuti permainanmu." Ucapnya seraya membuka laptopnya.

"Aku akan menyelesaikan dokumen sialan yang kau berikan ini. Aku akan melihat apa yang akan kau lakukan setelah ini." Kata Rian yang merasa sangat kesal dan menyelesaikan dokumen palsu itu.

Di sisi lain, Riani telah sampai di ruangan ayahnya dimana ia langsung saja masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Ayah." Panggilnya menyelonong masuk ke ruangan sang ayah.

Sang ayah yang mendengar seseorang memanggilnya kini mengalihkan pandangannya dari sesuatu yang saat itu tengah ia kerjakan.

"Oh sayangku, ada apa kau datang ke sini hm?" Tanya sang ayah yang saat itu langsung mengabaikan semua pekerjaannya.

"Huh, apa aku tidak bisa datang ke kantor ayah lagi?" Kata Riani memanyunkan bibirnya sambil berjalan ke arah sang ayah.

"Tentu saja boleh sayang, tidak ada larangan untukmu. Kau bisa datang kapanpun yang kau inginkan. Kau bebas keluar masuk ke kantor ayah tanpa ada satu orangpun yang melarangmu masuk." Jawab sang ayah karena ia tidak ingin melihat anak kesayangannya itu ngambek atau kesal atas sikapnya.

"Ayah memang yang terbaik! Terimakasih ayah." Katanya memeluk sang ayah dengan perasaan senang.

"Tapi ayah, Riani datang ke sini untuk meminta sesuatu pada ayah." Katanya seraya melepaskan pelukan itu secara sepihak dan menatap ke arah sang ayah.

Sang ayah tersenyum, ia sangat mengetahui bagaimana putri kesayangannya itu.

"Apa itu hm? Katakan saja apa yang kau inginkan, ayah akan menuruti semua permintaanmu selama ayah masih bisa menyanggupinya."

"Hm... Aku ingin mulai bekerja di kantornya ayah." Kata Riani berjalan menuju ke arah sofa yang ada di ruangan itu dan ia mendudukkan dirinya di sana.

Mendengar permintaan sang anak cukup membuat sang ayah menatap bingung. "Loh? Kenapa kau tiba-tiba ingin bekerja nak? Apa uang yang ayah berikan padamu setiap harinya masih kurang? Apa kau bosan terus menerus berada di rumah?

Kalau iya, kau kan bisa keluar bersenang-senang bersama teman-temanmu.

Apa kau ingin pergi berlibur? Ayah akan memesankan tiket pesawat untukmu pergi ke negara manapun itu yang kau inginkan. Oh tidak, kau bisa menggunakan pesawat pribadi kita dan kau bisa mengajak teman-temanmu pergi bersamamu nak. Soal biaya kau tidak perlu memikirkannya, kau bisa memintanya pada ayah." Kata sang ayah tanpa berhenti dan tidak membiarkan sang anak untuk sekedar mengeluarkan suaranya saat itu.

"Stop! Bukan itu ayah, Riani hanya ingin bekerja. Riani tidak bosan atau segala macam yang ayah katakan tadi. Riani hanya ingin bekerja." Ucap Riani sedikit jengkel kepada ayahnya yang terus menerus berbicara dengan rengekan diakhir kalimat sebagai penutup dari perkataannya saat itu.

"Riani juga ingin mendapat jabatan yang lebih tinggi dari manager, ayah bisa kan?" Tanyanya pada sang ayah dengan wajah memelasnya.

Sang ayah hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum melihat tingkah putri kesayangannya yang dimana ia berpikir bahwa putrinya itu mulai tertarik dengan dunia kerja.

"Tentu saja bisa sayang. Apapun itu yang kau inginkan, pasti ayah berikan untukmu." Jawab sang ayah begitu ringan tanpa ada beban sedikitpun. "Lalu, jabatan apa yang kau inginkan hm?"

"Hm... Aku ingin jadi direktur keuangan yah!" Kata Riani begitu senang.

"Baiklah, ayah akan menyuruh seseorang untuk menyiapkan ruangannya." Kata sang ayah dikala itu hendak menelepon sekretarisnya, tapi detik itu juga aksinya dihentikan Riani.

"Tapi ayah, aku ingin ruanganku dan semua dekorasinya itu aku yang tentukan. Boleh kan yah?"

Sang ayah tidak bisa untuk tidak menolaknya bukan?

"Baiklah, apapun untukmu akan ayah lakukan." Jawabnya langsung saja menelepon sekretarisnya.

"Halo."

"Halo pak? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya sekretaris itu dari sebrang sana.

"Datanglah ke ruanganku sekarang juga." Perintahnya dengan nada yang cukup datar.

"Baik pak, saya akan segera datang ke ruangan bapak." Jawabnya dan detik itu juga sambungan telepon itu terputus begitu sana dimana sang atasan langsung saja menutup sambungan tersebut.

Sementara Riani yang melihat itu tersenyum puas, ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan sebentar lagi.

Mereka kini sedang menunggu kedatangan sekretaris itu hingga beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dimana mereka yakini bahwa itu sekretaris yang baru saja dihubungin.

"Masuk."

Bersamaan dengan itu, pintu ruangan tersebut terbuka menampilkan seseorang yang mereka kenali.

"Maf pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya sekretaris itu dengan sopan saat ia sudah berada tepat di depan Riani dan ayahnya.

"Siapkan ruangan untuk direktur keuangan dan semua dekorasinya sesuai dengan apa yang diinginkan anakku." Perintahnya yang mendapat anggukan mengerti dari si sekretaris.

"Baik pak, akan saya laksanakan sesuai dengan perintah bapak." Jawabnya menunduk hormat menyanggupi permintaan sang atasan.