Chereads / THE CEO Is MY ROMEO / Chapter 33 - ZII's STORY

Chapter 33 - ZII's STORY

"Aaiiii....!" Zii memekik senang, begitu sampai di depan pintu rumah sahabatnya.

Aira yang sedang di ruang Tv, seketika keluar. Masih mengenakan blus dan celana kantornya . Ia memang baru pulang dari BookShop.

Gadis itu melihat binar cerah di wajah Zii. "Hei, Zii...seneng banget, ada berita bagus apa?"tanya Aira.

Zii menghambur memeluk sahabatnya. Masih dengan bibir yang menyunggingkan senyum lebar, yang ajaibnya menular pada Aira. Gadis itu tertawa kecil.

Zii melepaskan pelukan. Menghela nafas dalam. Masih juga tersenyum.

"Hm? Okay, ambil nafas dalaaamm... Lepaskan perlahan..." goda Aira.

Zii lebih tenang. Mengatur nafas. Lalu mulai bicara. "Adnan..."

"Yaaa.. Adnan..?"

"Adnan memintaku jadi kekasihnya.."gumam Zii pelan. Menunduk.

Aira terbelalak. Menutup mulut. Namun lalu tersenyum lebar. "Wooowww...that's great, Dear..!"

Zii menatap Aira dengan pandangan haru. "Are you okay with that?"tanyanya hati hati.

"Heiiii girl. I'm glad for you... Kenapa kamu tanya begitu?"balas Aira. Mengusap usap lengan Zii.

"Oh thanks GOD..!"pekik Zii lagi, tertahan.

Kedua gadis manis itu berpelukan erat. "Aku senang jika kamu senang, Zii. So, don't worry. Semoga kalian bahagia."doa Aira tulus.

Zii mengangguk. Lalu membelai pipi sang gadis. "Yuk, makan makan. Berdua. Kamu mau dimana?"

"Aku mandi dulu. Siap siap. Kamu mau mandi disini juga?"

"Ga, aku santai aja. Nanti aja."

Aira naik ke lantai dua dengan berlari. Kemudian sudah kembali dalam lima belas menit. "Mandi bebek. Hahaha"celetuknya. Mereka tertawa.

Zii menggandeng tangan sahabatnya menuju mobil. Aira berteriak pamit pada Bu Wina. Yang dibalas teriakan juga.

"Ai.. Apa Raave sudah ada perkembangan?"tanya Zii. Ia mengemudi dengan lumayan kencang.

"Hm yaaa... Lumayan Zii."

"Apa itu, boleh aku tahu?" Zii menoleh. Menatap sekils gadis di sampingnya.

"Aku sebenarnya sudah memutuskan menerima Altan lagi, beberapa waktu lalu" Aira mengawali ceritanya.

"Kepala Pemasaran itu?"

Aira mengangguk. "Aku memberitahunya juga. Dan dia marah."

Zii menoleh lagi, kali ini dengan ekspresi tak percaya. "Benarkah? Dia marah?? Dia cemburu?"

"Mungkin. Dia langsung menyuruhku melupakan Altan. Dan.... "

Zii mengangguk antusias. "Daaannn..?"

"Bersamanya saja"

"Wooooowww.. Dear..!" Zii memekik lagi. Melaju semakin kencang. Mengangkat tangan keatas. "Ayo kita rayakan iniiii..!!!"

"Yeaahhh..!!!" Aira tak mau kalah. Ikut berteriak senang.

Zii membelokkan mobil di kedai dekat kantornya. Kedai sederhana. Namun nyaman dan asri. Dihiasi pot-pot bunga. Dengan tanaman hias, aneka bunga dan tanaman herbal yang artistik. Seperti Daun Mint, daun Basil, Peterseli dan Tomat cherry.

Aira membeli sepot kecil daun mint yang nampak segar dan rimbun. Lalu bergabung dengan sahabatnya, duduk di bangku kayu memanjang, di sisi deretan tanaman herbal itu.

Aromanya begitu harum dan menenangkan.

"Pesan apa, Dear?" Zii menelusuri lembar menu.

"Aku nurut aja. Apa yang enak disini?"tanya Aira.

"Enak semua. Ada masakan sederhana, tapi juga ada masakan internasional."jelas Zii.

"Sore menjelang malam gini makan anget aja ya. Soto daging, mau?"

"Boleh. Perkedel kentang. Telur puyuh kalau ada." Aira menambahkan.

Zii tergelak. "Perkedel kornet adanya. Telur puyuhnya ga ada, Ai."

"Ya udah apa adanya aja"

Mereka akhirnya memesan soto daging, perkedel kornet satu set. Jadi sudah komplit dengan nasi dan emping.

Zii dan Aira makan dengan lahap. Menikmati soto yang ternyata segar dan tak terlalu kental.

"Ehm, Zii. Kenapa milih di sini?"tanya Aira.

"Aku kadang diajak Miss Prue kesini. Enak masakannya. Jadi aku ingin kamu coba juga"balas Zii

Aira tersenyum. "Miss Prue?"

"Ya. Dia...."

"Hai, Zii.. Di sini juga?" suara seorang perempuan. Lembut dan mengalun.

Zii dan Aira menoleh. "Hai, Miss.. Iya. Oh kenalkan, ini sahabat saya, Aira" Zii berdiri. Tersenyum sungkan, memperkenalkan Aira.

Aira tersenyum, menjabat tangan mulus perempuan bernama Prue. Cantik, tampak kalem dan feminin. Tingginya hampir sama dengan Aira. Rambutnya panjang bergelombang indah.

Aira sedikit minder. Zii masih berpakaian kantor. Blazer dan celana , Aira hanya memakai rok lebar selutut dan blus dengan aksen tali di leher. Flat shoes. Nampak seperti bumi dan langit dengan Prue.

'Ah bodo amat'pikirnya, akhirnya.

"Boleh aku bergabung dengan kalian?"tanya Prue. Ia duduk di sebelah Zii.

"Tentu Miss. Anda sendiri saja?"tanya Zii heran.

"Tidak sebenarnya. Aku menunggu seorang teman. Sebentar lagi datang"jawab Prue berbinar.

"Aku ingin pesan dulu, tapi nanti saja. Tunggu dia datang. Aku tak paham seleranya."lanjutnya lagi. Masih saja tersenyum lebar.

Aira dan Zii saling tatap. Tersenyum juga.

"Nampaknya seorang lelaki, ya Miss. Tak pernah saya lihat anda sesenang ini sebelumnya" goda Zii.

Prue menutup mulut. Menahan tawa. "Iya memang. Aku cukup dekat dengannya. Dan... Hei dia datang..!"

Zii melihat seorang lelaki berjalan di kejauhan. Hari sudah gelap, jadi tak terlalu terlihat.

"Hai.. Raave." Prue menyapa sang lelaki.

Aira menegang. Zii mematung. Mereka menoleh bersamaan.

Sang lelaki lebih kaget lagi. Bingung. Ia berdiri diam di dekat Aira.

"Raave, kenalkan. Ini Zii. Dia Managerku, lalu Aira, sahabat Zii." Prue memperkenalkan mereka semua.

Raave bernafas sangat dalam.

Aira berinisiatif menjabat tangan Raave, "Saya Aira, Mr Raave. Salam kenal."

Melihat Aira yang seolah pura-pura tak kenal, Zii melakukan hal yang sama. Ikut menjabat tangan sang lelaki dan menyebutkan namanya.

Tak ada senyum sama sekali di wajah sang CEO. Ia duduk. Di sebelah Aira, berhadapan dengan Prue yang duduk di samping Zii. Namun Prue menariknya untuk duduk bersebelahan dengannya.

"Kenapa duduk saja dipermasalahkan, Prue??!"tukas Raave. Moodnya berantakan. Ia tetap di tempatnya di sisi Aira.

Prue hanya bisa diam. "Oke. Mau makan apa, Raave?" Prue melihat-lihat menu. Lalu menatap Raave.

"Sama saja denganmu."jawab Raave singkat.

Aira melanjutkan Sotonya yang tinggal sesuap. Zii menatapnya lekat. Sendu. Menendang kakinya di bawah meja. Ia telah selesai dari tadi.

"Pulang"ucap Zii dalam bahasa bibir.

Sang sahabat menoleh padanya, mengangguk. Segera ia habiskan makanannya dan menyesap habis es Semangka yang tinggal setengah.

Seorang waitress datang. Menanyakan pesanan Prue. "Kak, sudah bisa saya catat pesanannya?"

"Ok. Saya Wagyu Beef, Baked Potato dan Salad. Mojito dingin. Kamu apa , Dear?" Prue menoleh pada Raave yang diam saja.

"Sama"jawab Raave singkat.

Aira menahan nafas. 'Dear? Yaa.. Seperti ini resikonya. Siapa aku bagi Raave? Mungkin hanya penghilang penat saja. Atau karena merasa bersalah, maka dia begitu dekat denganku!'batinnya gundah. Tapi berusaha tak dipikirkannya. Ia benar-benar paham. Raave orang penting.

Gadis itu berdiri, karena Zii juga mulai berdiri. "Miss Prue, kami duluan tak apa ya?" pamitnya. Tersenyum pada Prue.

"Oh oke, Zii. Hati hati ya"balas Prue. Mereka berpelukan sekilas.

Aira menundukkan kepala pada Prue, pamit. "Miss Prue, saya pamit. Nice to see you here. Mari, Mr Raave"pamit Aira. Undur diri.

"Iya Aira. Senang bertemu denganmu."balas Prue tersenyum senang. Melambai pada Aira, yang mulai melangkah pergi digandeng Zii.

"Aira manis sekali. Aku ingin berbincang lebih banyak dengannya, lain kali. Hehe. Oh Raave kamu baik saja, kan? Dari tadi kamu hanya diam? Tegang begitu?" Prue menatap Raave dalam.

"Kepalaku agak pusing sebenarnya" bohong Raave. Ia tersenyum tipis.

Pesanan mereka datang.

Prue memandangi Raave khawatir. "Kamu benar baik saja?"

"Yes, I 'm okay. Ayo makan saja. Katanya tadi kau lapar" Raave mengalihkan perhatian. Walau sebenarnya, suasana hatinya kacau tak karuan.

Rumah Aira

Zii mengantar sahabatnya pulang. Wajahnya sedih. Sepanjang perjalanan, mereka diam. Zii membiarkan Aira terlarut dalam lamunannya sendiri.

"Dear. Maaf malah jadi begini" Zii memeluk sang sahabat.

"Hei Zii, santai saja. Bukan salahmu, kita juga tak tahu, akan bertemu mereka kan di sana tadi."balas Aira santai.

"Kamu baik saja kan?"

"Yeah. Ga masalah. Aku paham Zii, Raave seorang CEO Perusahaan besar. Wajar saja. Banyak wanita yang bersamanya." Aira menenangkan Zii. Menghibur diri sendiri tepatnya.

Zii tersenyum sedih. "Jangan begitu. Jika dia sudah ingin kamu bersamanya, dia tak bisa sembarangan kan jalan sama perempuan. Walau itu Miss Prue."

"Sshhh.. Sudahlah Zii. Jangan buat aku berpikir terlalu jauh. Aku gampang pingsan sekarang. Aku ga ingin membuat diriku sendiri stress." Aira membelai pipi Zii. Berusaha meyakinkannya.

"Kamu istirahatlah, Zii. Aku juga ingin istirahat"lanjutnya.

"Aku diusir nih!!" Celetuk Zii.

Mereka tertawa. "Maaf. Aku ga ingin kamu kecapekan. Kan kamu baru pulang juga" Aira menjawab.

Zii tersenyum. Lalu pamit.

"Makasih ya Zii, makan-makannya." Aira mengantar sahabatnya hingga ke mobil. Dan terus mengamati hingga mobilnya menghilang.

Ia masuk rumah. Bu Wina menonton Tv. "Hai, Nona manis."

"Hai, Bu. Saya pusing, ke atas ya"pamit Aira. Berjalan gontai naik ke kamarnya.

"Mba Aira gak apa-apa kan?!!"teriak Bu Wina.

"Ga apa-apa. Pusing dikit. Saya tak tidur bentar!!"

Gadis itu menghempaskan diri di Bednya yang lebar. Tatanan kamarnya Ia ubah. Ranjang, Ia pindah di kamar bawah. Dengan bantuan tukang. Hanya menyisakan Bed saja. Langsung di atas lantai. Seperti di rumah orangtuanya.

Mengubah posisi sofa dan meja, juga rak bukunya. Semuanya didekatkan di jendela.

Airmatanya mau tidak mau luruh juga. Tapi segera diusapnya kasar. Aira minum Vitamin. Dokter Altan memberinya vitamin tambahan. Diminum satu jam setelah obatnya. Tadi ia sempat minum obat di sela-sela makan. Sebelum orang-orang yang membuatnya kehilangan mood, datang.

Gadis itu memejamkan mata. Tidur. Dan begitu nyenyak. Pulas.

Hingga saat membuka mata, kamarnya sudah begitu terang. Sinar matahari malu-malu mengisi celah jendelanya. Merambat masuk.

Aira mengerjap. Bangun. Mendongak melihat jam dinding. Kaget. "HAH!! Jam 6??!"pekiknya tak percaya.

Bu Wina bergegas masuk. "Mba?"

"Bu, saya tidur berapa jam tadi malam??"

"Mba Aira pulang jam 7-setengah delapan. Terus langsung tidur saya lihat, waktu saya kesini."

Aira sedikit terkejut. Ia lihat lagi vitamin yang diminumnya. "Apa ini obat tidur ya?"gumamnya lirih.

"Tadi malam, dicariin sama Mas Raave. Sempet masuk kamar MBa Aira. Tapi Mba Aira pules banget, jadi dia pulang."cerita Bu Wina lagi. Menatap Aira. Mengusap lengannya. "Sarapan dulu yuk. Mau ke BookShop ga?"

"Iya. Saya tak mandi dulu, Bu." sang gadis melangkah ke kamar mandi.

Raave calling...

"Ya"

"Kamu di BookShop?"suara berat Raave menyapanya.

"Lagi mau berangkat"

"Ai, soal tadi sore..."

"Kenapa?"

"Maaf Ai... Dia mengajakku makan. Jadi..."

"Hei, santai aja. Ga masalah. Aku paham, Makanya aku pura-pura ga kenal, biar ga merusak acara makan kalian. Hm?"balas Aira. Tersenyum, melahap Sandwich keju.

Ia sarapan di meja. Cantik, dengan Blus dan Skinny Jeans. Siap ke BookShop.

"Kamu benar tak marah?"

"Bener!" Aira tersenyum miring. Memegang botol vitamin berlabel ungu itu.

**