POV Moza
Kalau orang-orang masa mudanya dihabiskan dengan aktivitas kumpul bersama teman-teman, aku jarang sekali ada waktu luang untuk teman-temanku. Beruntungnya mereka sangat pengertian dan selalu ada untukku tanpa menunggu waktu luang. Mereka yang disebut sahabat, bahkan aku malah menganggapnya sudah seperti saudaraku sendiri karena menemukan orang baik di dunia ini sangat sulit, dari pada melakukan kesalahan sekali seumur hidup dan mudah mengubah keadaan menjadi kebencian.
Rupanya hari ini, aku harus bekerja keras lagi setelah di perjalanan pulang tiba-tiba seseorang menghubungiku. Terpaksa aku mencari tempat aman untuk menerima panggilan tersebut.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu? Dengan siapa saya berbicara," sapaku dengan nada yang begitu ramah, sama seperti ekspresiku saat ini.
"Selamat siang Kak Moza. Terima kasih sudah mau menerima telepon kami. Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Adinda, perwakilan dari perusahaan fashion beauty yang ada di Surabaya. Niat menghubungi Kak Moza, perusahaan kami ingin Kak Moza menjadi brand ambassador yang ke lima. Kami akan menawarkan anda gaji dalam setiap pemotretan dalam satu produknya. Jika berkenan, hari ini juga anda bisa datang ke kantor kami. Alamatnya akan saya kirimkan jika nomer ini terhubung dengan whatsapp. Terima kasih sebelumnya, Kak."
Aku tercengang selama mendengar penjelasan dari seseorang bernama Adinda tersebut. Bagaimana dia bisa mendapatkan informasi tentang diriku dan tiba-tiba di saat aku membutuhkannya, dia datang. Setelah aku mengeluarkan uang cukup banyak untuk membantu orang lain, ternyata ada jalan lain juga yang bisa menolongku. Rasanya aku ingin menangis saja, tapi aku sadar masih menerima telepon dari Mbak Adinda. Maka segera aku selesaikan terlebih dahulu. "Baik Mbak Adinda, saya akan segera menuju ke lokasi. Kira-kira apakah ada yang perlu saya persiapkan?"
"Ah, mungkin anda bisa mengenakan pakaian bertema pastel agar tetap sesuai dengan konsep pemotretan kami."
"Baik Mbak, terima kasih banyak sudah menghubungi saya dan mempercayai saya sebagai BA produk anda."
"Sama-sama Kak, ditunggu kehadirannya."
Panggilan pun berakhir, aku harus segera pulang ke rumah dan mempersiapkan kostum. Jika itu brand make up, maka aku harus datang polosan karena aku juga harus menggunakan produk mereka agar apa yang terlihat di kamera sesuai. Padahal aku tidak ingin ikut dengan anak-anak shooping kostum untuk ulang tahun Chaca beralasan ada pekerjaan, ternyata alasan yang baik menjadi doa baik untukku siang ini.
Sampai di rumah aku langsung menuju ke kamar, Ayah menyapaku dan bertanya kenapa aku terlihat buru-buru. Aku hanya tersenyum dan langsung masuk kamar saja. Sepertinya aku harus memesankan gofood lagi untuk orang rumah karena sudah pasti aku tidak bisa masak siang ini, aku harus segera berangkat bekerja.
"Za, mau ke mana, Nak? Hari ini masak apa?" Ayah masuk ke dalam kamar dan bertanya padaku.
"Yah, hari ini Moza nggak bisa masak. Mau Moza pesenin makanan? Ntar pulangnya baru Moza bawain makanan, ya."
"Loh kamu ada kerjaan ta?"
Aku mengangguk cepat, sudah kutemukan pakaian apa saja yang bisa kubawa. Di sana pasti ada ruang gantinya, agar tidak salah pakai kostum sepertinya aku ganti baju sekalian di sana saja. Aku hanya perlu ganti seragam dengan kaos dan celana jeans, lalu mengenakan cardiganku. "Iya Yah, tadi di jalan Moza dapat telepon. Makanya langsung buru-buru pulang. Lumayan job di Surabaya memang belum banyak seperti di Jember, tapi Moza udah ngajuin ke beberapa perusahaan dan Moza juga dipromosiin sama teman-teman influencer yang Moza kenal di sini mereka baik-baik," tuturku seraya meraih punggung tangan Ayah untuk kucium sebelum pergi.
"Alhamdulillah, nggak apa-apa disyukuri aja. Yang penting tetap diatur ya, Za keuangannya. Ayah udah percaya ngasih pendapatan ke kamu saja meski pendapatan Ayah mungkin nggak bisa sepenuhnya bantu banyak sehingga kamu harus sekolah dan banting tulang seperti ini." Ayah terharu, ia mengusah puncak kepalaku dan aku hanya bisa mengangguk saja.
"Ayah masakin saja, sudah ada bahannya kan di kulkas. Apa perlu Ayah antarkan juga? Nanti biar Ayah jemput kalau misal kemalaman pulangnya, Ayah nggak mau kamu kenapa-napa loh," sungut Ayah seraya menatapku lekat.
Aku dengan cepat menggeleng. "Nggak perlu Yah, di Surabaya ini lebih ramai dari Jember. Jadi tenang saja, Moza bisa jaga diri kok dan akan tetap patuhi peraturan dalam berkendara, janji!" Aku mengatakannya dengan penuh senyuman yang membuat Ayah mengangguk pasrah sebelum ia melepaskan aku dan mengantarkan sampai ke depan saja.
"Berangkat dulu," kataku seraya melambaikan tangan. Karena adik-adik masih belum pulang, jadi hanya ada Ayah di rumah.
"Hati-hati di jalan, jangan main hape dan jangan ngebut."
"Siap, Yah!"
***
Melihat alamatnya sudah benar, ternyata ini perusahaan make up yang cukup besar dan terkenal di Surabaya. Aku langsung mencari tempat parkir motor, jaraknya dari rumahku tidak terlalu jauh karena ini juga berada di pusat kota, cukup dekat dengan sekolah juga. Begitu masuk ke dalam, aku langsung diarahkan oleh resepsionisnya untuk bertemu dengan Manager bernama Bu Adinda. Oh, ternyata Manager-nya langsung yang menghubungiku. Aku berharap ini adalah awal baik untuk mengembangkan karirku di Surabaya.
Ruangan yang kini ada di hadapanku, membawaku masuk di antarkan satpam yang berjaga di dekat sana. Wanita muda yang sangat anggun dengan stelan jasnya dan terdapat name tag Adinda itu langsung mempersilakan aku duduk setelah kami berjabat tangan dan saling menyapa satu sama lain.
"Terima kasih sudah datang di perusahaan kami, Kak Moza."
Aku mengangguk cepat dan tersenyum lebar mendengar keramahannya. "Terima kasih juga sudah menghubungi saya, Mbak Adinda."
"Sebelumnya saya sudah mengirimkan email ke alamat yang ini, tapi tidak ada balasan dan saya langsung kontak saja karena ternyata anda berteman akrab dengan sepupu saya," tutur Adinda.
"Oh, ya? Itu sepertinya alamat email lama saya karena sudah penuh jadi saya pakai yang baru Mbak yang saya cantumkan di Instagram." Aku menjelaskannya setelah melihat apa yang ditunjukkan Mbak Adinda kepadaku dari layar personal computer miliknya. "Kalau boleh tahu sepupu Mbak Adinda namanya siapa? Soalnya saya kaget saja tiba-tiba sudah tahu nomer saya, hehe."
"Anthi Puri, dia adalah sepupu saya. Katanya akrab dengan Mbak dan sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Sekarang beliau sedang berada di Bali ikut bersama suaminya."
"Ah, rupanya Kak Anthi, aku tidak menyangka dia tidak mengatakan apa-apa soal ini. Sepertinya aku harus menghubungi dirinya dan berterima kasih karena sudah memberikan job ini padaku."
Mbak Adinda tertawa pelan mendengar penuturanku yang terdengar polos serta jujur. Kemudian ia menyuruhku untuk ikut dengannya. Kami langsung mengadakan pemotretan dan promosi hari ini juga.
"Jadi sudah lama saya mengincar Kak Moza. Karena dari cara promosi membuat kata-katanya anda sangat berbakat. Hanya saja anda waktu itu tinggal di Jember. Ternyata tidak disangka anda berada di Surabaya ketika saya mendengar kabar anda menetap ke Surabaya, saya menjadikan anda sebagai kandindat BA perusahaan ini. Sebelumnya nanti anda harus membaca beberapa prosedur produk apa saja yang bisa anda pakai dan promosikan," ucap Adinda, kemudian aku dibawa bertemu dengan beberapa staf yang berkumpul di sebuah ruangan terbuka.
"Ini mereka bagian humas. Mereka akan mengurus kontrakmu, sistemnya di sini kontrak. Kami juga memiliki studio foto sendiri jadi tidak perlu kamu yang mencari sendiri."
Aku mengangguk paham. Mendengarkan semua penjelasan Mbak Adinda sampai beliau meninggalkanku bersama salah satu bawahannya dan aku melakukan penandatanganan kontrak terlebih dahulu. Kamu tahu berapa uang muka yang aku terima sebelum bekerja mempromosikannya? Aku mendapatkan uang muka dua ratus lima puluh dollar karena katanya ini ikut perusahaan luar, bukan dari lokal, maka gajinya berupa dollar. Siapa yang menolak?
Sebelum aku berganti baju dan melakukan make up dengan brand mereka, aku sempat melihat notifikasi grup. Ternyata dua sahabatku sudah menemukan kado untuk Chaca, mereka menanyakan aku akan memberikan apa pada Chaca. Tentu saja aku sudah mendapatkan ide, aku akan memberikan kado paling berharga bagi setiap wanita yang selalu ingin tampil percaya diri dengan kecantikan mereka.