Chereads / Mengejar Cinta Kapten Costa / Chapter 1 - Kota Cheville Diserang

Mengejar Cinta Kapten Costa

Four_Percent
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 7.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kota Cheville Diserang

1800, Kepulauan Karibia.

Kota Cheville adalah sebuah kota yang tenang di Pulau Fulicia Cove, Kepulauan Karibia. Di hari yang cerah ini, William Harrington akan dilantik menjadi kepala angkatan laut. Mulai hari ini ia akan dipanggil sebagai Commodore Harrington.

Dengan gelar barunya, William merasa bangga. Ia berjanji akan menjaga Kota Cheville dari segala bentuk kejahatan bajak laut. Ia merasa malam ini ia dapat tidur dengan tenang setelah perjuangannya selama bertahun-tahun akhirnya terbayar sudah.

Ia akan menutup matanya ketika ia mendengar suara lonceng dari benteng. Suara meriam mulai terdengar sebagai tanda pasukannya melakukan perlawanan. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan mengambil seragam. Ia memakai seragam tersebut di luar piyamanya dan mengambil pedang dan pistolnya.

Ia segera berlari keluar dan menghajar bajak laut yang dilewatinya. Tiba-tiba, ia melihat sebuah sosok di musium. Ia berlari ke musium dan segera memasuki gedung tersebut. Ia melihat sosok seseorang yang memecahkan sebuah etalase pameran dan menyambil potongan peta yang disimpan di dalam etalase tersebut.

"Letakkan, apapun yang kau ambil tadi, di lantai. Dan aku akan membiarkanmu hidup."

Sosok tersebut berbalik arah dan tersenyum, "maaf, aku sedang sibuk." Tampak seorang gadis berusia dua puluhan dengan paras yang cantik. "Aku harus pergi sekarang."

William segera fokus dan bergerak kehadapan si gadisdan mengarahkan ujung pedangnya ke dada si gadis. Matanya juga menatap dada si gadis yang terlihat seksi dengan padanan korset yang digunakannya.

Si gadis memutar bola matanya, "mataku, di atas sini," kemudian ia mencabut pedangnya dan mulai menyerang William.

William berhasil bertahan dari serangan si gadis. Tetapi si gadis tetap menyerang untuk membuat William menyingkir dari pintu keluar.

"Nona, gadis semanis kau seharusnya berpesta minum teh dan makan macaroon dengan teman-temanmu." Ujar William ramah, ia berhasil bertahan dari serangan si gadis.

"Bukankah sangat seksis bila kau berpikir para gadis hanya suka pesta dan bersenang-senang?" Ujar Si Gadis dengan nada merendahkan kecerdasan William. "Kalian para pria, sama saja."

Si gadis berhasil membuat goresan di dada William dan membuat piyamanya terkoyak.

"Aku harus mengajakmu makan malam dahulu sebelum aku mengizinkanmu, melihat diriku lebih banyak." William menyerang si gadis dan berhasil memojokkannya.

"Para lelaki yang mengajakku makan malam, biasanya menjadi makan malamku." Ujar si gadis dingin.

Sebagai seorang commodore, keahlian pedang William jelas tidak diragukan. Setelah beberapa saat, si gadis mulai kewalahan. Si gadis akhirnya mendorong sebuah etalase dan etalase tersebut jatuh ke atas etalase lain yang akhirnya menimpa William hingga ia tidak dapat bergerak.

Gadis tersebut akhirnya berhasil mengalahkan William.

"Hari ini kau boleh bangga karena dapat berduel dengan Kapten Seraphina Costa." Si gadis tersenyum dan memberi hormat dengan cara mengangkat topinya. Ia segera berlari ke luar museum.

Ia melepaskan tiga tembakan dan seluruh anak buahnya kembali ke kapal mereka, The Golden Pearl.

William akhirnya berhasil keluar dari bawah etalase setelah dibantu beberapa orang prajurit. Ia berlari ke arah pelabuhan dan mencoba mengejar The Golden Pearl, sayangnya kapal tersebut sudah terlalu jauh.

Keesokan harinya, William mengecek kerugian Kota Cheville. Walau tidak ada warga yang terbunuh atau terluka parah, tetapi kerugian yang diderita warga karena barang yang dirampok dan toko yang dirusak sangat besar.

Pihak Musium juga mengatakan kerusakan yang dibuat Capten Costa sangat besar. Gadis itu mencuri peta yang berkaitan dengan mitos jantung Poseidon dan belati yang menurut legenda dibuat dari air mata Amphitrite.

William kemudian membuka buku sejarah Yunani dan menebak bahwa Kapten Costa akan berlayar ke Utara untuk mencari jantung Poseidon tersebut.

William kemudian memerintahkan anak buahnya untuk bersiap-siap. Mereka akan berlayar untuk menangkap Kapten Costa dan para kru bajak lautnya.

Di atas The Golden Pearl, Kapten Costa sedang memperhatikan peta yang baru dicurinya. Gadis itu memiliki dendam kesumat yang teramat dalam pada Poseidon dan berjanji akan menikam jantungnya dan menjadikan ya bahan makan malam.

Dari Kota Cheville, William sudah mempersiapkan pasukannya dan mereka berlayar dengan kapal tercepat yang mereka miliki, The Wind Interceptor.

Perjalanan lancar hingga dua hari kemudian, walau hari terlihat cerah, sebuah badai mendadak menerjang The Wind Interceptor. Kapal yang digadang-gadangkan sebagai kapal terkuat dengan dua puluh meriam dan tercepat hingga 19 knot tersebut tidak mampu melawan alam. Kapal yang dipimpin oleh Commodore Harrington tersebut terhempas ke sebuah pulau tempat para bajak laut berkumpul dan berpesta, The Pirate's Cove.

Di pagi hari setelah badai reda, Commodore Harrington memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mengganti seragam mereka dan berusaha membaur dengan bajak laut lain di The Pirate's Cove. Bila identitas asli mereka sebagai prajurit angkatan laut diketahui, para bajak laut tersebut akan membantai mereka dengan keji.

William mengajak beberapa krunya untuk ikut dengannya ke tengah kota. Ia ingin mencari informasi mengenai Kapten Costa.

Sebagian kru diperintahkan untuk menjaga kapal dan menunggu air pasang. Mereka akan segera berangkat danbtidak akan berlama-lama di pulau ini.

William dan dua anak buahnya memasuki sebuah bar dimana para bajak laut mabuk dan berjudi. Ia duduk dan mengamati sekelilingnya dengan seksama hingga.

Seorang pelayan datang untuk menerima pesanan mereka, wanita pelayan tersebut masih muda dan tapi tampak tua karena ia tidak ramah dan wajahnya di tekuk karena cemberut.

"Teh dingin." Salah satu prajurit yang menyamar menjadi kru bajak laut memesan minuman.

William segera menginjak kaki prajurit tersebut.

"Aduh!" si prajurit menatap William dengan protes.

"Tiga rhum! Ukuran terbesar!" Ujar William kepada si pelayan. Setelah si pelayan pergi, William berbisik dan memperingatkan anak buahnya. "Sekarang kalian bajak laut. Bertingkah lah sebagai bajak laut. Bajak laut tidak minum es teh!" William kemudian secara tiba-tiba menggebrak meja dan tertawa keras yang dibuat-buat dan dilebih-lebihkan.

Kedua anak buahnya yang awalnya bingung, kemudian mulai melakukan hal yang sama. Mereka berdua tertawa keras dengan sekeras kerasnya.

Tawa mereka bertiga terlalu keras hingga menarik perhatian seluruh pelanggan dan musik berhenti.

Mereka bertiga berdiri canggung di tengah ruangan dan kemudian segera duduk kembali dan diam saling menatap. Beberapa saat kemudian, musik kembali terdengar dengan keras. Tidak ada yang menyadaei kehadiran William dan dua krunya yang menyamar.

Dari meja di pojok, seorang pria dengan pakaian dari kulit berwarna hitam dan janggut hitam memperhatikan William dan dua orang krunya. Ia merasa curiga karena ia belum pernah melihat William sama sekali.

Pria tersebut meneguk rhum-nya hingga habis dan kemudian ia berjalan ke arah meja dimana William dan dua krunya duduk.