Chereads / THE CEO Is MY ROMEO / Chapter 36 - PEDAS

Chapter 36 - PEDAS

Aira mengajak Zii jalan-jalan sore itu. "Kamu pengin kemana, Dear?"

"Ke GWalk yuk? Jajan apa gitu, aku yang traktir deh..!"ajak Aira, terlihat senang. Tersenyum pada Zii.

Zii justru menatapnya khawatir. "Are you okay, Ai?"

"Aku baik saja, kenapa malah tanya begitu?" Aira heran. Pipinya dibelai oleh sahabatnya.

"Aku hanya khawatir padamu, Raave berapa hari di Singapore?"

"Heii Zii.. Aku ga apa-apa. Ya baru tiga hari ini. Mungkin sekitar semingguan, Baru pulang. Kenapa sih?"

"Kamu kesepian?"

"Ga, pengin aja sesekali."

"Bener, kamu baik saja?"

"Iyaaaa." Aira tersenyum senang.

Zii ikut mengulas senyum lalu menggandeng Sahabatnya. "Kok tumben pengin ke GWalk?" tanya Zii dalam perjalanan. Mereka naik mobil kekasih Adnan itu.

"Kamu udah pernah kesana?"

"Cuma sekali. Tapi ga terlalu tertarik waktu itu, ga fokus."

"Pas kebetulan jalan ma Altan, aku lewat GWalk. Jadi penasaran pengin masuk. Terus nglewati rumah besar, banyak penjaganya, Zii."jelas Aira.

"Jalan ma Altan?"tanya sang sahabat, memicing curiga.

"Jalan biasa aja. Aku diajak makan. Ya, mau mau aja kan. Sekalian ke rumah relasinya katanya."

"Pas kamu sudah ma Raave??"

"Ehm, belum kayaknya." Aira meringis. Menampakkan sederet giginya yang bersih.

Perjalanan dari kompleks rumah Aira ke GWalk memakan waktu sekitar satu jam kurang sedikit.

Sampai di sana, hari hampir gelap. Lampu-lampu gantung di sepanjang jalan, Sentra Kuliner Surabaya itu sudah menyala seluruhnya. Nampak cantik dan meriah. Dengan deretan aneka Cafe, Resto dan beberapa Minimarket.

Zii memarkir mobil.

"Kamu mau makan apa, Zii?"tanya Aira. Kedua gadis itu sudah mulai melangkah santai, menyusuri jalan sepanjang GWalk.

Zii terlihat berpikir. "Makan berat atau ringan Ai?"

"Berat, sekalian makan malam? Atau ringan terus mau makan lagi?" Aira memberikan opsi.

Zii terkikik geli. "Makan berat sambil nyemil yuk!"celetuknya.

"Oke siap Boss!!"

Mereka melenggang menuju kawasan Resto. Yang sebagian besar menunya makanan berat. Zii menarik Aira ke Angkringan dengan makanan super lengkap. "Sekali-kali makan angkringan. Pasti seru."

Aira mengangguk antusias. Mulai mengikuti Zii duduk di salah satu bangku panjang.

Mereka makan Nasi bungkus lauk Ayam Kremes dengan sambal super pedas. Dengan pendamping sate telur puyuh. Aira terlihat puas, begitupun Zii. Porsinya besar.

Kenyang makan nasi, kedua sahabat itu meneruskan berjalan di kawasan cafe. Gantian Aira yang memilih, Ia berhenti di Booth minuman kekinian. Memesan dua cup Mojito Strawberry dan Mojito jeruk, tak lupa membeli Pempek.

Zii tersenyum lebar. Dengan antusias segera menyeruput si minuman. Lalu mengajak Aira duduk di salah satu kursi taman yang ada.

Aira minum obatnya. Zii menatap khawatir.

"Kamu pusing?"

"Ga. Aku memang harus rutin kan, minum obat" Aira tersenyum manis. Melanjutkan Pempeknya.

"Ai, aku mau beli Seblak. Kamu mau?"

"Ga ah, ga terlalu suka. Lainnya apa?"

"Ga tau juga. Baru kesini kan."

Aira menggeleng. Memandangi Zii yang berjalan cepat menghampiri Booth makanan khas Bandung itu. Kembali dalam sepuluh menit, membawa mangkuk plastik berisi Seblak ceker berwarna merah menyala.

"Aduhh, bikin pusing tuh, pedesnya sampai dua hari ga ilang di lidah."celetuk Aira, terkekeh.

Zii tergelak. "Aku suka yang kayak gini, Ai. Bener ga mau? Ga nyicipin?"

"Ga Zii, dulu pernah, terus kepalaku pusing"

Akhirnya Zii menandaskan Seblak sendiri. Menghabiskan juga minumannya lalu mengajak Aira pulang.

Kedua gadis itu berjalan cepat. Menuju mobil, masuk dan Zii segera melaju. "Kamu mau kemana ma Adnan?"tanya Aira. Seolah tahu, Zii sedang diburu waktu.

Sang sahabat meringis padanya. "Maaf Dear. Janjian tadi mau ke rumah dia."

"Wah mau ketemu camer nih!!" Aira memekik tertahan.

"Heii.. Hei.. Ga gitu Ai. Cuma silaturahmi aja kok"

"Sama aja, Buu..! Yaudah sana. Turunin aku depan kompeks aja. Nanti malah aku yang disalahin lagi."

Zii menatap Aira dengan senyum haru. Semakin kencang melajukan mobil. Gadis itu tahu beberapa jalan pintas yang bisa mempersingkat waktu. Jadi mereka tiba di depan kompleks, dalam waktu 30menit lebih sedikit.

Aira melambai pada Zii. Melanjutkan langkah setelah mobilnya tak terlihat. Ia berjalan cepat. Hanya dekat saja. Tak sampai 300meter.

Begitu tiba di rumah, Ia menuju dapur. Memberikan seporsi Pempek pada Bu Wina. "Wah, makasihhh Mba. Mau makan lagi?"

"Ga, Bu. Kenyang. Hehe. Saya naik ya." Aira melenggang lemas ke kamarnya. Menghempaskan diri di tempat tidur. "I miss you, Raave"lirihnya. Gadis itu mendesah panjang, bangun. Mencuci muka dan tangan, kaki. Ganti baju.

Ponselnya sepi sepi saja daritadi. Ia berbaring sambil memutar ponsel. Berharap lelaki itu menghubungi. Tapi nihil. Mendadak, Ia ingat si tablet ungu.

Aira bangun lagi, mengeluarkan tablet dari laci dan menumbuknya dengan batu di pot sudut kamarnya. Ia tumbuk hingga sangat halus.

Gadis itu berencana akan meminumnya sedikit demi sedikit saja. Setelah halus, Ia masukkan ke plastik khusus yang baru. Khusus menyimpan obat. Lalu ia masukkan laci lagi.

Kembali berbaring, mendekap guling. Masih tak ada Raave. 'Kamu sibuk ya, pasti. Jadi tak sempat menghubungiku'batin Aira. Ia putuskan cuek saja. Tanpa memikirkannya.

Kelelahan sendiri, Ia akhirnya terlelap. Pulas.

Hingga esoknya Aira membuka mata. Raave tak muncul juga.

Gadis itu bersiap ke BookShop. Ia telah berdandan rapi.

Ketika berjalan menuju mobil, mendadak pandangannya kabur. Dan.... Gelap begitu saja. Aira tak sadarkan diri. Terkulai lemah di halaman rumah.

Bu Wina segera menolong. Memapah Aira masuk ke rumah. "Mba Aira..!!"panggilnya khawatir. Menepuk pipi sang Nona perlahan.

Aira membuka mata perlahan. Bangun. "Aduhh Bu. Saya pingsan ya?"ujarnya lemas.

Bu Wina mengangguk. "Ga usah ke BookShop ya."

"Ga Bu. Saya tak istirahat sebentar. Ada tamu penting nanti."

Ia hubungi Head Managernya.

"Ya Mba Ai.."

"Sir, saya agak siangan ya. Kepala saya pusing sekali."

"Istirahat di rumah aja Mba. Tamunya ga jadi datang kok. Tadi barusan ngabari saya. Dia ada keperluan ndadak katanya."

"Ohh.gitu..oke. makasih Mr Suri"

"Sama sama Mba Aira."

*

Tepat seminggu, Raave di Singapore. Aira sibuk di BookShop. Ada kesalahan saat mengecek buku buku baru olehnya. Jadi harus Ia ulangi dari awal. Gadis itu geli sendiri. Padahal dirinya sendiri yang mengerjakan, namun ternyata tak fokus juga.

Dengan sabar dan telaten, Ia ulangi dari urutan paling awal. Kacamata baca tak lupa. Agar tak iritasi saat menatap layar notebook dalam waktu lama. Mr Suri menawarkan diri membantu, Aira dengan senang hati memberikan setengah database untuk dicek Head Managernya itu.

"Oh Mba, saya ke ruangan ya, biar bisa nyambi yang lain."pamit Mr Suri.

"Oke , Sir. Terima kasih"

Lelaki itu tersenyum sopan. Berlalu dari hadapan Aira.

Ponselnya bergetar. Lalu berbunyi, kliikk... Notifikasi email.

Aira melirik sekilas. Lalu membuka emailnya lewat notebook.

Seseorang mengirim file kepadanya. Ia tak mengenal si pengirim. Dengan sedikit rasa penasaran dibukanya beberapa file.

Sebuah foto.... Jantung Aira berdetak kencang. Ia amati lagi. Walau sebenarnya notebooknya sudah menampilkan gambar dan memiliki resolusi terbaik.

Foto foto dengan orang yang sama. Lelaki yang sama. Yang dekat dengannya, yang entah menganggapnya apa. Haruskah Ia biasa saja atau sedih?? Melihat foto-foto mesra ini? Bolehkah ia marah pada sang lelaki, karena walau sudah memintanya bersama, malah si lelaki bersama wanita lain.

Aira bernafas sangat dalam. Dihembuskannya pelan. 'Baiklah Ai. Bukan saatnya untuk sedih.'batinnya, menghibur diri sendiri. Ia teruskan pekerjaannya. Fokus. Fokus.

Selesai juga akhirnya. Setelah satu jam lebih berkutat dengan buku buku baru itu. Aira meregangkan tubuh. Menggeliat. Meneguk air oksigen yang begitu segar. Ia matikan notebooknya. Memesan seporsi bakso pedas via online. Usaha Franchise milik seorang kenalan.

Mulutnya gatal ingin makan pedas rasanya.

Hitungan menit, makanan tiba. Masih mengepul karena dibuat saat dipesan. Sang kenalan berterima kasih padanya lewat sebuah pesan singkat. Memberinya extra bonus bakso besar pedas.

Aira berterima kasih kembali. Berjanji akan beli lagi, pasti. Gadis itu mulai menikmati makanan. Sensasi pertama yang didapatnya benar-benar membuat melek mata. Langsung terasa panasnya.

Sang gadis menikmati seporsi bakso dengan keringat bercucuran. Dan bibir memerah. Juga lidah yang panas. Tapi ternyata dihabiskannya juga.

Usai memberesi bekas makan. Ia minum sebotol penuh air mineral dingin. Duduk lagi di kursinya. Tersenyum puas. Rasa panas dan seolah membakar itu, masih begitu berjejak di lidah dan bibirnya.

'Cabe jenis apa yang digunakan ini, sungguh bikin orang klenger.'lirihnya. Aira mengipasi mulut dengan tangan. "Haaaahhh... Haaaaahhhh.... Ampun..!! Pedas level setan!!"gerutunya.

Ia usap perutnya. "Semoga perutku tidak mengeluh." ia beranjak dari kursi. Membuka kulkas mininya. Ada sekotak susu coklat di sana. Langsung ia sambar, dan minum dengan sekali teguk. Lumayan berkurang rasa panasnya. Gadis itu bernafas cepat. Masih berusaha bertahan dengan 'Api' yang membakar mulutnya.

Dalam hati, Ia senang dan bersyukur. Rasa pedas ini mengalihkannya dari rasa tidak menyenangkan, yang sebelumnya hampir membuatnya KO.

'Ah nanti pulang, makan pedas lagi.'janjinya dalam hati. 'Mending kepedesan, daripada stress mikirin tuh lelaki!'

Dalam perjalanan pulang, Aira mampir di Booth penjual sosis pedas dekat kompleks. Ia beli beberapa tusuk dengan bumbu paling pedas. Namun untuk Bi Wina Ia pesankan yang tidak pedas. Juga bakso bakar.

Gadis itu pulang membawa makanan pedasnya. Langsung Ia lahap ketika duduk di kursi ruang makan. Bu Wina menatap sang Nona heran.

"Bu, tak beliin sosis sama bakso bakar. Wahh.. Enak Bu ini, pedessss...!! Seger!!" Aira melahap sosis sambil tersenyum senang.

"Sejak kapan Mba Suka pedes?"tanya sang asisten.

"Cuma pengin nyoba aja Bu. Ternyata enak juga. Kalo pedes gini" jawab Aira. Ia kepedasan. Mulutnya membuka dan menutup, mengambil nafas.

Bu Wina tersenyum. "Jadi sekarang kalo masak, tak pedesin dikit ya.."

Aira mengangguk senang. Menyuapkan bakso bakar tidak pedas pada asistennya.

Asyik pesta sosis dan bakso bakar. Aira minum susu lalu naik ke kamarnya. Mandi dan membersihkan diri. Merapikan kamar. Kemudian turun lagi.

Sang asisten masih mandi. Ia ke dapur, membuka pan. "Bu masak apa?"teriaknya bertanya.

"Semur telur Mba. Sama ikan crispy..!!!"jawab Bu Wina dari kamar mandi.

Aira tersenyum. Ia mengambil piring, nasi lalu lauknya. Ternyata Bu Wina membuat sambal. Ia ambil sambal sesendok penuh. Lalu ia menuju ruang TV. Menyalakan benda kotak itu, duduk manis, menikmati makanannya.

Bu Wina sudah segar, menghampirinya di ruang TV. "Lho, maem jadinya??" heran, tapi tersenyum senang.

"Sambelnya enak. Sering bikin boleh nih. Pedas nampol!!"celetuk Aira riang. Sang asisten tergelak. Mengusap kepala Nona mudanya. Mereka tertawa bersama.

Sejenak sang gadis lupa, bahwa beberapa waktu lalu, Ia sempat hampir shock dan menangis karena seorang lelaki.

**